BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kontes pembaharuan pendidikan, ada tiga isu
utama yang perlu disoroti yaitu, pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara
peserta didik dan guru sebagai pengajar, proses pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan paedagogik yang mencakup strategi maupun metode mengajar.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga
pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih
mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh
guru dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, siswa
hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan
sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif, sehingga siswa menjadi pasif.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah belum
berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik
pembelajaran yang bercorak teoritis, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung
kaku, monoton, dan membosankan.
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlpas
dari berbagai fakor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru
keratif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
ksempatan ntuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi,
kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di
dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia
di sekolah, maka perlu dirumuskan suatu metode pembelajaran yang baik guna
meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Salah satu metode pembelajaran yang
diasumsikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, khususnya dalam meningkatkan keterampilan membaca. Model
pembelajaran jigsaw merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang
mengelompokan siswa ke dalam tim-tim belajar yang beranggotakan 4 sampai 6
orang siswa. Materi akan disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi-materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, siswa diberi
kesempatan untuk berkolaborasi dengan temannya yang lain dalam bentuk diskusi
kelompok memecahkan suatu permasalahan.
Dalam hubungannya dengan kemampuan membaca merupakan
keterampilan yang sangat vital dalam masyarakat modern dan lebih khususnya lagi
di kalangan akademisi. Sungguh pun demikian keterampilan ini tidak mendapat
perhatian sebagaimana mestinya dalam pendidikan sehingga tidak sedikit anggota
masyarakat kita yang telah berpendidikan tidak menguasai keterampilan dengan
baik. Padahal dikatakan tahu bahwa seorang anak yang tidak dapat membaca dengan
baik akan mengalami kesulitan dalam perkembangan pendidikannya dan akhirnya
berakibat kesulitan dalam memperoleh pekerjaan nanti.
Olehnya itu, dengan mengacu pada model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan yang dulunya minat dan kekurangmampuan membacanya rendah akhirnya
menjadi tinggi.
Berangkat dari itu semua, penulis mencoba melakukan
sebuah penelitian dengan mengangkat sebuah judul yaitu “Penerapan Model
Kooperatif Tipe Jigsaw dalam
Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga
Kabupaten Gowa”. Oleh karena penelitian yang pernah dilakukan disuatu sekolah
yang ada di Jember pada mata pelajaran Sains, ternyata model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
siswa yang sebelumnya memperoleh nilai dari atas 70 hanya sebanyak 7 siswa
(27%) mengalami peningkatan 23-25 siswa (88%-97%) yang mendapat nilai lebih
dari 70.
Oleh karena itu, model pembelajaran ini (jigsaw) bisa juga diterapkan pada mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ,
khususnya pada kegiatan keterampilan membaca.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dengan harapan untuk meningkatkan proses belajar siswa dalam hal
keterampilan membaca siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, secara khusus
rumusan masalah yang diangkat adalah:
1.
Bagaimana kemampuan guru mengajarkan keterampilan
membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa?
2.
Bagaimana aktivitas siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1
Pallangga Kabupaten gowa dalam proses penerapan model kooperatif tipe jigsaw, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan membaca siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan ini berdasarkan rumusan masalah di
atas, yaitu untuk:
1.
Mengetahui proses penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan
membaca siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas XI IPA III SMA
Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.
2.
Mengetahui penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.
D.
Manfaat
Penelitian
Peningkatan keterampilan membaca siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model jigsaw yang dikembangkan melalui penelitian tindakan kelas (PTK)
ini diharapakan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1.
dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat merangsang kemampuan
berpikir siswa, menambah rasa percaya diri, dan sangat bermanfaat bagi siswa
yang kurang memahami keterampilan membaca.
2.
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menambah wawasan bagi guru sebagai bahan alternative
pembelajaran untuk meningkatkan nilai dan potensi belajar siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan membaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
- Pengertian Membaca
Pengertian membaca yang ada sampai dengan sekarang sangat
banyak jumlahnya. Bentuk, isi, dan sifatnya pun beraneka ragam. Ada pengertian yang
menggambarkan membaca sebagai proses melisankan paparan bahasa tulis, ada pula
pengertian yang menyatakan bahwa membaca itu sebagai kegiatan mempersepsi
tuturan tertulis. Selain itu, adapula yang memegang pengertian bahwa membaca
dalah penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman
dari tuutran tertulis yang dibaca. Dikatakan pula bahwa membaca itu adalah
suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh yang disampaikan oleh
penulis melalui media tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdiknas, 2001) menyatakan bahwa membaca adalah (1)melihat
serta memahami isi dari apa yang
tertulis; (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; (3) meramalkan,
mengetahui; (4) mengucapkan; (5) menduga, memahami, memperhitungkan.
Menurut Soedarso (1990: 28) membaca merupakan kemampuan yang
kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis
semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia
mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang
yang dilihatnya itu menjadi yang bermakna baginya.
Slamet (2001: 64) menyatakan bahwa membaca merupakan
interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut terjadi secara tidak
langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan
semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam memahami
maksud dari penulisnya. Pembaca berkomunikasi dengan penullis melalui karya
tulis yang digunakan penulis sebagai media untuk menyampaikan gagasan,
perasaan, dan pengalamannya.
Tarigan dan Henry Tarigan (1990: 28) mengemukakan bahwa
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa dari segi linguistik, membaca
dapat diartikan sebagai suatu penyediaan kembali dan pembaca sandi (recording and decoding process).
Selanjutnya, Hidayat (1997: 27) mendefinisikan bahwa membaca
adalah melihat dan memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya dalam hati.
Definisi mencakup tiga unsur dalam membaca, yaitu: melihat, memahami, dan
melisankan dalam hati, bacaan atau teks.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa
membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan suatu media yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri atau mungkin dengan orang
lain. Selain itu dapat pula dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses untuk
memahami yang tersurat dan yang tersirat, melihat dan menerima pesan dari
pikiran penulis yang berkembang dalam suatu media tulis.
- Tujuan dan
Jenis-jenis Membaca
a.
Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau (meaning) erat sekali berhubungan dengan
tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Seorang melakukan aktivitas membaca agar dapat memberi
respons yang akurat terhadap berbagai sumber informasi yang disampaikan penulis
melalui bacaan. Adapun informasi tersebut dapat dibedakan atas tiga jenis,
yaitu (1) informasi grafofonik, yakni informasi yang menyangkut hubungan antara
lambang-lambang grafis dan bunyi bahasa; (2) informasi sintaksis, yakni informasi
yang berkenaan dalam hal-hal implisit di dalam struktur gramatikal bahasa; (3)
informasi semantik, yakni informasi yang mengarah pada terpenting yang
merupakan esensi membaca, yakni pemahaman makna.
Selain yang dikemukakan di atas, ada juga pendapat yang
mengatakan tujuan membaca meliputi sebagai berikut:
1.
Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu
yang bersifat praktis, cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.
2.
Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan
tujuan ingin mendapat rasa lebih (self
image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya,
seseorang akan merasa lebih bergengsi bila bacaanya majalah-majalah yang terbit
dari luar negeri.
3.
Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya
membaca untuk mendapat kekuatan keyakinan pada partai politik yang kita anut,
memperkuat keyakinan agama, mendapat nilai-nilai baru dari sebuah buku
filsafat, dan sebagainya.
4.
Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya
membca untuk tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional
bahan bacaan (buku cerita, novel, roman, cerita pendek, cerita kriminal,
biografi tokoh terkenal, dan sebagainya).
5.
membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan,
ketakutan atau penyakit tertentu.
b.
Jenis-jenis Membaca
1.
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang
lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan
perasaan seorang pengarang.
2.
Membaca dalam hati, yaitu kita hanya mempergunakan
ingatan visual (visual memory), yang
melibatkan pengaktifan mata badan ingatan untuk memperoleh informasi. Secara
garis besar membaca dalam hati terbagi atas:
a)
Membaca ekstensif, yaitu membaca secara luas. Obyeknya
meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca
ektensif terdiri dari: (i) Membaca survey (survey
reading), yaitu meneliti terlebih dahulu apa-apa yang kita telaah,
(ii) Membaca sekilas (skimming), yaitu sejenis membaca yang
membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari serta mendapatkan informasi atau penerangan, (iii) Membaca dangkal (supercifical reading), pada dasarnya
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang
tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca supercifical ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi
kesenangan, membaca ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang;
misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya.
b)
Membaca intensif (intensif
reading), adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci
yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua
sampai empat halaman setiap hari
Yang termasuk ke
dalam kelompok membaca intensif ialah; (1) membaca telaah isi (content study reading). Membaca telah
isi bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta
keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Jenis membaca
ini terdiri dari; membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan
membaca ide. (2) membaca telaah bahasa (language
study reding). Pada hakikatnya segala sesuatu itu terdiri atas bentuk dan
isi, atau form and meaning, atau
jasmani dan rohani. Begitu pula dengan bacaan, yang terdiri dari isi (content) dan bahasa (language). Isi dianggap sebagai yang
bersifat rohaniah, sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah.
Kedua-duanya merupakan dwi tunggal
yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan bacaan mencerminkan
keindahan serta kemanunggalannya. Membaca telah bahasa mencakup dua hal yaitu; membaca
bahasa asing atau (foreign) language reading, dan membaca sastra (literaty reading).
Selain yang disebutkan jenis membaca di atas, ada juga
istilah yang dikenal;
a.
Membaca cepat, yaitu membaca yang mengutamakan
kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya.
b.
Membaca pelan-pelan, dan
c.
Membaca Garis besarnya saja.
- Proses Membaca
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia.
Secara teoritis membaca adalah suatu proses rumit yang melibatkan aktifitas
auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan), untuk memperoleh makna dari simbol
berupa huruf atau kata.
|
|
|
|
recording deconding
Pada tingkat lanjut, prosesnya terlihat seperti
berikut:
|
|
deconding
Membaca pada dasarnya mengomonikasikan formulasi pesan yang
ditentukan oleh sistem bahasa dan sistem lambing yang terdapat di dalam suatu lambang. Seperti yang telah dikatakan
di atas (1) membaca adalah proses
mengidentifikasi dan mengkomprehensikan. Jika kita membaca, kita melihat simbol
huruf yang tertulis dengan segala penanda. Simbol itu kita identifikasikan dan
kita komprehensikan dengan makna. Kita melihat simbol yang tertulis itu
berwujud kode-kode lalu kita menafsirkan kode-kode itu yang menghasilkan makna
simbol tersebut.
Pada waktu membaca, terjadi proses mental meskipun hanya kita
yang berperan. Proses mental dimaksudkan berupa penafsiran kode-kode sehingga mampu
memahami apa yang dibaca. Proses membaca dapat pula dilihat sebagai proses
komunikasi. Di dalam proses komunikasi tertulis, terdapat komponen-komponen
berupa (i) sumber pesan berupa tulisan, (ii) kode atau simbol, (iii) pembaca,
dan (iv) proses pemahaman. Yap (1978: 110)
menggambarkan proses membaca sebagai proses komunikasi sebagai berikut:
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
neural
noise
Adapun aktifitas membaca meliputi dua proses, yaitu proses
membaca teknis dan proses memahami bacaan.
Proses membaca teknis adalah suatu proses pemahaman hubungan
antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis
berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut sebagai pengenalan
kata. Misalnya anak mengucapkan - baik dalam hati maupun bersuara- kata “adik
minum” yang tercetak merupakan proses membaca teknis.
Proses memahami bacaan merupakan kemampuan anak untuk menangkap
makna kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan “ adik minum”, anak tahu
bahwa yang minum bukan ayah, atau adik dalam tulisan itu tidak sedang makan. Penguasaan kosakata sangat penting
dalam memahami kata-kata dalam bacaan.
- Teknik-teknik
Membaca
Informasi fokus dapat kita temukan di bagian atau di berbagai
bagian tertentu dari bacaan. Untuk menemukan informasi fokus dimaksud dengan
efisien, pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
a.
Baca-Pilih
Yang dimaksud dengan baca-pilih (selecting) adalah bahwa pembaca memilih bahan bacaan atau
bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang
dikemukakannya.
b.
Baca-Lompat
Baca-lompat (skipping)
adalah bahwa pembaca, dalam menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan yang
relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lainnya.
c.
Baca-Layap
Pembaca dapat mempergunakan teknik baca-layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat
isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud informasi fokus, tetapi
mungkin juga hanya sebagai dasar menduga apakah bacaan itu berisi informasi
yang fokus dilakukan.
d.
Bacaan Tatap
Pembaca dapat juga mempergunakan teknik baca tatap (scanning), yaitu membaca dengan cepat
dan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi
fokus yang telah ditentukan dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti
sehingga informasi itu ditemukan dengan tepat dan dipahami dengan benar.
Keempat teknik membaca di atas pada waktu tertentu dapat
dipergunakan sekaligus dalam artian secara berurutan. Dalam membaca buku
misalnya, mula-mula teknik baca-pilih dapat dipakai atau menentukan bagian yang
perlu dibaca, dan bersamaan dengan teknik ini, teknik baca-lompat juga
dipergunakan karena beberapa bagian teks dilompati. Selanjutnya untuk
mengetahui isi umum satu bagian yang perlu dibaca teknik baca-layap perlu
dipakai, dan untuk menemukan informasi tertentu dari buku itu, teknik baca-tatap
juga dipergunakan . Akan tetapi, untuk menetukan informasi fokus tertentu
misalnya suatu penjelasan tentang suatu istilah, yang perlu dipergunakan pada
dasarnya baca-tatap. Dengan kata lain, penggunaan teknik-teknik tersebut,
apakah perlu semua atau tidak, umumnya bergantung pada sifat informasi fokus
bergantung.
- Peningkatan
Keterampilan Membaca
Dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan membaca
para pelajar maka sang guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit enam
hal utama, yaitu:
a.
Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan
memahami keadaan dan seluk-beluk
kebudayaan.
b.
Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna kata-kata
baru.
c.
Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau
simbol.
d.
Membantu para pelajar memahami
struktur-struktur(termasuk struktur
kalimat yang biasanya tidak begitu mudah
bagi para pelajar bahasa).
e. Mengajarkan
keterampilan-keterampilan pemahaman (comprehension
skills) kepada para pelajar.
f.
Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.
B. Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas ,
dan kemudian diadaptasi oleh Salvin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins
dalam (Arends: 2001). Teknik mengajar jigsaw
dapat digunakan dalam pengajaran membaca, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama
dengan siswa lain dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif yang mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain.
Jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelanjarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling
tergantung dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan”.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Sedangkan kelompok ahli
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan sebagai berikut:
Kelompok asal
Kelompok ahli
Gambar 1.
Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Langakah-langkah dalam penerapan model jigsaw sebagai berikut:
a.
Guru membagi suatu kelas dengan beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda,
kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan
materi pembelajaran yang sama, belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Misalnya suatu
kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya yang terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa,
dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau
dipelajari dalam kelompok ahli, bagi guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Gambar II. Contoh Pembentukan
Kelompok Jigsaw
b.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun
kelompok asal, selanjutnya dilakukan persentase masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompk
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
c.
Guru memberikan tugas kuis untuk siswa secara
individual.
d.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual
dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi
beberapa bagian materi pembelajaran.
f.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru, maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut dan cukup sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Kerangka Pikir
Membaca adalah salah satu aspek keterampilan membaca.
Kegiatan membaca tidak boleh dilepaskan dari aktivitas keseharian manusia sebab
dengan banyak membaca maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Membaca adalah proses berpikir sebab tindakan dalam membaca memerlukan
interpretasi untuk mengenal kata dan simbol yang tertulis. Dengan demikian,
keterampilan membaca mencakup tiga komponen: (1) pengenalan terhadap aksara;
(2) korelasi aksara beserta tanda baca dengan unsur linguistik yang formal;
dan(3) hubungan lebih lanjut aksara dan makna.
Keterampilan membaca sifatnya sangat mendasar sehingga
sejak dini diharapkan kepada siswa agar memahami jenis dan jurus-jurus membaca.
Untuk merealisasikan hasil tersebut, maka pengembangan bahan ajar perlu
dirancang secara professional sehingga pada akhirnya nanti membaca bukanlah
suatu kegiatan yang monoton. Adapun teknik pengembangan yang dimaksud adalah
siswa membaca aktif, siswa menangkap pokok-pokok pikiran dan teks, siswa
menguasai berbagai jenis jurus membaca dan sebagainya.
Pada dasar-dasar pemerolehan makna dari bahan
baca,mencakup empat aspek pokok pemahaman, yaitu: (1) pemahaman literal yang
mengacu pada kemampuan untuk menggugat dan mengenali kembali; (2) pemahan
interpreatif yang mencakup kemampuan untuk menarik kesimpulan, memahami
informasi secara tidak langsung, analisis dan sintesis; (3) pemahaman yang
kritis mencakup kemampuan untuk mengevaluasi, bahan bacaan yang telah dibaca
dan kemampuan untuk mendukung kesimpulan yang dibuat orang lain; dan (4)
pemahaman kreatif yaitu pemahaman yang menuntut respon yang bersifat emosional
dari pembaca yakni kemampuan membaca untuk mengapresiasikan bahan bacaan yang
telah dibaca dan kemampuan untuk menghubungkan isi bacaan dengan kehidupan
seseorang.
Uraian di atas menjadi landasan penelitian di dalam
penelitian ini. Landasan pemikiran tersebut digambarkan seperti bagan di bawah
ini:
Bagan Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Jika penerapan model pembelajaran jigsaw digunakan sesuai kriteria, maka dapat meningkatkan
keterampilan membaca siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten
Gowa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi dan siklus II merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari siklus I
apabila masih terdapat kekurangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
B. Desain Penelitian
Pada dasarnya penelitian harus mempunyai desain
tertentu. Desain dalam penelitian dapat membantu peneliti untuk membantu hasil
penelitiannya secara otomatis. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penekanannya kepada kegiatan
(tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide dalam praktik atau situasi nyata
dalam skala makro yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di dalam kelas.
Desain ini dipilih karena masalah utama muncul dari praktik pembelajaran di
kelas sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui model Jigsaw. Adapun prosedur penelitian ini
tampak pada alur pelaksanaan tindakan berikut:
|
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|||||||||||
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1
Pallangga Kabupaten Gowa pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 selama
dua bulan, dimulai pada bulan Oktober sampai bulan desember 2009. Subjek penelitian
adalah siswa kelas IPA III dengan jumlah siswa 44 orang, yang terdiri dari 15
laki-laki dan 29 perempuan
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dirancang atas dua siklus
yaitu: a) siklus pertama (4 kali pertemuan) dan b)siklus dua (4 kali
pertemuan). Hal-hal penting yang dilakukan pada siklus tersebut antara lain:
1.
Mengidentifikasi keadaan siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung di dalam kelas untuk hal-hal sebagai berikut:
a.
Sikap siswa terhadap model Jigsaw dalam proses pembelajaran.
b.
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
c.
Pertanyaan, jawaban, atau tanggapan yang diajukan
siswa.
d.
Keterampilan siswa dalam memahami bacaan yang
ditugaskan baik scara individu maupun secara kelompok.
2. Melakukan
analisis refleksi
Pelaksanaan
tindakan sikap siklus mengikuti langkah-langkah skenario sebagai berikut:
Siklus
I
-
Merancang tindakan siklus I
-
Melaksanakan tindakan
-
Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
-
Mengevaluasi hasil observasi
-
Mengadakan refleksi
Siklus II
-
Merancang tindakan berdasarkan pengalaman siklus I
-
Melaksanakan tindakan perbaikan
-
Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
-
Mengevaluasi hasil observasi
-
Mengadakan refleksi II
Selanjutnya diuraikan gambaran kegiatan
yang dilakukan masing-masing siklus sebagai berikut:
Gambaran Umum
Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama empat kali
pertemuan termasuk satu kali tes pada siklus I.
Hal-hal pokok yang dilakukan sebagai berikut:
- Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a.
Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.
b.
Membuat skenario pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Jigsaw.
c.
Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana
kondisi belajar mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.
d.
Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman
konsep telah dimengerti dengan baik oleh siswa.
- Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun langkah-langkah pada tindakan ini adalah sebagai
berikut:
a.
Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran
yang telah disiapkan.
b.
membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
secara heterogen.
c.
Memantau dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan
dengan menggunakan lembar observasi.
d.
Mengevaluasi
- Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat
catatan-catatan tentang situasi yang terjadi di dalam kelas selama tindakan
berlangsung.
- Tahap Refleksi
Dari hasil observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini.
Dari hasil yang didapatkan, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat hasil
observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan keterampilan
membaca siswa.
Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan bahan pertimbangan
untuk membuat perencanaan pada tahap siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah
baik akan dipertahankan.
Gambaran Umum Siklus II
Siklus II dilaksanakn selama empat kali pertemuan. Hal-hal
pokok yang dilakukan adalah:
1.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a.
Melanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus
I
b.
Memperbaiki dan membenahi kelemahan siklus I.
c.
Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk dari
hasil refleksi I.
2.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan
perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus
I. langkah-langkah yang dilkukan
relativ sama dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada
metode mengajar yang diterapkan.
3.
Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada
siklus II hampir sama dengan observasi yang dilakukan pada siklus I.
4.
Tahap Refleksi
Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan
evaluasi dikumpull dan dianalisis. Dari hasil yang didapatkan, penulis dapat
membuat kesimpulan atas pembelajaran tipe jigsaw
yang dilakukan selama II siklus.
E. Instrumen Penelitian
Insrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar digunakan untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran
serta penguasaan siswa terhadap mata pelajaran setelah proses pembelajaran.
Selain instrumen tes hasil belajar peneliti juga
mengembangkan LKS dan kuis yang diberikan untuk menunjang pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil penelitian ini dikumpulkan melalui:
1.
Lembar observasi yaitu untuk merekam proses belajar
mengajar berlangsung berupa keberhasilan dan kelemahan tindakan yang diberikan.
2.
Data tentang hasil siswa yang diperoleh dari tes pada
saat proses ataupun setelah pembelajaran.
Data di atas dapat diperoleh melalui instrumen sebagai
berikut:
a.
Data hasil belajar pra siklus
Data diapatkan sebelum masuk dalam
siklus penelitian, dilakukan di awal petemuan dengan menggunakan tes awal.
b.
Data hasil observasi
Data ini dipeolah dari hasil pengamatan
secara langsung proses pembelajaran yang dilakukuan oleh peneliti dengan
menggunakan blangko pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Observasi
dilakukan sepanjang siklus I dan silkus II berlangsung.
c.
Data hasil belajar siswa
Yaitu data hasil belajar siswa berupa
tes yang diambil pada saat proses dan setelah proses pembelajran berlangsung.
Data ini dapat berupa hasil tes tertulis sesuai kompetensi dasar yang ingin
dicapai.
d.
Data hasil belajar pasca siklus
Data ini didapatkan setelah
pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hasil data ini untuk mengetahui peningkatan
keterampilan membaca siswa secara individu, maka dilakukan kembali evaluasi tes
akhir. Tetapi apabila tes hasil siklus II sudah mencapai batas ketuntasan,
dalam artian 85 % siswa yang sudah mencapai nilai 65 ke atas, maka tidak perlu
dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan).
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul berupa data kuantitatif dianalisis
dengan perhitungan persentase. Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran
umum mengenai perilaku siswa dalam proses pembelajaran, efektivitas tindakan,
dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
serta hasil belajar yang dicapai siswa di setiap akhir siklus.
Dalam metode jigsaw dalam judul peningkatan
keterampilan siswa melalui metode jigsaw,
dikaitkan dengan ketuntasan belajar siswa. Adapun kriteria ketuntasan
individu yang digunakan dalam penelitian in adalah siswa dianggap tuntas apabila
memperoleh skor minimal 65 dari skor ideal tes hasil belajar. Sedangkan
ketuntasan klasikal jika mencapai minimal 85 % siswa dinyatakan tuntas belajar.
Skor ideal tes hasil belajar adalah 100,00 berarti siswa dianggap tuntas
belajar jika memperoleh skor sama atau lebih dari 65.
Prosedur dala analisis kuantitatif ini menggunakan
rumus sebagai berikut:
(Depdikbud, 1985: 5)
(Depdikbud, 1990: 47)
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil
penelitian pada proses pembelajaran peningkatan keterampilan membaca siswa
dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw
pada siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa. Adapun yang
dianalisis adalah pelaksanaan tindaka pada siklus I dan siklus II.
A. Deskripsi Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, peneliti berkunjung ke SMA Negeri
I Pallangga berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif melalui
metode jigsaw pada pembelajaran
membaca. Dari hasil wawancara dengan guru kelas XI IPA III, maka ditetapkanlah
pelaksanaan observasi pratindakan proses pembelajaran membaca dengan mengikuti
jadwal yang ada di sekolah tersebut.
1.
Orientasi terhadap proses belajar mengajar
Gambaran awal pelaksanaan proses belajar mengajar peningkatan
keterampilan membaca yaitu peneliti memberikan materi wacana secara individu
sebagai tes awal pemahaman membaca dengan menjawab soal-soal sesuai materi
bacaan
2.
Analisi dan refleksi awal
Hasil pengamatan (orientasi awal) pelaksanaan
interaksi proses belajar mengajar yang dilaksanakan membuktikan bahwa kondisi
pembelajaran peningkatan keterampilan membaca siswa masih rendah. Adapun data
hasil pemberian tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Awal
(pra tindakan) Kelas XI IPA III SMA
Negeri 1 Pallangga.
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
Persentase
|
Kategori
|
0
– 34
35
– 54
55
– 64
65
– 84
85
- 100
|
28
9
2
1
4
|
68,08
17,03
4,25
2,12
8,52
|
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
|
Jumlah
|
44
|
100,00
|
|
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 44
siswa kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga 28 siswa atau sekitar 68,08 %
siswa yang tingkat hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan
membaca pada kategori masih sangat rendah, pada kategori rendah terdapat 9
siswa atau sekitar 17,03 %, kemudian
pada kategori sedang terdapat 2 siswa atau sekitar 4,25 %, pada kategori tinggi
terdapat 1 siswa atau sekitar 2,12 %, dan pada kategori sangat tinggi terdapat
4 siswa atau sekitar 8,52 %.
B. Pelaksanaan Siklus
Data setiap siklus dipaparkan secara
terpisah untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap
siklus.
a. Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahapan
yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1.
Perencanaan (Planning)
a.
Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
standar kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
b.
Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
c.
Membuat lembar kerja siswa
d.
Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
e.
Menggunakan alat evaluasi pembelajaran
2.
Pelaksanaan (Acting)
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan untuk
proses pembelajaran dan 1 kali untuk pelaksanaan tes siklus I dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pada awal pertemuan peneliti membentuk kelompok asal.
Kelompok asal dibentuk berdasarkan kemampuan siswa yang heterogen, asal, dan
latar belakang keluarga yang berbeda. Peneliti memberikan motivasi kepada
siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran sekaligus menyajikan informasi (materi)
melalui bahan bacaan.
Setelah informasi (materi) dibagikan pada kelompok
asal, anggota kelompok asal dengan yang sama tergabung dalam kelompok ahli
untuk diskusi.
Pada proses berlangsungnya diskusi kelompok ahli,
peneliti (guru) memantau setiap kelompok, membimbing, serta mengarahkan dan
menjelaskan materi atau persoalan yang belum dimengerti atau dipahami. Setelah
kembali dari kelompok ahli setiap anggota kelompok mempersiapkan untuk
menyampaikan hasil tugasnya pada anggota kelompok asalnya masing-masing dan secara
bergiliran siswa menyampaikan apa yang telah dibahas pada kelompok ahli. Dalam
hal ini guru menekankan pentingnya kerjasama dan kekompakan dalam kelompoknya.
3.
Observasi dan Evaluasi
Di awal pertemuan siklus pertama, selama proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
belum bisa mengikuti pembelajaran ini dengan baik. Hal ini disebabkan siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran ini.
Data hasil observasi selama proses pelaksanaan siklus
I tercermin pada lembar observasi di bawah ini:
Tabel
2: Hasil Observasi Siswa Selama
Mengikuti Pembelajaran Siklus 1
No
|
Aspek yang diamati
|
|
Pertemuan Ke-
|
Rata-Rata
|
Persentase
(%)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
|||||
1
|
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran
|
39
|
41
|
43
|
44
|
|
41,23
|
87,76
|
|
2
|
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
|
20
|
23
|
24
|
30
|
24,25
|
51,59
|
||
3
|
Siswa yang aktif dalam
Pembelajaran
|
10
|
12
|
11
|
10
|
10,75
|
22,87
|
||
4
|
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca
|
30
|
10
|
11
|
10
|
15,25
|
32,44
|
||
5
|
Siswa yang kurang terampil dalam
membaca dengan baik dan benar
|
15
|
13
|
4
|
4
|
9
|
19,68
|
||
6
|
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar
|
4
|
4
|
6
|
3
|
4,25
|
9,24
|
||
7
|
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain)
|
|
9
|
6
|
6
|
2
|
|
5,75
|
12,23
|
Pada tabel 2 di atas diperoleh bahwa pada siklus I
dari 44 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 87,76 %;
siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 51,59 %; siswa
yang aktif dalam pembelajaran 22,87%; siswa yang masih perlu bimbingan sebanyak 32, 44 %; siswa yang kurang terampil
dalam membaca sebanyak 9,24 %; siswa yang mampu membaca dengan baik dam benar
sebanyak 9,24%; siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses
pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, mengangu, dan lain-lain)
mencapai 12,23 %.
Sedangkan data hasil tes siklus I terdapat pada table di bawah ini:
Tabel 3. Data Hasil Peningkatan
Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga pada Siklus
1
Nilai
|
Jumlah siswa
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
0 – 34
35
– 54
55
– 64
65
– 84
85
– 100
|
-
5
20
15
4
|
-
11,36
45,45
34,09
9,09
|
Sangat
rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
|
Jumlah
|
44
|
100
|
|
Dari tes siklus I di atas tergambar bahwa dari 44 siswa
kelas XI IPA III SMA Negeri I Palangga, 5 siswa atau11,36% pada kategori
rendah; pada kategori sedang mencapai 20 siswa atau 45,45%; kemudian pada
kategori tinggi sebanyak 15 siswa atau 34,09%; sedangkan pada kategori sangat
tinggi hanya 4 atau 11,36%.
Jadi, dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa yang
mencapai batas ketuntasan sekitar 19 siswa atau 43,18%, sedangkan siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan yaitu 25 siswa atau 56,81%.
4.
Refleksi
Di awal pertemuan pertama dan kedua
sebagian siswa belum dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik, hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini dan masih perlu
beradaptasi. Dari hasil pengamatan sering terjadi keributan terutama dalam
pembagian kelompok, perpindahan untuk diskusi baik dari kelompok asal ke
kelompok ahli maupun sebaliknya, selain menimbulkan keributan juga membutuhkan
waktu yang banyak untuk mengarahkan siswa untuk berdiskusi pada tempatnya,
penyebab yang lain adalah banyaknya waktu yang terbuang karena siswa masih
bingung dengan pembelajaran ini.
Secara umum selama penelitian
berlangsung hingga akhir siklus I semangat belajar siswa semakin nampak, mereka
semakin bias bekerjasama dengan anggota kelompoknya meskipun masih ada beberapa
kelompok yang masih belum bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik. Pada
akhir siklus I siswa diberi tes untuk menentukan sejauh mana kemampuan mereka
atas materi yang telah diberikan dan dibahas selama siklus I.
Pelaksanaan berjalan dengan lancar meskipun masih ada siswa yang bekerjasama
bahkan mengantuk dengan temannya. Demikian pula pada proses belajar mengajarmasih
terlihat siswa yang masih pasif, siswa yang demikian umumnya kurang memahami
materi yang diberikan.
Maka dari itu, perlu dilanjutkan pada
siklus II, dengan perencanaan sebagai berikut:
a)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam pembelajaran.
b)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
c)
Memberikan pengakuan dan penghargaan (reward).
2. Siklus II (Kedua)
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari
perencanan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada siklus kedua didasarkan
pada perencanaan siklus pertama, yaitu:
a)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam pembelajaran.
b)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
c)
Memberikan pengakuan dan penghargaan.
d)
Membuat perangkat pembelajaran metode jigsaw yang lebih mudah dipahami siswa.
2.
Pelaksanaan (Acting)
Aktivitas yag dilakukan pada
siklus II merupakan tindak lanjut dai siklus I. Pelaksanaan siklus II
dilaksanakan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan tindakan-tindaka
yang diasari oleh hasil observasi dan evaluasi serta refleksi. Pelaksanaan
siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk 1 kali pertemuan tes siklus
II.
3.
Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II, model jigsaw yang diterapkan mengalami
peningkatan, siswa mulai beradaptasi dengan kelompoknya, kerjasama sudah mulai
terorganisir dengan baik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Hal tersebut bisa dilihat pada data
hasil observasi di bawah ini:
Tabel 4. Data
Hasil Obsevasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II.
No
|
Aspek yang diamati
|
|
Pertemuan Ke-
|
Rata- Rata
|
Persentase
(%)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
|||||
1
|
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran
|
40
|
42
|
43
|
44
|
|
42,5
|
94,44
|
|
2
|
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
|
24
|
27
|
27
|
33
|
27,75
|
59,04
|
||
3
|
Siswa yang aktif dalam
Pembelajaran
|
10
|
17
|
14
|
15
|
14
|
29,79
|
||
4
|
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca
|
25
|
15
|
9
|
8
|
12,25
|
30,31
|
||
5
|
Siswa yang kurang terampil
dalam membaca
|
11
|
9
|
3
|
8
|
7,75
|
16,48
|
||
6
|
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar
|
4
|
8
|
8
|
5
|
6,25
|
13,29
|
||
7.
|
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, sering keluar masuk kelas, menganggu,
dan lain-lain)
|
|
8
|
4
|
4
|
2
|
|
4,5
|
9,57
|
Pada tabel 4 di atas diperoleh bahwa
pada siklus II dari 44 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran
sebanyak 94,44 %; siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
sebanyak 59,04 %; siswa yang aktif dalam pembelajaran 29,79 %; siswa yang masih
perlu bimbingan sebanyak 30,31 %; siswa
yang kurang terampil dalam membaca sebanyak 16,48 %; siswa yang mampu membaca
dengan baik dan benar mencapai 13,29 %; siswa yang melakukan aktifitas negatif
selama proses pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, menganggu,
dan lain-lain) mencapai 12,23 %.
Sedangkan data hasil tes siklus II tergambar
pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Data Hasil Peningkatan
Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga pada Siklus
II
No
|
Nilai
|
Jumlah siswa
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
0 – 34
35
– 54
55
– 64
65
– 84
85
– 100
|
-
-
3
17
24
|
-
-
6,81
38,64
54,55
|
Sangat
rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
|
|
Jumlah
|
44
|
100
|
|
Dari tes siklus II di atas tergambar bahwa dari 44 siswa
kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Palangga, 3 siswa atau 6,81% siswa yang tingkat
hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan membaca pada kategori sedang;
pada kategori tinggi mencapai 17 siswa atau 38,64%; kemudian pada kategori sangat
tinggi sebanyak 24 siswa atau 54,55%; sedangkan
Jadi, dari tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa yang
mencapai batas ketuntasan sekitar 41 siswa atau 93,19%, sedangkan siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan hanya 3 siswa atau 6,81%.
4.
Refleksi
Siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk tes
siklus II. Pada siklus kedua ini, siswa sudah bisa melaksanakan proses
pembelajaran tipe jigsaw. Kerjasama
mulai terorganisir dengan baik sehingga kegiatan diskusi kelompok terlihat
kompak dan berlangsung dengan tertib, suasana yang biasanya ribut dan menyita
banyak waktu mulai berkurang.
Pada siklus kedua ini, kendala-kendala yang dihadapi
siklus I sudah bisa teratasi, siswa yang biasanya melakukan kegiatan di luar
materi pembelajaran mulai berkurang,
bahkan siswa yang tadinya pasif sudah mulai aktif.
Dari hasil pengamatan ini, memberikan indikasi bahwa
perinsip pembelajaran kooperatif khusunya pada tipe jigsaw yang mengarah pada kerjasama, saling ketergantungan yang
positif dapat terpenuhi.
C. Deskripsi Kegiatan Akhir
Seperti yang telah disebutkan pada
tes pengumpulan pada poin kedua bagian keempat, bahwa apabila tes hasil siklus
II sudah mencapai batas ketuntasan, dalam artian 85% siswa yang sudah mencapai
nilai 65 ke atas, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca
tindakan).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian
tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Model pembelajaran
jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
tim-tim belajar heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa, materi
kelompok disajikan dalam bentuk tes dan setiap siswa bertanggung-jawab atas
penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkannya kepada anggota tim
lain.
2.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan dalam
mengikutui langkah-langkah jigsaw
akan meningkatkan motivasi siswa dalam hal keterampilan membaca serta
menumbuhkan sikap yang positif, sehingga prestasi belajar siswa akan lebih
baik.
3.
Kualitas pemahaman keterampialn membaca siswa kelas XI
IPA III SMA 1 Pallangga menjadi meningkat melalui penerapan kooperatif tipe jigsaw, hal ini ditunjukkan dengan hasil
tes sebelum tindakan, yang mendapat nilai >65 hanya 5 siswa (10,64%), pada
siklus I yang mendapat nilai >65 meningkat menjadi 19 siswa (43,18%), dan
pada siklus II yang memperoleh nilai >65 sebanyak 41 siswa (93,19%).
B.
Saran
Dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada peningkatan keterampilan membaca
disarankan :
1.
Guru hendaknya menggunakan berbagai macam strategi
pembelajaran.
2.
Untuk menghindari kegaduhan dan meminimalisir
kehilangan waktu, pembentukan kelompok direncanakn sebelumkegiatan pembelajaran
berlangsung.
3.
Guru harus lebih memotivasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2001. Teknik Pengajaran Jigsaw.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia .
Jakarta : Balai
Pustaka.
Elimidadiany,
Novi . 2008. Cooperatif Learning-Teknik Jigsaw. (Online), (http://mforum.cari.my/redirect.php?tid=11894&goto=lastpost.
Html, diakses18 Juni 2009).
Fauzi,
Imran. 2008. Pembebelajaran Koopertatif
Tipe Jigsaw. (Online),
(http://mforum2.cari.com.my/redirect.php?tid=118944&goto=lastpot. Html,
Diakses 18 Maret 2009).
Hidayat, Rahayu S. 1997. Pengetesan
Kemampuan Membaca Secara Komunitas. Jakarta :
Internusa.
Kosasih, E. 2007. 1700
Bank Soal Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia untuk SMA/MA. Bandung : Yarama Widya.
Nurhadi. 1987. Membaca
Cepat dan Efektif. Malang :
Sinar Baru Algesindo.
Nugrah Oka, Gusti. 1983. Pengantar
Membaca dan Pengajarannya. Malang :
Usaha Nasional
Pateda, Mansoer. 1982. Analisis
Kesalahan. Surabaya :
Nusa Indah.
Said, M. Ide. 1987. Keterampilan Membaca. Diktat. Makassar : Unismuh
Makasaar.
Slamet, H. Ahmad.
2001. Keterampilan Membaca. Jakarta : Depdiknas.
Soedarso. 1990. Reading
Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sahrah, Siti. 2006. Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia .
Skripsi. Makassar :
Unismuh Makassar.
Setiawan, Budi.
1987. Keterampilan Membaca. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta .
Tarigan, Djago dan Hery Guntur Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Taufik, Muhammad. 2007. Strategi Pembelajaran Membaca. Skripsi. Makassar :
FKIP Unismuh.
Tes Awal (pra tindakan)
Dinamika Sifat Malu dan Depresi
Sifat malu merupakan ekspresi rasa kurang aman dan kurang
nyaman, merasa diri terancam, kurang yakin diri, dan kurang percaya diri. Sifat
malu berlebihan akan membuat anak mengalami hambatan sosialisasi. Ia menjadi
tidak mampu bergaul dan enggan berupaya dalam melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungan pergaulannya. Ia menjadi penyendiri, tidak mampu bergaul, dan bahkan
akan lebih suka menghindari pergaulan dengan sesama.
Kesendirian sebagai akibat meningkatnya rasa kesepian yang
dihayati anak. Sunyi, sepi sendiri akan meningkat dan membuka peluang bagi
berkembangnya depresi pada seseorang yang ditandai rasa sedih, murung,
kehilangan gairah dalam aktivitas secara berkelanjutan.
Peningkatan taraf ekstrim depresi tersebut akan diikuti
perasaaan ditolak yang akan membuatnya bertambah enggan memulai sosialisasi.
Kondisi emosi negatif ini akan bertambah parah dengan meningkatnya rasa
bersalah karena terbiasa menyalahkan diri sendiri dan pikirannya didominasi
pikiran dan perasaan dirinya adalah sosok yang “melempem”, tidak berguna, tidak
layak hidup, dan sebagainya.
Depresi kronis macam ini, pada saat kondisi kekuatan ego
semakin melemah, akan diikuti halusinasi auditif (mendengar suara tidak jelas
di telinga). Umumnya, ia pun akan lebih suka duduk menyendiri, merenung
kesalahan yang ia yakini, dan tidak mampu berharap apapun akan masa depnnya.
Untuk kasus seperti ini, dibutuhkan program psikoterapi dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi penderita depresi yang
penanganannya dilakukan oleh psikoterapis professional. Selain itu, yang perlu
diperhatikan oleh semua orang tua adalah “lebih baik mencegah daripada
mengobati”. Artinya, dibutuhkan kepekaan orang tua akan perkembangan emosional
anaknya sedini mungkin, mencari penyebabnya, dan mengupayakan perbaikan bila
ditemukan gejala malu berlebihan pada anak-anak.
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini berdasarkan wacana di atas!
1.
Apa tema dari wacana di atas?
2.
Tuliskan jenis paragrap yang terdapat pada paragrap pertama!
3.
Tuliskan ide pokok dari paragrap pertama dan kedua!
4.
Mengapa sifat malu yang berlebihan akan membuat anak
mengalami hambatan sosialisasi?
5.
Apa yang akan membuka peluang bagi berkembangnya
depresi pada seseorang?
6.
Apa tanda-tanda seseorang terkena depresi?
7.
Deprsesi kronis pada saat kondisi kekuatan ego melemah
akan diikuti halusinasi auditif. Apa yang dimaksud dengan halusinasi audtif?
8.
Untuk kondisi di atas, apa yang diibutuhkan untuk
mengobati pasien?
9.
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Apa arti
ungkapan tersebut dalam kaitannya dengan kasus pada wacana di atas?
10. Tuliskan
kesimpulan dari wacana “Dinamika Sifat Malu dan Depresi”?
Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 1 Pallangga
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI IPA III
Semester : I (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2009/2010
A. STANDAR KOMPETENSI
Membaca: Memahami ragam wacana
tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring.
B. KOMPETENSI DASAR
Menentukan perbedaan paragraf induktif dan
deduktif melalui kegiatan membaca intensif.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
- Kalimat
utama
- Kalimat
penjelas
- Kalimat
kesimpulan
- Ciri
paragraf deduktif/induktif
- Perbedaan
deduktif dengan induktif
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
D. INDIKATOR
Menggunakan model kooperatif tipe jigsaw jigsaw dengan benar terutam dalam:
- Menemukan
kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
- Menemukan
kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama
- Menentukan
paragraf deduktif dan induktif
- Mengidentifikasi
ciri paragraf deduktif dan induktif
- Menjelaskan
perbedaan antara paragraf deduktif dan induktif
E. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw maka siswa dapat:
- Menemukan
kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
- Menemukan
kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama
- Menentukan
paragraf deduktif dan induktif
- Mengidenifikasi
ciri paragraf deduktif dan induktif
- Menjelaskan
perbedaan paragraf deduktif dan paragraf induktif
F. METODE PEMBELAJARAN
- Ceramah
- Penugasan
- Diskusi
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
A. Kegiatan
Awal
- Membuka
pembelajaran
- Mengaitkan
pemahaman siswa tentang apa yang akan dipelajari
B. Kegiatan
Inti
Pertemuan I
1. Siswa menemukan kalimat yang mengandung
gagasan utama pada paragraf
2. Siswa menemukan kalimat penjelas yang
mendukung gagasan utama
3. Siswa menentukan paragraf deduktif dan
induktif
4. Siswa mengidentifikasi ciri paragraf
deduktif dan induktif
5. Siswa menjelaskan perbedaan antara
paragraf deduktif dan paragraf induktif
Pertemuan II
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe Jigsaw)
C. Kegiatan
Akhir
1. Menyimpulkan materi
2. Menutup pelajaran
H. ALOKASI WAKTU
4 x 45 menit
I. SUMBER/BAHAN/ALAT
PEMBELAJARAN
·
Buku
yang terkait dengan paragraf
·
Artikel/berita
dari media cetak
J. PENILAIAN
Jenis tagihan :
Tugas individu, tugas kelompok
Bentuk instrumen :
Pilihan ganda
Lembar Observasi Siswa Selama Mengikuti
Pembelajaran Siklus 1
No
|
Aspek yang diamati
|
|
Pertemuan Ke-
|
Rata-Rata
|
Persentase
(%)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
|||||
1
|
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
||
3
|
Siswa yang aktif dalam
Pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
||
4
|
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca
|
|
|
|
|
|
|
||
5
|
Siswa yang kurang terampil dalam
membaca dengan baik dan benar
|
|
|
|
|
|
|
||
6
|
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar
|
|
|
|
|
|
|
||
7
|
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Soal Siklus I
1.
Dampak merebaknya penyebab virus sindrom pernapasan
akut parah (Severe Acute Respiratory
Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura, mulai mengancam bisnis
perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dalam negeri maupun dari luar negeri
merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang hingga sepuluh persen.
Demikian kata Public Realition Manager
Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo, dan pengusaha Novotel Hotel, Anas,
ketika dihubungi kompas di Batam.
Ide pokok
paragraf tersebut adalah…
A.
Dampak penyebaran virus SARS terhadap bisnis
perhotelan.
B.
Penyebaran virus SARS dari negeri Jiran (Singapura).
C.
Virus SARS mengancam bisnis perhotelan di Singapura.
D.
Dampak virus SARS terhadap penghuni hotel di Batam.
E.
Dampak penyebaran virus SARS dirasakan oleh para
pengusaha.
2.
(1) Istilah rangkuman, sinopsis, dan ringkasan sudah
tidak asing dalam bidang tulis menulis.(2) Semua hal tersebut bisa ada dalam
karya tulis. (3) salah satu bentuk yang akan kta bicarakan yaitu ringkasan. (4)
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tepat
mempertahankan urutan isi. (5) Ringkasan adalah gambaran kecil isi teks yang
panjang.
Kalimat utama
paragraf tersebut terletak pada nomor…
A. (1) B.(2) C. (3) D.
(4) E. (5)
3.
Satelit sepanjang 5 meter itu menempuh jarak 300 km dari bumi untuk mengintai komet Wild-2.
Stardust yang diluncurkan kurang lebih 5 tahun yang lalu itu memang ditugasi
untuk mengintai komet yang berbentuk bulat seperti batu dan es berkawah
berdiameter lebih dari lima
kilometer…dan telah mencatat 72 gambar komet yang direkam oleh kamera Stardust.
Kalimat yang
tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah…
A.
Begitu debunya tertangkap, sebuah alat pengumpul yang
berbentuk seperti kulit kerang bekerja.
B.
Stardust juga sudah mengirimkan beragan data ke bumi.
C.
Alat ini akan mengamankan sampel sampai pendaratan
nanti.
D.
Debu itu dijaring dengan alat penangkap partikel yang
berbentuk raket tenis.
E.
Satelit ini bekerja melintasi kumpulan debu yang
menyelimuti inti komet.
4.
Telepon genggam sudah banyak dimiliki masyarakat bahkan
dalam sebuah keluarga, hampir semua
anggota keluarga memilikinya. Di samping memang sudah merupakan alat
komunikasi yang mudah dibawa-bawa, pengoperasian telepon pun tidak sulit dan
terjangkau pula. Ada
kemungkinan perkembangan alat ini pesat karena hal-hal tersebut. Ditambah pula
karena muncul variasi bentuk, merek, dan model baru. Oleh sebab itu, sekarang
barang-barang tersebut sudah dianggap bukan barang mewah lagi.
Pola
pengembangan paragraf tersebut adalah…
A.
Eksposisi B. Narasi C. Deskripsi D.Argumentasi E. Persuasi
5.
“Rayonisasi dulu dan sekarang itu berbeda”. Kalau dulu
rayonisasi mengelompokkan anak untuk melanjutkan sekolah pada daerah tertentu,
sekarang hanya membantu orang tua murid mendaftar sekolah. Jadi bersifat
pelayanan.
“Sekarang,
murid bebas memilih sekolah”, kata Abdul Rochim, Kepala Sub Dinas Pendidikan
Sekolah Lanjutan Tngkat Pertama (SLTP) Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI
Jakarta, saat ditemui kompas sebelum acara Sosialisasi
PSB 2002/2003 di Jakarta, jumat (10/5).
Gagasan utama
paragraf di atas adalah…
A.
Perbedaan pengertian rayonisasi dulu dengan sekarang.
B.
Rayonisasi adalah pengelompokkan anak untuk
melanjutkan.
C.
Rayonisasi adalah wujud yang bersifat pelayanan.
D.
Kebebasan murid untuk memilih sekolah
E.
Pernyataan Kepala Subdinas Pendidikan SLTP
6.
Suasana kawasan ini tertata rapi. Jalannya sudah bagus,
dan tak mengusik kehidupan sekitarnya. Hadirnya fasilitas modern hotel spa dan
sarana hiburan, sekian banyak resto, merupakan bentuk simbiose mutualistik
dengan warga setempat, terbangunnya jalanan yang bagus memudahkan akses petani,
terutama yang menanam ubi cilmus yang manis, ke pasar di kota ,
bahkan banyak dikirim ke pasar-pasar di Jakarta .
Paragraf
tersebut mendeskripsikan…
- Suasana perkampungan
- Suasana alam pedesaaan
- Suasana disuatu desa wisata
- Kondisi pegunungan
- Kenyamanan alam pegunungan
7.
Kondisi yang paling penting dalam modernisasi pertanian
adalah sikap hidup petani. Mengapa demikian? Karena pertanian sebagai pelaku
utama dalm kegiatan pertanian dapat dianggap sebagai manajer usaha taninya. Dia
harus mampu mengelola, mengambil keputusan, dan betanggung jawab terhadap
langkah-langkah yang diambilnya.
Paragraf di
atas tergolong ke dalam jenis paragraf…
A. Deskriptif B. Naratif C. Campuran D.
Induktif E. Deduktif
8.
Cermatilah kalimat acak berikut!
(1) Mencari bahan-bahan tulisan yang sesuai dengan
tema yang anda pilih.
(2) Mengmbangkan kerangka karangan menjadi
karangan yang lengkap.
(3) Jika anda menulis
karya ilmiah harus memperhatikan langkah-langkah berikut.
(4) Memilih tema karangan yang mudah dibahas dan
dipahami.
(5) menyusun kerangka karangan sesuai tema yang
anda pilih.
Jika
kalimat-kalimat tersebut disusun menjadi paragraf, susunan yang paling tepat
adalah…
A.
(3), (4), (1), (5), dan (2) D. (3), (1), (5), (4), dan (2)
B.
(3), (1), (4), (5), dan (2) E. (3), (1), (4), (2), dan (5)
C.
(3), (4), (5), (1), dan (2)
9.
Setelah dibakar, kemudian dikilapkan dan dihias. Dalam
pengkilapan, benda tersebut disalut dengan cairan yang disebut glastur, lalu
dibakar lagi. Glastur meleleh menjadi lapisan kaca yang membuat benda itu
tampak mengkilap dan kedap air. Tembikar dihiasi dengan gambar-gambar sebelum
atau sesudah pengglasturan.
Paragraf di
atas berbicara tentang…
A.
Cara memasak dalam tungku D. Cara membuat tungku
B.
Cara membuat tebikar E.
Cara menenun
C.
Cara membatik
10. Bacalah
paragraf berikut dengan saksama!
(1) Menabung di
bank banyak positifnya. (2) Uang yang disimpan aman dari tangan yang tidak
bertanggung jawab. (3) Semakin lama, uang yang ditabung bertambah dan berbunga.
(4) Apabila ingin berbelanja, uang tabungan tidak perlu diambil ke bank, cukup
dengan memakai ATM. (5) Yang palinh penting, pemilik uang tidak akan kehilangan
uangnya.
Kalimat yang merupakan pernyataan unum dalam
paragraf tersebut terdapat pada kalimat nomor…
A. (1) B. 2) C.
(3) D. (4) E. (5)
Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 1 Pallangga
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI IPA III
Semester : I (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2009/2010
A. STANDAR KOMPETENSI
Membaca: Memahami ragam wacana
tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring.
B. KOMPETENSI DASAR
Membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan
sikap membaca yang baik
C. MATERI PEMBELAJARAN
Naskah berita
- Ciri-ciri
berita yang baik
- Lafal
- Tekanan
- Intonasi
- Jeda
- Unsur atau
pokok-pokok berita (what, who, where, when, why, dan how (5 W + 1 H))
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
D. INDIKATOR
Menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dengan
benar terutama dalam:
- Membacakan
naskah berita dengan memperhatikan penggunaaan lafal, intonasi, kejelasan
ucapan, tatapan mata, dan sikap membaca yang benar
- Membahas
pembacaan berita yang dilakukan teman
- Menentukan
pokok-pokok berita (Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, Bagaimana)
E. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw maka siswa dapat:
- Membacakan
naskah berita dengan memperhatikan penggunaaan lafal, intonasi, kejelasan
ucapan, tatapan mata, dan sikap membaca yang benar
- Membahas
pembacaan berita yang dilakukan teman
- Menentukan
pokok-pokok berita (Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana)
F. METODE PEMBELAJARAN
- Ceramah
- Penugasan
- Latihan
- Diskusi
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
A. Kegiatan
Awal
- Membuka
pembelajaran
- Mengaitkan
pemahaman siswa tentang apa yang akan dipelajari
B. Kegiatan
Inti
Pertemuan I
·
Siswa
membacakan berita dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang tepat
·
Siswa
mendiskuskan pembacaan berita yang dilakukan teman
·
Siswa
megidentifikasi pokok-pokok berita
Pertemuan II
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
C. Kegiatan
Akhir
·
MENYIMPULKAN
materi
·
Menutup
pelajaran
·
Penugasan
H. ALOKASI WAKTU
6 x 45 menit
I. SUMBER/BAHAN/ALAT PEMBELAJARAN
Buku dari media cetak/elektronik, buku tata bahasa
J. PENILAIAN
Jenis tagihan :
Tugas individu, tugas kelompok
Bentuk instrumen :
Pilihan ganda
Lembar Obsevasi
Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II.
No
|
Aspek yang diamati
|
|
Pertemuan Ke-
|
Rata- Rata
|
Persentase
(%)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
|||||
1
|
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
||
3
|
Siswa yang aktif dalam
Pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
||
4
|
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca
|
|
|
|
|
|
|
||
5
|
Siswa yang kurang terampil
dalam membaca
|
|
|
|
|
|
|
||
6
|
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar
|
|
|
|
|
|
|
||
7.
|
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, sering keluar masuk kelas, menganggu,
dan lain-lain)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Soal Siklus II
Teks
berikut untuk menjawab soal nomor 1-3
Sekitar 300 dari
400-an kios dan jongko (los) di Pasar Inpres Sayati, Kota Bandung , Sabtu (26/8) dini hari, musnah
terbakar. Dalam perisiwa itu seorang perempuan pedagang ayam potong, Fatimah
Bin Yusuf (50-an), tewas terbakar karena terkurung api dalam kiosnya.
Keterangan yang
dihimpun sabtu siang menyebutkan, api mulai berkobar sekitar pukul 02.30 ketika
para pedagang masih tertidur lelap. Karena kencangnya tiupan angin kemarau dan
terbakarnya tenda-tenda plastik, api dengan cepat menjalar ke hampir semua
bagian pasar yang terletak di Jalan Kopo itu.
Api baru
berhasil diatasi sekitar pukul 07.30, setelah sekitar sepuluh mobil pemadam
kebakaran dari Kota
dan Kabupaten Bandung dikerahkan e lokasi kejadian. Namun, akibat luapan massa , Jalan Poros Kopo
Soreang sempat macet total selama beberapa jam.
1.
Pertanyaan yang sesuai dengan isi teks berita tersebut
adalah…
A.
Berapa rupiah kerugian atas kebakaran pasar Inpres
Sayati?
B.
Di manakah Fatimah, korban kebakaran tersebut
dimakamkan?
C.
Siapa yang menjadi korban kebakaran Pasar Inpres
Sayati?
D.
Dari mana datangnya tiupan angin kencang ke lokasi
kebakaran?
E.
Mengapa para pedagang terlelap tidur ketika terjadi
kebakaran?
2.
Jawaban yang tepat atas pertanyaan “Bagaimana cara
mengatasi kobaran api dalam peristiwa kebakaran pasar Inpers Sayati tersbut?”
adalah…
A.
Mengoperasikan mobil pemadam kebakaran ke lokasi
kebakaran
B.
Mengaahkan para penduduk di sekitar lokasi kebakaran
C.
Membangunkan para pedagang yang masih terlelap tidur
D.
Mengarahkan aparat keamanan Kota yang dan Kabupaten Bandung
E.
Membangunkan masyarakat yang sedang tertidur lelap
3.
Pokok-pokok penting dalam teks berita tersebut adalah…
A.
Pasar Inpres Sayati terbakar tanggal 28 Agustus, pukul
02.30 dini hari.
B.
Pasar Inpres Sayati terbakar, satu orang tewas, dan
Jalan Kopo Soreang macet.
C.
Api mlai berkobar pukul 02.30 dan baru dapat diatasi
pukul 07.30.
D.
Jalan Kopo Soreang macet total karena Pasar Inpres
Sayati kebakaran.
E.
Angin kencang kemarau mengakibatkan cepatnya api
menjalar ke kios-kios.
4.
(1) Di IRRI (Internasional
Rice Research of Institute) Los Banos di Filipina terdapat puluhan ribu
jenis padi yang berasal dari seluruh dunia. (2) Plasma nutfah padi yang berasal
dari Indonesia pun ada di sana . (3) Dengan
mengawinsilangkan berbagai padi jenis unggul itu diperoleh jenis padi unggul
baru. (4) PB4 misalnya, merupakan hasil kawin silang antara berbagai jenis padi
unggul Indonesia dengan padi
unggul Taiwan .
(5) Kalau hasilnya ternyata kurang, dicari lagi jenis lain yang ada.
Pertanyaan yang
sesuai dengan isi paragraf di atas adalah…
A.
Mengapa plasma nutfah berada di IRRI?
B.
Ada
berapa jenis padi yang ada di IRRI?
C.
Siapakah yang mendirikan IRRI?
D.
Negara manakah yang paling banyak mengambil bibit
unggul dari IRRI?
E.
Bagaimanakah cara memperoleh bibit padi unggul yang
baru?
5.
Seni dapat memperkaya kehidupan seseorang karena dapat
memberikan pengalaman emosi aatau pengalaman keindahan.Sebuah karya seni
disebut bermutu jika pengalaman emosi atau pengalaman keindahan yang khas dan
bermakna,di berikan karya seni itu.Namun,sayangnya tidak semua karya seni
memiliki kualitas yang bermakna.
Pendapat di
atas mengemukakan masalah…
A.
Pengerian seni C. Fungsi seni E. Makna seni
B.
Kualitas seni D. Kendala seni
6.
Telah terjadi pemusnahan masssal terhadap
makhluk-makhluk asing oleh sekelompok ilmuan di negeri adidaya itu.
Informasi
tersebut tidak jelas. Sebabnya adalah…
A.
Tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar
B.
Subyek masalah yang diinformasikannya masih kabur
C.
Menginformasikan sesuatu yang di luar kebiasaan
D.
Tidak menyertakan para pendapat para ahli
E.
Strukur kalimat itu tidak lengkap
7.
Deklarasi gerakan nasional anti-politisi hitam di Tugu
Proklamasi Jakarta Pusat (29/12) mendapat dukungan massa dari elemen demokrasi, mahasiswa, dan
parpol. Parpol yang mendukung dan mengerahkan langsung massanya, yakni Partai
Keadilan Sejahtera. Sementara itu, tokoh-tokoh yang hadir diantaranya Nurcholis
Madjid, Ali Sadikin dan coordinator Teten Masduki.
Cuplikan di
atas memberitakan peristiwa…
A.
Parahnya korupsi Indonesia
B.
Dukungan massa
yang anti-politisi hitam
C.
Deklarasi gerakan nasional anti-politisi hitam
D.
Dukungan parpol terhadap deklarasi nasional
E.
Hadirnya tokoh-tokoh nasional dalam sebuah deklarasi
8.
Ternyata sulit bagi PSSI untuk menemukan jawaban
penyebab kematian pemain Persebaya, almarhum Eri Eriyanto. Selembar laporan
penanganan tim dokter RSUD dr Sutomo Surabaya
yang dikirim pihak keluarga almarhum Eri kepada PSSI, hanya menyebutkan Eri
meninggal karna cedera otak. Hal itu tidak dapat menjelaskan penyebab kematian
Eri.
Masalah
yang terungkap dalam cuplikan berita di atas adalah….
A.
Eri Eriyanto sebagai pemain persebaya.
B.
Eri Eriyanto yang meninggal karena cedera otak.
C.
Sulitnya PSSI dalam menemukan jawaban penyebab kematian
Eri Eriyanto.
D.
Penangan tim dokter RSUD dari Sutomo Surabaya untuk penyakit Eri Eriyanto.
E.
Laporan penanganan tim dokter RSUD dr Sutomo Surabaya yang dikirim
pihak keluarga almarhum Eri kepada PSSI.
Teks berikut digunakan untuk menjawab nomor 9-10
Dengan surat itu, PSSI melalui
komisi kesehatan tidak berani memberi permyataan resmi karena data tidak lengkap. “Kami belum
dapat berkomentar apa-apa. Sebab, dari surat
itu kami tidak tahu apa yang menyebabkan cedera otak, dan peryataan-peryataan
lain dapat menjadikan persoalan Eri almarhum manjadi terang ,” ujarnya.
9.
Cuplikan di atas dapat dinyatakan kembali menjadi….
A. PSSI belum dapat berkomentar apa-apa.
B. PSSI lepas tangan atas meninggalnya Eri
Eriyanto.
C. Data kematian Eri Eriyanto tidak
lengkap.
D. Kematian Eri Eriyanto disebabkan oleh
cedera otak.
E. Persoalan Eri Eriyanto menjadi persoalan di PSSI.
10. Dilihat dari istilah-istilah
yang digunakan, cuplikan berita tersebut berhubungan
dengan bidang….
A. Atletik
B. Bola basket
C. Tenis meja
D. Senam
E. Sepak bola
Dokumentasi evaluasi tes awal
Dokumentasi evaluasi siklus I
Dokumentasi
evaluasi siklus II
Dokumentasi evaluasi siklus II
Daftar Hadir Siswa
SMA Negeri 1
Pallangga Kabupaten Gowa
Nama
Sekolah : SMA Negeri
1 Pallangga
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tahun
pelajaran : 2009/2010
Kelas/Semester : XI IPA III/ I (Ganjil)
No
|
Nama Siwa
|
L/P
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Ket
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Giffari Imam Bachtiar
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
2
|
Hendriadi
|
L
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
3
|
Nurmachfud Aswal Ashar
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
4
|
Syamsinar
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
5
|
Sri Astuti Ayu Nengsih
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
6
|
Ario Adrianto
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
7
|
Hasni
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
8
|
Hijrianti
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
9
|
Indah Ayu Risnah
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
Izin
|
10
|
Muh. Azhari
|
L
|
√
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sakit
|
11
|
Muh Nurman
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
12
|
Muh Sahir R
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
13
|
Rahmat Febriandi
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
14
|
Rezky
|
P
|
-
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
15
|
Asrianti
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
16
|
Ayu Andriana
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
17
|
Fitrianti
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
18
|
Hendri
|
L
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Izin
|
19
|
Lili Nur Indah Sari
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
20
|
Nurul Hikmah
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
21
|
Asni Puspita Sari
|
P
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
22
|
Devi Dina Mardiana
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
Alpa
|
23
|
Fatimatuz Zahra
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
24
|
Mukhlis B
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
25
|
Risky Handayani
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
26
|
Hasmia Baharuddin
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
27
|
Kartini
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
28
|
Mei Risky
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
29
|
Mustakim
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
30
|
Riskawati
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
31
|
Risnawati
|
P
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
32
|
Satriani
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
33
|
Alwi Jaya
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
34
|
Haidir Buyung
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
35
|
Harianto
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
36
|
Nur Rahman
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
37
|
Riska Cahyani
|
P
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sakit
|
38
|
Sri Wahyuni H
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
39
|
Syamsiah
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
Sakit
|
40
|
Yulianti
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
41
|
Zadriana
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
42
|
Riskayani H
|
P
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
43
|
Andi Saifullah
|
L
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
44
|
Nihaya Hardrianti
|
P
|
-
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
Alpa
|
RIWAYAT HIDUP
MULIADI, lahir pada tanggal 10 Juli 1986, Provinsi Sulawesi Selatan,
Kabupaten Pangkep, Kecamatan Pangkajene. Anak pertama dari enam bersaudara
hasil dari pernikahan Mustapa dan Munira.
Penulis
memulai Pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 6 Lokkasaile pada tahun 1993
dan tamat pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan
di SLTP Negeri I pangkajene kemudian tamat tahun 2002, kemudian penulis
melanjutkan Pendidikan ke SMU Negeri I Pangkajene dan tamat tahun 2005.
Selanjutnya
tahun 2005 melanjutkan ke perguruan tinggi di kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
Akhirnya,
penulis mengajukan judul Skripsi dan diasesekan atau diterima oleh ketua
jurusan bahasa dan sastra Indonesia .
Penulis pun melanjutkan penelitian dengan judul skripsi “ Penerapan Model
Koopeatif Tipe Jigsaw dalam
meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga
Kabupaten Gowar” yang diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar.