BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, bahasa merupakan
alat yang paling utama dalam berkomunkasi. Pentingnya bahasa tersebut dapat
dilihat pada setiap aktivitas manusia yang selalu menggunakan bahasa sebagai
wahana pokoknya. Oleh karena itu, peranan bahasa sangat penting artinya sebagai
alat komunikasi dalam kehidupan manusia.
Dalam
proses komunikasi terdapat empat keterampilan yang berbeda, namun saling
berhubungan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itu
perlu mendapat perhatian sepenuhnya di dalam pembelajaran bahasa Indonesia .
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia
dalam KTSP mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Salah satu aspek satu aspek keterampilan berbahasa yang
ingin dikembangkan penulis adalah keterampilan menulis.
Menulis merupakan salah satu kemampuan
yang perlu dimiliki oleh siswa sejak mulai sekolah dasar sampai sekolah
lanjutan. Dengan memiliki kemampuan menulis cakrawala berpikir kreatif dan
kritis siswa dapat berkembang. Selain itu, keterampilan ini akan menunjang
kelanjutan studi mereka ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi maupun bekal
untuk bekerja.
Pada umumnya, siswa kurang berminat
pada kegiatan menulis. Mereka lebih menyukai
berkomunikasi secara lisan karena
berkomunikasi secara lisan lebih mudah dibandingkan berkomunikasi secara
tertulis. Hal inilah yang menyebabkan siswa tidak mampu melakukan kegiatan
menulis sebagai perwujudan bentuk komunikasi tertulis.
Kepandaian seseorang dalam menulis
tidak selalu ditentukan oleh faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan
kemampuan menulis, yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, dan kemampuan
membaca. Jelaslah bahwa ketiga
faktor tersebut merupakan bagian dari sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan menulis seseorang.
Mencermati
pentingnya peranan menulis dalam KTSP
siswa dilatih berpikir kreatif, kritis, dan inovatif. Di samping itu,
pemerintah senantiasa menyelenggarakan lomba karya ilmiah yang diperuntukkan
bagi siswa SMA sehingga siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir kreatif,
kritis, dan inovatif. Masalah pengajaran bahasa Indonesia terutama keterampilan
menulis perlu mendapat perhatian dan penekanan yang intensif dari guru bahasa
Indonesia karena keterampilan menulis merupakan salah satu subpokok bahasan
dalam pengajaran bahasa Indonesia di
SMA. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis harus dikuasai setiap siswa.
Fenomena
di kelas berdasarkan observasi awal penulis menunjukkan bahwa pembelajaran
menulis karangan deskripsi di kelas X dilaksanakan dengan berorientasi pada
hasil dan mengabaikan proses. Proses menulis ini menyebabkan siswa kurang
kreatif dalam menciptakan ide, lambat dalam proses menulis, siswa sulit
menggambarkan suatu objek, dan sebagainya. Sistem pembelajaran menulis tersebut
merupakan pandangan lama sehingga karangan siswa yang dinilai itu banyak
mengalami kesalahan. Hal inilah memengaruhi pembelajaran menulis penting
diterapkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Pentingnya pembelajaran menulis dapat dilihat dari beberapa hasil
penelitian antara lain: Penelitian (La Abo, 2005) menunjukkan bahwa strategi
guru pembelajaran menulis kreatif masih bersifat klasikal (penyampaian bersifat
lisan) atau belum terlaksana sesuai model pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sehingga masih diperlukan penyesuaian (adaptasi). Penelitian
selanjutnya, yaitu Kadir (2005) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
materi pembelajaran disajikan oleh guru dua macam strategi, yaitu: (1) materi
pelajaran didiktekan sendiri, materi diambil dari ”Terampil Berbahasa
Indonesia”, (2) materi diambil dari satuan pelajaran materi disusun dalam
bentuk satuan pelajaran. Materi
pelajaran yang disajikan masih sangat teoretis. Begitu pula dalam hal
pengembangan tulisan siswa, guru sangat memperhatikan macam-macam ejaan yang
ada seperti penggunaan tanda titik, koma, tanda tanya, huruf kapital, dan
penulisan kata gabung. Kedua hasil penelitian memberikan indikator betapa
pentingnya pengajaran menulis bagi siswa, baik di SMP maupun di SMA.
Pentingnya
pembelajaran menulis diterapkan di SMP maupun SMA merupakan salah satu tujuan
KTSP 2006, yaitu siswa diharapkan mampu mengungkapkan informasi dalam bentuk karangan deskriptif. Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran
menulis yang lebih kreatif dan inovatif, yaitu pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis menuntun siswa agar
mampu melakukan proses menulis, mulai dari penciptaan ide, pemaparan isi
tulisan, pengorganisasian tulisan, pemakaian kalimat secara efektif, dapat
menggunakan pilihan kata yang tepat, pemakaian ejaan dan tanda baca, serta
dapat membuat paragraf yang baik. Selain itu, siswa dapat mengomunikasikan
ide-ide atau gagasan-gagasan, argumen-argumen serta mampu memberi bentuk kepada
segala sesuatu yang ia rasakan, berupa rangkaian kata secara tertulis, tersusun
dengan sebaik-baiknya sehingga gagasannya itu dapat dipahami dan dapat dipetik
manfaatnya dengan mudah oleh orang lain.
Pembelajaran menulis dengan pendekatan proses menuntut
guru harus memahami aspek-aspek menulis, memiliki kemampuan menulis yang
mandiri dan pendekatan ini membimbing siswa secara terarah. Di samping itu,
pendekatan ini memberikan motivasi kepada siswa untuk mengamati lingkungannya.
Dengan pengamatan tersebut tentunya siswa akan termotivasi untuk menulis
deskriptif berdasarkan objek yang telah diamati
di bawah bimbingan guru tersebut.
Penerapan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan
hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya.
Untuk dapat menerapkan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran
kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan
karakteristik mata pelajaran /bidang studi.
Pada pendekatan keterampilan proses yang
berlangsung memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekadar mendengar cerita atau penjelasan guru mengenai suatu
ilmu pengetahuan. Justru di sisi lain mereka bisa merasa berbahagia dengan
peran aktifnya sebagai ilmuwan.
Berdasarkan pentingnya kajian
kemampuan menulis siswa di SMA yang semuanya dipersiapkan untuk dapat menulis
karena para siswa akan diperhadapkan pada ujian praktik mengarang. Hal ini yang
mendorong penulis mengadakan penelitian dengan judul ”Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Penulis memilih judul tersebut dengan alasan
(1) pengajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan dalam pengajaran
bahasa Indonesia di SMA, dan (2) bagi siswa SMA setiap akan menyelesaikan
studinya diberikan ujian praktik menulis karya tulis ilmiah dan ujian mengarang.
Selain itu, pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pendekatan
keterampilan proses kurang diperhatikan oleh guru. Oleh karena itu, melalui hasIl
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru bahasa
Indonesia agar menggunakan pendekatan pembelajaran menulis yang menekankan
proses dan hasil, bukan yang berorientasi pada hasil.
Untuk mengetahui secara pasti pemanfaatan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas
X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar perlu dilakukan penelitian
secara mendalam. Dalam penelitian ini, siswa dituntut menguasai aspek dalam
menulis deskripsi, yaitu Isi gagasan yang
dikemukakan, organisasi isi, tata bahasa, gaya: pilihan struktur dun kosakata,
dan ejaan. Dan untuk memiliki keterampilan menulis yang memadai, diperlukan
latihan yang sistematis dan terarah. Dalam proses belajar-mengajar, salah satu
pendekatan yang ingin diterapkan adalah pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran menulis deskripsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini
ialah “Bagaimanakah kemampuan
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bersifat teoretis maupun
bersifat praktis.
1.
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
a.
Memberikan
sumbangan pemikiran berupa inovasi pembelajaran dengan pemanfaatan keterampilan
proses dalam pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong
Utara Kabupaten Takalar.
b.
Bagi guru bahasa, penelitian ini dapat dijadikan acuan
belajar dan mengevaluasi diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.
c.
Memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya, khusus
penelitian menulis deskripsi dengan pemanfaatan keterampilan proses.
2.
Manfaat
Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut
ini.
a.
Sebagai masukan kepada guru bahasa Indonesia tentang
pemanfaatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis deskripsi.
b.
Sebagai bahan informasi kepada guru tentang inovasi
pembelajaran dengan pemanfaatan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran menulis deskripsi.
c.
Hasil penelitian ini, menjadi bahan masukan kepada
pengelola pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran menulis
deskripsi di SMA Negeri Galesong Utara Kabupaten Takalar.
BAB II
|
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Menulis
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mengukapkan pikiran dan idenya kepada yang lain atau kepada
dirinya sendiri melalui bahasa tulis.
Lado
(dalam Tarigan, 1993: 21) mengemukakan bahwa:
Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambaran
atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan
ketentuan-ketentuan bahasa. Menulis merupakan representasi (penulis) bagian dari
ketentuan-ketentuan ekspresi bahasa, Hal ini merupakan perbedaan utama antara
lukisan dun tulisan.
Menurut
Natia (1994:1) “karangan adalah suatu proses kegiatan pikiran seseorang yang
hendak mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain atau kepada
dirinya sendiri dalam bentuk tulisan.
Mengarang
meliputi cara penulis melahirkan isi kesadarannya (gagasan, perasaan dan
ungkapan efektif dan intensif, cara menyusun dan menarik perhatian, dan
lain-lain (Depdikbud, 2005: 45). Selanjutnya, The (1992: 17) mengatakan mengarang
adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
penyampaian melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain
atau kepada dirinya sendiri melalui bahasa tulis.
2. Tujuan Pembelajaran Menulis
Pembelajaran
menulis merupakan salah satu bagian dari bahasa dan sastra Indonesia ,
untuk dapat menyusun suatu karangan yang baik diperlukan beberapa syarat,
antara lain kemampuan berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilih,
dan menentukan tema karangan dan harus banyak membaca dan berlatih. Tujuan pembelajaran
menulis di sekolah menurut Natia (1994) sebagai berikut ini.
a.
Terampil mencari dan menemukan gagasan, idea atau topik
yang cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita. Untuk mencapai
tujuan itu harus dicari sumber ide/sumber gagasan itu ada empat macam: (1)
pengalaman, (2) pengamatan, (3) daya khayal, dan (4) pendapat dan keyakinan;
Setiap hari dialami sesuatu, tinggal mengingat-ingat saja pengalaman yang
lalu untuk dijadikan topik karangan. Pengalaman merupakan sumber gagasan yang
paling mudah digali untuk menyusun cerita atau narasi.
b.
Terampil mengembangkan gagasan, ide atau topik dan
menyusunnya menjadi karangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan ini
sangat luas. Untuk mencapai ini perlu mengembangkan topik, ide atau gagasan
yang telah dipilih menjadi karangan. Dikumpulkan fakta, contoh, informasi,
sehingga jelas bagi pembaca;
c. Terampil
mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang dikembangkan dan disusun sebagai
bahasa yang efektif. Jika berbahasa sering menggunakan kalimat. Karangan
bukanlah yang lepas bebas, melainkan merupakan bagian dalam suatu rangkaian
yang tertata secara gramatikal. Sebuah kalimat selalu berhubungan kalimat yang
sebelumnya, Pengarang berusaha supaya kalimat itu lancar, berurutan susul-menyusul
secara logis. Di samping itu,
pengarang juga berusaha menyusun kalimat yang efektif. Yang dimaksud
dengan kalimat yang efektif ialah kalimat yang sanggup menyampaikan pesan
pembicara atau penulis kepada pembacanya, sama seperti apa yang dimaksudkannya.
Pesan hendaknya dapat diterima
dengan mudah, lengkap dan jelas, tidak berbelok dan bertele-tele
d. Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan
pengalaman yang diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa tulis;
e. Mendorong siswa berpikir sistematis.
Karena pekerjaan mengarang berarti melibatkan siswa berpikir teratur;
f. Mendorong dan melatih siswa agar berbakat
mengarang.
3. Perencanaan Karangan
Penulisan
karangan formal, seperti makalah penelitian, tesis atau karangan ilmiah lainnya,
menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, persyaratan ini menyangkut
isi, bahasa, dan teknik penyajian. Karena itu karangan formal terutama yang cukup
panjang, perlu direneanakan dengan baik terlebih dahulu.
Tentu
saja kita tidak payah membuat perencanaan atau kerangka karangan, jika akan menulis
surat pribadi
kepada teman atau menulis karangan pendek yang bahannya sudah siap di kepala.
Dalam hal seperti ini, kegiatan menulis merupakan satu kegiatan tunggal, dan
cukup di dalam pikiran saja. Akan tetapi jika kita akan menyusun tesis atau
makalah ilmiah, sebaiknya kita rencanakan terlebih dahulu
Secara teoretis, proses penulisan,
meliputi tiga tahap, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi (Natia,
1994). Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika akan menulis suatu karangan ialah
menentukan topik. Hal ini berarti
bahwa harus ditentukan apa yang harus ditentukan apa yang harus dibahas dalam
tulisan. Kadang-kadang topik karangan ditentukan oleh dosen atau panitia yang
meminta kita menulis, misalnya panitia seminar. Dalam hal seperti ini kita
tidak perlu bersusah payah memikirkan topik yang akan digarap. Akan tetapi,
dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :
a. Topik bermanfaat dan layak dibahas. Bermanfaat mengandung pengertian bahwa bahasan
topik itu memberikan sumbangan kepada ilmu atau profesi yang ditekuni, atau
sekurang-kurangnya berguna bagi pengembangan ilmu yang dimiliki. Layak dibahas
berarti topik itu memang memerlukan pembahasan sesuai dengan bidang yang
ditekuni. Topik mengenai jumlah provinsi di Indonesia merupakan contoh topik
yang tidak layak seperti “hari lahir pengarang Indonesia” perayaan hari
pahlawan di desa saya atau “kerja bakti untuk membersihkan lingkungan”,
bukanlah topik yang layak dibahas oleh mahasiswa. Bandingkan topik-topik
berikut: “perkembangan perbendaharaan kata anak-anak di bawah umur lima tahun”,
usaha untuk menolong anak-anak yang mengalami kesulitan membaca”, “pelestarian
sumber daya perairan”, dan sebagainya. Topik-topik yang terakhir merupakan
topik yang cukup sulit untuk dibahas. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa
topik yang layak adalah topik yang sulit. Banyak topik sederhana mengenai
hal-hal lingkungan kita yang layak dan ada gunanya untuk dibahas, Misalnya
topik-topik sehubungan dengan “kebiasaan membaca”, pemakaian pupuk buatan”,
merupakan topik yang tidak terlalu sulit tetapi layak dibahas.
b. Topik harus menarik bagi penulis. Hal ini perlu
diperhatikan. Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam
mengembangkan dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.
c. Topik harus dikenal baik oleh penulis. Pada
bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa agar dapat menulis dengan baik
tentang suatu topik, kita harus memunyai pengetahuan yang memadai tentang topik
itu. Apabila kita ingin
menulis tentang kenakalan remaja maka pengetahuan tentang kenakalan remaja
harus kita kuasai. Kita harus dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan
kenakalan remaja, teori-teori yang berhubungan, penyebab-penyebabnya, cara
mengatasinya, dan sebagainya, sesuai dengan ruang lingkup pembahasan.
Pengetahuan di atas harus dicari dan dikumpulkan. Pengetahuan yang bersifat fakta
dapat diperoleh dan pengamatan di lapangan atau sumber informasi lain,
sedangkan yang berupa teori dapat diperoleh dari buku-buku.
d. Bahan yang diperlukan mudah diperoleh dan
cukup memadai. Hal ini erat hubungannya dengan poin karangan. Bagaimana mungkin
kita menulis karangan tentang suatu topik yang bahannya tidak ada atau sangat
sulit diperoleh? Apalagi akan ditulis adalah karangan ilmiah. Mungkinkah
ditulis karangan ilmiah tentang perubahan cuaca di pelanet yupiter atau tentang
peristiwa terjadi malam di salah satu negara Afrika Selatan?
e. Topik tidak terlalu luas dan terlalu
sempit. Topik yang terlalu seperti bank, pendidikan di Indonesia, lalu lintas,
dan seni rupa, tidak memberi kesempatan kepada kita untuk membahas secara
mendalam. Topik yang seperti ini hanya dapat dibahas secara garis besar atau
sepintas lalu apabila panjang karangan dibatasi. Sebaliknya, di dalam karangan
ilmiah, bila topik terlalu sempit maka sifatnya menjadi khusus, tidak dapat
digeneralisasikan, sehingga tidak banyak gunanya bagi perkembangan bidang ilmu.
4. Tulisan Deskripsi
a. Pengertian Deskripsi
Proses
deskripsi ialah karangan yang sifatnya melukiskan sesuatu situasi, tempat orang
atau benda dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar,
merasakan sendiri objek yang dilukiskan. Untuk mencapai tujuan ini dilukiskan
apa yang dilihat, didengar, dirasakan dengan sejelas-jelasnya. Lukisan akan menjadi
lebih hidup jika disertai dengan rincian dan harus membantu mencapai tujuan
penulisannya. Sesuatu yang dihayati dan diamati dapat menjadi deskripsi.
Kesibukan pasar, upacara bendera di sekolah, watak seseorang, warung kopi di
depan rumah, dan sebagainya. Diskripsi ditulis untuk dijawab. Bagaimana keadaan
sesuatu data atau fakta yang dikemukakan digunakan dengan tujuan merinci
hal-hal yang akan dilukiskan (Keraf,
2005).
Pengertian deskripsi berasal dari bahasa Latin, decribere yang berarti menulis tentang,
atau membeberkan sesuatu hal. Di samping itu, dapat pula diterjemahkan menjadi
pemerian yang berarti melukiskan sesuatu. Akhadiah (1998: 33). Deskripsi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal
sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah ada di depan mata kepala
pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.
Ahli
lain berpendapat bahwa deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek sedemikian rupa sehingga objek itu soelah-olah berada
didepan pembaca. Seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi (pemerian)
berati wacana yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
sehingga pembaca dapat mencintai(melihat, mendengar, merasakan, dan mencoba).
Dari
berbagai pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa paragraf deskripsi
adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan objeknya agar pembaca
seakan-akan melihat, merasakan, dan mendengar apa yang telah dilukiskan oleh
penulis.
b. Ciri-ciri dan Jenis Karangan
Deskripsi
Menurut Junus (2002: 61) bahwa
karangan deskripsi memiliki ciri-ciri yang membedakan paragraf lain. Menurut Junus
(2002: 61), ciri-ciri karangan deskripsi antara lain:
1) Memberikan atau melukiskan suatu hal.
2) Memperluas pandangan atau pengetahuan
melalui kesan.
3) Menyodorkan gambaran melalui kata-kata.
4) Seakan-akan melihat sendiri objeknya.
5) Menimbulkan daya khayal.
6) Penulis memindahkan daya kesannya kepada
pembaca.
7) Tidak terikat pada waktu (statis)
Ciri lain yang disebutkan oleh
ahli yaitu sebagai informatif, sebagai imajinatif, dan subjektif, Brotowidjoyo
(2002). Brotowidjoyo menambahkan bahwa prinsip yang harus ada dalam deskripsi
ialah” pembaca ini ingin mengetahui tentang apa” jadi mendeskripsikan sesuatu
sampai bagian-bagiannya dengan maksud semata-mata memberi informasi.
Jenis deskripsi berdasarkan
objek yang ditulis ada dua macam, yaitu deskripsi tempat dan deskripsi orang.
Deskripsi tempat melukiskan keadaan latar tempat. Sedangkan deskripsi orang
melukiskan keadaan orang baik secara fisik maupun mental.
c. Teknik dan Pendekatan Menulis Deskripsi
Untuk mencapai tujuan sebuah
deskripsi, segala daya dan upaya dapat digunakan dengan semaksimal mungkin,
misalnya dengan penyusunan detail-detail dan objek, cara penulis melihat
persoalan yang telah digarapnya, sikap penulis terhadap pembaca, dan cara
mengolah fakta atau dengan kata lain cara pendekatan.
Pendekatan dalam deskripsi
menurut Akhadiah (1998: 34-38) antara lain:
1)
Pendekatan yang Realistis
Penulis berusaha agar
deskripsi yang dibuatnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, jadi dilukiskan
seobjektif mungkin. Perincian-perincian, perbandingan antara satu bagian dengan
bagian yang dilukiskan sedemikian rupa, sehingga tampak seperti dipotret.
Walaupun demikian, tidak ada sebuah deskripsi pun yang persis sama dengan
keadaan yang sebenarnya, atau yang dilihat dengan mata. Bahkan deskripsi fiktif
dapat juga menggunakan pendekatan realistis, walaupun yang dipisahkan bukanlah
suatu yang faktual, namun pendekatan yang digunakan adalah realistis.
2)
Pendekatan yang Impressionistis
Penulis berusaha menggambarkan
sesuatu secara subjektif. Penulis menonjolkan pilihannya dan interpretasinya.
Dalam memilih dari bagian objeknya ini untuk disoroti. Penulis harus menyeleksi
secara cermat atas bagian bagian-bagian yang diperlukan, kemudian baru berusaha
menginterpretasikannya. Fakta-fakta yang dipilih oleh penulis harus dihubungkan
dengan efek yang ingin ditampakkan. Fakta ini dijalin dan diikat dengan
pandangan-pandangan yang subjektif dari pengarang.
3)
Pendekatan Menurut Sikap Penulis
Pendekatan yang menggunakan bagaimana
sikap penulis terhadap objek yang ingin dideskripsikan, sangat bergantung
kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, serta pembaca deskripsinya.
Dalam menguraikan sebuah persoalan, penulis mungkin mengharapkan agar pembaca
tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis menginginkan agar
pembaca juga harus merasakan bawa persoalan yang dihadapi adalah masalah gawat.
Penulis juga dapat membayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, sehingga pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan
yang kurang enak, seram, takut dan sebagainya.
5. Pendekatan Keterampilan Proses
Proses
pengajaran merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi
peserta didik untuk terlihat aktif dalam kegiatan belajar. Proses itu sendiri
menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku seperti pengetahuan sikap dan
keterampilan. Suatu pengajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses
berarti pengajaran itu berusaha menempatkan keterampilan peserta didik pada
posisinya yang amat penting. Mereka dipandang sebagai “seorang ilmuwan” yang harus
menyadari dirinya sebagaimana mereka belajar atau bagaimana mereka harus
berubah. Dengan kata lain, pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses
merupakan wahana pengembangan keterampilan intelektual sosial, emosional dan
fisik peserta didik yang pada prinsipnya keterampilan tersebut telah ada pada
diri mereka sendiri.
Gambaran
lebih lanjut diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa pendekatan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar
jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud
mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik.
Mengingat
keterampilan proses itu bisa diintegrasikan satu sama lain sesuai dengan
tingkat pengenalan guru terhadap karakteristik berbagai bidang studi dan
kemampuan guru di dalam memahami jenis-jenis keterampilan tersebut uraian berikut
hanya akan menjelaskan paling tidak depan keterampilan yang secara minimal
penting untuk dipelajari (Dimyati dan Mudjiono, 1992), yaitu:
a. Pengamatan
Mengamati
merupakan keterampilan yang paling dasar yang harus dikembangkan. Kegiatan mengamati
dunia sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam, dilakukan melalui pancaindera,
yaitu nila-nilai penglihatan menentukan warna, pendengaran (misalnya
mendengarkan suara burung beo), perabaan (misalnya kasar-halusnya suatu benda/objek),
penciuman (misalnya, membedakan rasa manis gula merah dan gula putih).
Melalui
pengamatan tentunya bagi penulis merupakan suatu objek yang dapat kita
kembangkan menjadi suatu karangan deskriptif. Hidupnya suatu deskriptif
tergantung pada pengamatan yang baik. Penulis harus berusaha menghadirkan suatu
benda di hadapannya pada saat dia menulis, membayangkan, menghadirkan suatu
objek di hadapannya.
b. Mengklasifikasikan
Keterampilan
proses ini merupakan keterampilan memilih atau menggolongkan berbagai objek
peristiwa dan segala hal yang terjadi di sekitar kehidupan peserta didik
misalnya binatang dan tumbuhan adalah berbeda tetapi juga bisa sama-sama
merupakan makhluk hidup. Hasil dan suatu pengamatan atas suatu objek biasanya
memperlihatkan adanya kesamaan atau perbedaan, keterhubungan, kesesuaian atas
dasar tujuannya akan menurut fungsinya dan sebagainya. Semua kegiatan
pengelompokkan ini hendaknya dapat dilakukan peserta didik untuk sesuatu hal
yang berguna akan bernilai bagi kehidupannya.
Dalam
hubungan dengan menulis karangan deskriptif tentunya penulis harus mampu
mengklasifikasikan benda yang dijadikan objek suatu karangan. Penulis harus
jeli melihat suatu benda itu dikelompokkan menurut sifat dan jenisnya sehingga
pembaca dapat mengetahui sifat dan jenis suatu tumbuhan dan atau binatang itu.
c. Mengomunikasikan
Keterampilan
mengomunikasikan merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki
peserta didik karena fungsinya yang vital bagi segala urusan yang kita lakukan
dalam kehidupan ini. Peserta didik harus dilatih untuk dapat berkomunikasi
secara efektif. Proses pengajaran amatilah terbuka bagi pelatihan keterampilan
mengomunikasikan, misalnya kebiasaan untuk mau bertanya dalam kegiatan belajar,
berani berpendapat, mengekspresikan ide dan perasaan, memahami pembicaraan
orang lain, mendapatkan fakta dan informasi, mendemonstrasikan suatu temuan
ilmu pengetahuan, menuliskan suatu laporan, berdiskusi, membaca peta, dan
sebagainya.
Dalam
hubungan dengan penulisan karangan deskriptif seorang penulis harus mampu
mengomunikasikan tulisannya kepada pembaca, Hal itu perlu dilakukan agar pada
pembaca mendapatkan gambaran yang jelas dan penulis. Penulis sangat berperan
untuk mengomunikasikan tulisannya untuk membacanya, tentunya ini penulis sangat
berperan dalam mengomunikasikan tulisan kepada pembaca. Suatu tulisan yang baik
apabila diminati oleh pembaca.
d. Mengukur
Berapa
jumlahnya? Berapa kurangnya? Berapa jauh jaraknya? Berapa panas suhu badannya?
Berapa panjang dan lebarnya suatu benda? Berapa kilogram beras yang kamu beli
kemarin? Berapa literkah sebenamya isi bak kamar mandimu? Semua pertanyaan ini hendaklah
dapat dengan mudah untuk dijawab. Karena itu, kemampuan mengukur sangatlah
penting untuk dilatihkan kepada peserta didik melalui kegiatan mengarang
deskriptif. Di samping kegiatan yang menyangkut pengukuran ini sangat menarik
bagi aktivitas belajar lainnya, seperti untuk membandingkan mengklasifikasi,
mengomunikasikan, memprediksi, menyimpulkan, dan sebagainya.
e. Memprediksi
Keterampilan
ini merupakan kemampuan untuk melakukan antisipasi atau membuat suatu ramalan tentang
berbagai hal yang terjadi di masa yang akan datang. Kejadian kehidupan yang
senantiasa berubah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan
babwa keterampilan proses memprediksi terasa demikian penting bagi peserta
didik. Mereka dituntut untuk melakukan perkiraan berdasarkan konsep keilmuaan
yang dimilikinya, kecenderungan yang terjadi di sekitarnya, keterhubungan
fungsional antarfakta yang diperolehnya, dan sebagainya.
Seorang
penulis/pengarang harus mampu memprediksi terjadi suatu perubahan sehubungan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut bagi seorang
pengarang harus mampu ditampakkan dalam tulisannya sehingga tulisan tersebut
tidak bersifat kadaluarsa atau ketinggalan zaman. Tulisan tersebut mampu
mengikuti perkembagan zaman. Menyimpulkan keterampilan ini merupakan kemampuan
untuk menyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu objek
atau segala peristiwa yang terjadi. Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan
atas dasar fakta, konsep, dan prinsip pengetahuan yang diketahui. Keterampilan ini
berkaitan erat dengan keterampilan mengamat, mengumpulkan informasi,
menganalisis atau mengolahnya dan selanjutnya menyimpulkan (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).
6. Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses
Kegiatan
pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya
belajar pada siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi
belajar apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil
dan suatu pengalaman.
Dari
jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat diidentifikasi dua aspek
penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni
perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar
yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.
Bertolak
dari pembahasan sebelumnya, dapat secara jelas kita lihat bahwa tujuan pokok
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah “membelajarkan siswa
bagaimana belajar”. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini
mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan
ini harus tercapai kalau kita ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang
berlangsung terus-menerus. Pada masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi
guru untuk menjadi orang pertama-tama yang bertindak sebagai komunikator
“fakta, konsep, dan prinsip yang mantap” seringkali berumur semakin “pendek’,
Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah
secara operasional adalah pembelajaran siswa agar mampu memproses dan
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya.
Penyelenggaraan
pembelajaran seperti diidealkan pada alinea sebelumnya, seringkali tidak
terwujud dalam realitasnya di sekolah. Kegiatan pengajaran seringkali
didasarkan pada diri premis yang terkadang tidak diungkapkan secara jelas.
Premis pertama mengungkapkan bahwa siswa
belajar sesuatu bukan karena yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya,
melainkan siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dan ketidaksenangan bila
ia tidak belajar. Berdasarkan premis ini, timbul tindakan yang mengondisikan
adanya ancaman tidak naik kelas nilai rendah, hukuman, dan yang lain, agar
siswa belajar.
Premis kedua mengungkapkan bahwa guru
merupakan “Motor Penggerak” yang membuat siswa terus-menerus belajar dan pihak
siswa tiada kegiatan belajar spontan. Siswa seringkali dipandang sebagai “gentong
kosong” yang harus diisi oleh guru dengan air pengetahuan.
Adanya
dua premis seperti yang diungkapkan tersebut, mengakibatkan kegiatan
pembelajaran cenderung menjadi kegiatan “kemanusiaan”. Terjadinya penjajahan
atau “perjinakan”, karena siswa benar-benar dijadikan objek kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan
uraian tentang kegiatan pembelajaran yang ideal dan realitas penyelenggaran
kegiatan pembelajaran di sekolah, timbul pertanyaan “apakah yang bisa dilakukan
untuk mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah?” salah satu jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah penerapan pendekatan keterampilan proses.
Apabila
dikaji lanjut akan tiba pada simpulan bahwa penerapan keterampilan proses dalam
kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Percepatan Perubahan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Percepatan
perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai
satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk mengatasi hal ini perlu pengambangan
keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan rincian pengembangan
pada diri siswa.
b. Pengalaman Intelektual, Emosional, dan
Fisik Dibutuhkan agar Didapatkan Hasil Belajar yang Optimal
Hal berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi
kesempatan kepada siswa memperlihatkan untuk kerja melalui sejumlah
keteramnilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.
c. Penanaman Sikap dan Nilai sebagai Pengabdi
Pencairan Abadi Kebenaran Ilmu
Hal
ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan pemerolehan
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada
kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan
dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).
7. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
dan Keterkaitannya dengan CBSA
Pendekatan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau panutan pengembangan
keterampilan intelektual, sosial, dan flsik yang bersumber dari kemampuan mendasar
yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Dan batasan keterampilan
proses tersebut, kita memperoleh suatu gambaran bahwa dan batasan keterampilan
proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa.
Justru pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki siswa sebagaimana uraian berikut ini.
a.
Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa
pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami
ransangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan.
b.
Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang
lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pebelajar yang
pasif
c.
Menggunakan keterampilan proses belajar mengajar untuk
mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu
pengetahuan sekaligus (Funk dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26).
Pembahasan
tentang pendekatan keterampilan proses pada dua alinea sebelumnya, kita
mendapatkan bahwa pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan siswa
untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi logis yang
harus diterima dengan penerapan pendekatan keterampilan proses ini, guru tidak
saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan memproses dan memperoleh ilmu
pengetahuan. Lebih daripada itu, guru hendaknya juga menanamkan sikap dan nilai
sebagai ilmuwan kepada para siswanya.
Simpulan
yang dapat ditarik dari uraian tentang pendekatan keterampilan proses ini
adalah:
a. Pendekatan keterampilan proses sebagai
wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi
diri siswa.
b. Fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang
pengembangan keterampilan proses pada diri siswa serta prinsip ilmu
pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri
siswa.
c.
Interaksi antara pengembangan keterampilan proses
dengan fakta, konsep, serta pninsip dan pengetahuan, pada akhirnya akan
mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Dengan demikian, unsur
keterampilan proses, ilmu pengetahuan serta sikap dan nilai yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan keterampilan proses, saling
interaksi dan berpengaruh satu dengan yang lain.
Pengertian
pendekatan keterampilan proses seperti yang dikemukakan sebelumnya, menunjukkan
pada kita bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses selalu menuntut adanya
keterlibatan fisik, maupun mental-intelektual siswa. Lebih dari itu, bahwa
pendekatan keterampilan proses tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran yang tidak menerapkan cara belajar siswa aktif, pendekatan
keterampilan proses berjalan secara optimal apabila kadar dan belajar siswa
aktif proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, pendekatan
keterampilan proses berinteraksi secara timbal balik dengan penerapan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dalam proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono,
2006).
B.
Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1.
Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini
adalah kemampuan menulis karangan
deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
2.
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desan deskripsi kuantitatif. Desain ini dimaksudkan untuk menggambarkan
tingkat kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar yang
ditemukan di lapangan. Desain yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
observasi di lapangan atau ditempat penelitian, kemudian menentukan jenis tes
yang akan diberikan kepada subjek penelitian. Tes berupa menulis karangan
deskriptif. Selanjutnya, hasil tersebut dianalisis sebagai dasar dalam menarik
kesimpulan.
B. Definisi Operasional Variabel
Kemampuan siswa menulis
karangan deskripsi adalah tingkat penguasaan, keterampilan, dan kecerdasan
siswa menyusun kata, frasa, klausa, dan kalimat
sehingga menjadi suatu tulisan yang berciri deskripsi berdasarkan hasil
observasi dan pengamatan terhadap suatu objek dengan memperhatikan kesesuaian
isi karangan, organisasi karangan, penggunaan bahasa, diksi (pilihan kata), dan
penggunaan ejaan dan tanda baca.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X SMA Negeri
Galesong Utara Kabupaten Takalar yang berjumlah 170 orang yang terbagi ke dalam lima kelas. Populasi
penelitian ini bersifat heterogen karena penempatan siswa dalam suatu kelas
tidak didasarkan pada tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Untuk
lebih jelasnya, keadaan populasi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Keadaan Populasi
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1.
|
X-1
|
30
|
2.
|
X -2
|
30
|
3.
|
X -3
|
37
|
4.
|
X -4
|
37
|
5.
|
X -5
|
36
|
Jumlah
|
170 orang
|
Sumber: Tata Usaha SMA
Negeri Galesong Utara Kabupaten Takalar Tahun Ajaran 2008/2009
2. Sampel
Teknik
pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara
acak. Dilihat dari jumlah populasi yang ada pada tabel sampel di atas, maka
sampel dalam penelitian ini 20% dari jumlah populasi. Jadi, sampelnya sebanyak 34 orang.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data
penelitian ini digunakan instrumen. Instrumen yang digunakan, yaitu observasi
dan tes. Jadi, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini
adalah teknik observasi dan tes. Observasi dilakukan guna memperoleh gambaran
awal pembelajaran menulis. Sementara, teknik tes, yaitu tes menulis karangan deskripsi.
Tes yang diberikan kepada siswa tersebut
di kerjakan dalam waktu 60 menit. Waktu yang dipergunakan tersebut disesuaikan
dengan jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah bersangkutan.
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menulis deskripsi sebelum diberikan tindakan. Setelah diberikan
tindakan, siswa kembali dites pada akhir tiap siklus untuk mengetahui kemampuan
menulis deskripsi. Indikator
penilaian tes menulis deskripsi tampak berikut ini.
1. Isi karangan dengan penilaian: (skor 1-20)
a. Kesesuaian isi karangan sehingga bermakna,
menarik, tepat. jalan pikiran baik, skor 17-20;
b. Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan
sehingga terjadi banyak pengulangan, skor 13-16;
c. Pengembangan kurang relevan dengan isi
karangan, skor 9-12;
d. Karangan tidak relevan dengan isi karangan
yang diminta, skor 5-8;
e. Tidak tampak usaha karangan bermakna
berdasarkan karangan, skor 0-4.
2.
Organisasi karangan (skor 1-20):
a.
Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik,
organisasi meyakinkan, alur karangan mudah diikuti, skor 17-20.
b. Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik,
tetapi agak berbelit-belit, skor 13-16;
c. Ada usaha menyusun paragraf dengan baik
tetapi batas ide tiap paragraf tidak jelas, skor 9-12;
d. Urutan paragraf sulit diikuti, sulit
dipahami
e.
Paragraf tidak terencana, skor 0-4.
3.
Penggunaan bahasa, (skor 1-20):
a. Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada
kesalahan rata bahasa., skor 1720;
b. Kalimat lancar, cermat, tetapi ada
beberapa kesalahan tata bahasa menyebabkan kalimat menjadi rancu, skor 13-16;
c. Kesalahan bahasa yang cukup prinsip yang
menyebabkan kalimat tidak gramatikal, skor 9-12;
d. Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami,
skor 5-8;
e. Kalimat dalam karangan tidak dapat
dipahami, skor 0-4.
4.
Pilihan Kata, (skor 1-20):
a. Pemakaian kata lancar, tepat, tidak
bermakna ganda, skor 17-20;
b. Kata jelas tetapi kurang tepat
penggunaannya, skor 13-16;
c. Kata kurang jelas dan kurang tepat
penggunaannya, skor 9-12;
d. Banyak kata tidak tepat menyebabkan
kalimat sulit dipahami, skor 5-8;
e. Pemakaian kata tidak tepat, bentuk kata
semua salah, skor 0-4.
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor
(1-20):
a. Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik
sekali, penulisan suku kata semuanya benar, skor 17-20;
b. Ada kesalahan ejaan dan tanda baca, skor
13-16;
c. Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca
tetapi masih dapat dipahami, skor 912;
d. Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak
sekali, skor 5-8;
e. Penggunaan ejaan dan tanda baca serba
salah, skor 0-4.
(Diadaptasi
dari Nurgiyantoro, 2005)
E. Teknik Analisis Data
Data
yang terkumpul dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik
inferensial. Adapun langkah-langkah menganalisis data sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi skor siswa.
2.
Menghitung
persentase kemampuan tiap siswa dengan rumus berikut ini
|
3. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh
siswa dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan:
= nilai rata-rata
= jumlah jawaban keseluruhan
N = banyaknya subjek
4. Menentukan kategori kemampuan siswa.
Untuk analisis diguanakan statistik
deskriptif, yaitu rata-rata dan persentase, standar deviasi, tabel frekuensi,
persentase nilai terendah dan tertinggi, sedangkan analisis kualitatif yang
digunakan adalah kategorisasi. Kategorisasi yang digunakan untuk menentukan
kategori skor adalah skala 5 (lima) yang merupakan suatu pembagian tingkatan
yang terdiri dari 5 (lima) sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Nilai Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan
Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar
No.
|
Kemampuan (P)
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
Tingkat Penguasaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
9,1-10
7,6-9,0
6,1-7,5
5,1-6,0
5,0 ke bawah
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
|
||
Jumlah
|
34
|
100
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Bab ini berisi hasil penelitian tentang kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan
proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong
Utara Kabupaten Takalar.
Berdasarkan data penelitian ini dapat diuraikan dan dideskripsikan secara rinci
hasil penelitian tentang kemampuan siswa.
Penggambaran
yang terstruktur perolehan skor siswa dari tertinggi ke terendah beserta
frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Selain itu, pada tabel 3
berikut ini dipaparkan data secara umum tentang distribusi nilai, frekuensi,
dan persentase kemampuan
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
Tabel 3. Distribusi
Skor, Nilai, Frekuensi, dan Persentase Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar
No.
|
Skor Mentah
|
Nilai ()
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
97
|
9.7
|
1
|
2.94
|
2.
|
88
|
8.8
|
1
|
2.94
|
3.
|
87
|
8.7
|
1
|
2.94
|
4.
|
83
|
8.3
|
1
|
2.94
|
No.
|
Skor Mentah
|
Nilai ()
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
5.
|
80
|
8.0
|
1
|
2.94
|
6.
|
76
|
7.6
|
1
|
2.94
|
7.
|
75
|
7.5
|
1
|
2.94
|
8.
|
74
|
7.4
|
1
|
2.94
|
9.
|
71
|
7.1
|
4
|
11.76
|
10.
|
70
|
7.0
|
2
|
5.88
|
11.
|
69
|
6.9
|
2
|
5.88
|
12.
|
68
|
6.8
|
2
|
5.88
|
13.
|
67
|
6.7
|
1
|
2.94
|
14.
|
65
|
6.5
|
2
|
5.88
|
15.
|
64
|
6..4
|
3
|
8.82
|
16.
|
58
|
5.8
|
3
|
8.82
|
17.
|
55
|
5.5
|
1
|
2.94
|
18.
|
54
|
5.4
|
1
|
2.94
|
19.
|
50
|
5.0
|
2
|
5.88
|
20.
|
47
|
4.7
|
2
|
5.88
|
21.
|
28
|
2.8
|
1
|
2.94
|
Jumlah
|
34
|
100
|
Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi yang
diperoleh siswa, yaitu 97 dengan nilai 9.7 yang diperoleh oleh 1 orang (2,94%).
Selanjutnya, sampel yang mendapat skor 88 dengan nilai 8.8 berjumlah 1 orang (2,94%);
sampel yang mendapat skor 87 dengan nilai 8.7 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel
yang mendapat skor 83 dengan nilai 8.3 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang
mendapat skor 80 dengan nilai 8.0 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang
mendapat skor 76 dengan nilai 7.6 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang
mendapat skor 75 dengan nilai 7.5 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang
mendapat skor 74 dengan nilai 7.4 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang
mendapat skor 71 dengan nilai 7.1 berjumlah 4 orang (11,76%); sampel yang
mendapat skor 70 dengan nilai 7.0 berjumlah 2 orang (5,58%); sampel yang
mendapat skor 69 dengan nilai 6,9 berjumlah 2 orang (5,58%); sampel yang mendapat
skor 68 dengan nilai 6,8 berjumlah 2 orang (5,58%); sampel yang mendapat skor 67
dengan nilai 6,7 berjumlah 1 orang (2,94%); sampel yang mendapat skor 65 dengan
nilai 6,5 berjumlah 2 orang (5,58%); sampel yang mendapat skor 64 dengan nilai
6,4 berjumlah 3 orang (11,76%); sampel yang mendapat skor 58 dengan nilai 5,8 berjumlah
3 orang (11,76%); sampel yang mendapat skor 55 dengan nilai 5,5 berjumlah 1
orang (2,94%); sampel yang mendapat skor 54 dengan nilai 5,4 berjumlah 1 orang
(2,94%); sampel yang mendapat skor 50 dengan nilai 5,0 berjumlah 2 orang (5,58%);
sampel yang sampel yang mendapat skor 47 dengan nilai 4,7 berjumlah 2 orang (5,58%);
dan mendapat skor 28 dengan nilai 2,8 berjumlah 1 orang (2,94%).
Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa perolehan nilai siswa berada
pada rentang nilai 2,8 sampai dengan 9,7 dari rentang 0 sampai 10 yang
kemungkinan dapat diperoleh siswa. Berdasarkan perolehan skor, nilai, beserta
frekuensinya dapat diketahui tingkat kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan
proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong
Utara Kabupaten Takalar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4
berikut ini!
Tabel 4. Klasifikasi Nilai Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan
Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar
No.
|
Kemampuan (P)
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
Tingkat Penguasaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
9,1-10
7,6-9,0
6,1-7,5
5,1-6,0
5,0 ke bawah
|
1
5
18
5
5
|
2,94
14,70
52,94
14,70
14,70
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
|
Jumlah
|
34
|
100
|
(Adaptasi dari Depdiknas, 2006)
Berdasarkan kategori kemampuan tersebut dapat dinyatakan
bahwa ada 1 siswa (2,94%) yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat
tinggi. Selanjutnya, ada 5 sampel (14,70%) yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan tinggi; sampel yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sedang
sebanyak 18 orang (52,94%); sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan rendah sebanyak 5 orang (14,70%); dan ada 5 sampel yang memperoleh
nilai pada kategori kemampuan sangat rendah (14,70%). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar dikategorikan sedang.
Selanjutnya, tingkat kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
keterampilan proses siswa kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat diukur melalui perolehan nilai rata-rata secara umum. Sesuai dengan
paparan sebelumnya dapat dinyatakan jumlah dan nilai rata-rata kemampuan siswa
seperti tampak pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Jumlah dan Nilai Rata-rata
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar
No.
|
Nilai ()
|
Frekuensi
|
Jumlah
|
1.
|
9.7
|
1
|
9.7
|
2.
|
8.8
|
1
|
8.8
|
3.
|
8.7
|
1
|
8.7
|
4.
|
8.3
|
1
|
8.3
|
5.
|
8.0
|
1
|
8
|
6.
|
7.6
|
1
|
7.6
|
7.
|
7.5
|
1
|
7.5
|
8.
|
7.4
|
1
|
7.4
|
9.
|
7.1
|
4
|
28.4
|
10.
|
7.0
|
2
|
14
|
11.
|
6.9
|
2
|
13.8
|
12.
|
6.8
|
2
|
13.6
|
13.
|
6.7
|
1
|
6.7
|
14.
|
6.5
|
2
|
13
|
15.
|
6..4
|
3
|
19.2
|
16.
|
5.8
|
3
|
17.4
|
17.
|
5.5
|
1
|
5.5
|
18.
|
5.4
|
1
|
5.4
|
19.
|
5.0
|
2
|
10
|
20.
|
4.7
|
2
|
9.4
|
21.
|
2.8
|
1
|
2.8
|
Jumlah
|
34
|
225.2
|
Berdasarkan Tabel
5 tersebut dapat diketahui nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
keterampilan proses siswa kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar. Nilai rata-rata kemampuan siswa, yaitu 6,62 yang
diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh nilai dengan jumlah siswa sampel (N)
atau 225,2/33 = 6,62.
Sesuai dengan hasil analisis data tersebut dapat
dikonfirmasikan ke dalam kriteria kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu siswa
dinyatakan mampu apabila jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 7,0 ke
atas. Sebaliknya, siswa dikatakan tidak mampu apabila jumlah siswa kurang dari
85% yang memperoleh nilai 7,0. Untuk menggambarkan pernyataan ini, dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Klasifikasi Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar
No.
|
Skala Nilai
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Kategori Ketuntasan
|
1.
|
Nilai 7,0 ke atas
|
7
|
20,59
|
Tuntas
|
2.
|
Nilai di bawah 7,0
|
27
|
79,41
|
Tidak tuntas
|
Jumlah
|
34
|
100
|
Berdasarkan Tabel 7 di atas, diketahui frekuensi dan
persentase nilai kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar, yaitu hanya 7 siswa (20,59%) yang mampu mendapat
nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya, sebanyak
27 siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0 (79,41%). Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar dikategorikan belum memadai
karena siswa memperoleh nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria yang
ditetapkan, yaitu 85%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan
penyajian hasil analisis data dapat diuraikan temuan penelitian ini tentang kemampuan menulis karangan deskripsi
melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar. Kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan
proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong
Utara Kabupaten Takalar
diukur berdasarkan indikator
penilaian karangan, yaitu kesesuaian isi karangan, organisasi karangan,
penggunaan bahasa, diksi (pilihan kata), dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Pembelajaran
menulis karangan deskripsi
melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar dikategorikan belum memadai. Ketidakmampuan siswa tersebut dinyatakan
berdasarkan data yang diperoleh bahwa siswa tidak mampu dengan mudah
menciptakan ide dan gagasan lalu dituangkan dalam wujud tulisan yang berciri
deskripsi.
Ditinjau
dari aspek isi karangan, belum tampak penuangan ide dan gagasan siswa
menyangkut sifat, gambaran, dan fenomena nyata suatu objek. Dalam hal ini,
karangan siswa belum dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat mewakili objek
langsung sehingga pembaca tidak dapat menafsirkan dan merasakan langsung objek
yang deskripsikan.
Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar bahwa suasana pembelajaran menulis
karangan deskripsi kurang mengalami perubahan yang signifikan. Kurang terjadi suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, terutama pada saat penerapan
pendekatan proses.
Fenomena menunjukkan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar, yaitu siswa menulis karangan dengan berbagai kendala
yang dihadapi. Dengan demikian, tampak siswa sulit menciptakan ide dan
bersemangat dalam belajar. Menurutnya, susah menciptakan tema dan
mengembangkannya ke dalam deskripsi karena. Fenomena lain yang tampak, yaitu
ketika siswa menulis, waktu yang digunakan rata-rata lama. Hal ini disebabkan
oleh kesulitan siswa merangkaikan ide demi ide yang membentuk satu kesatuan
gagasan pokok dalam karangan deskripsi.
Ditinjau dari aspek judul, banyak judul karangan siswa yang belum mencerminkan
sebagai judul deskripsi, isi karangan siswa kurang sesuai dengan judul. Ditinjau dari aspek kohesi dan
koherensi, susunan kalimat hampir pada semua paragraf yang disusun oleh siswa tidak
menunjukkan kepaduan makna. Ide pokok tiap paragraf sudah tidak jelas dan kurang
bermakna. Dalam hal ini, gagasan pokok siswa dalam menulis tidak tampak jelas.
Fenomena yang dialami oleh siswa dalam menulis karangan deskripsi
tersebut tentunya berdampak negatif terhadap nilai akhir yang diperoleh. Dapat
diketahui bahwa frekuensi dan persentase nilai kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan
proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong
Utara Kabupaten Takalar, yaitu hanya 7 siswa (20,59%) yang mampu
mendapat nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya,
sebanyak 27 siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0 (79,41%). Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar dikategorikan belum memadai karena siswa memperoleh
nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.
Temuan tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan teori yang telah
dipaparkan pada bagian tinjauan pustaka bahwa pembelajaran dengan pendekatan
proses dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar
pada siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar
apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dan
suatu pengalaman.
Sementara
Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat diidentifikasi dua
aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni
perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar
yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penyajian hasil analisis data
dan pembahasan dapat disimpulkan hasil penelitian ini, yaitu kemampuan menulis karangan deskripsi
melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar dikategorikan belum memadai. Hal ini
dinyatakan berdasarkan data hasil tes kemampuan siswa, yaitu hanya 7 siswa
(20,59%) yang mampu mendapat nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya, sebanyak 27 siswa yang mendapat nilai di
bawah 7,0 (79,41%). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
keterampilan proses siswa kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar dikategorikan belum
memadai karena siswa memperoleh nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria yang
ditetapkan, yaitu 85%.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan penelitian ini diajukan saran, sebagai berikut:
1. Pembelajaran
menulis karangan deskripsi hendaknya lebih ditingkatkan dengan selalu
memberikan pelatihan kepada siswa dalam menulis dengan memperhatikan aspek isi
karangan, organisasi karangan, penggunaan bahasa, diksi (pilihan kata) dan
penggunaan ejaan dan tanda baca.
2. Guru
hendaknya menerapkan pendekatan proses dengan maksimal karena diduga pendekatan
ini adapat meningkatkan kemampuan siswa menulis sehingga kemampuan siswa lebih
meningkat.
3. Siswa
hendaknya lebih meningkatkan penguasaan teori serta giat berlatih menulis dalam
bentuk deskripsi sehingga kemampuannya dapat lebih meningkat.
4. Bagi
peneliti berikutnya, diharapkan agar meneliti hal yang sama secara mendalam
dengan berbagai rancangan penelitian sehingga dapat menemukan peran pendekatan
proses dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Nurdin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia . Malang : YE.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah, Sabarti, dkk., 1986. Menulis. Jakarta : Karunia Universitas
Terbuka.
Alwi,
Hasan, dkk., 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka
Alwi, Hasan.
1998. Paragraf. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Ambo
Enre, Fachruddin dkk., 1985. Bahasa
Indonesia (Buku Pegangan Mata Kuliah Dasar Umum). Ujung Pandang: IKIP Ujung
Pandang.
Brotowijoyo,
Mukayat D., 2002. Penulisan Karangan
Ilmiah Edisi Revisi. Jakarta: Akademia Pressindo.
Brotowijoyo,
Mukayat D., 2002. Penulisan Karangan
Ilmiah Edisi Revisi. Jakarta: Akademia Pressindo
Darmadi,
Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan
Menulis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depoter, B.
& Hernacki, M., 2001. Quantum
learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan
Abudurrahman Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono 1992. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:
Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gie, The Liang. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang Balai Bimbingan Mengarang: Yogyakarta:
Liberty.
Hakim, A.,
1993. Karangan Deskripsi. Bandung:
Angkasa
Junus, Andi Muhammad. 2002. Keterampilan Menulis. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Kadir K., Abdul. 2005. Pengembangan Model Pengajaran Menulis Deskriptif Siswa Kelas II SMP
Kemala Bayangkari Disamakan Makassar. Tesis tidak diterbitkan Makassar
Program Pascasarjana UNM.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana,
Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi
ketiga. Jakarta: Grammedia Pustaka Utama.
La Abo. 2005. Strategi Pembelajaran Menulis Kreatif pada Siswa Madrasah Aliyah di Kota Kendari. Tesis.
tidak diterbitkan Makassar Program Pascasarjana
UNM.
Nafiag, Hadi.
1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya:
Usaha Nasional Surabaya.
Natia, I.K. 1994. Bimbingan Mengarang. Surabaya: Arkola.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Oka, I
Gusti Ngurah, dkk., 1975/1967. Kemampuan
Menulis Siswa Kelas III SPG Negeri Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan.
Ruwin, Joko
dan Sutjarso A.S., 1997. Bahasa Indonesia.
Makassar: FKIP Unismuh
Syafi’i. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tolla, Achmad
dan Marlan, Hartini. 1991. Retorika
Menulis Siswa Kelas II SMAN di kotamadya Ujung Pandang. Laporan Penelitian.
Ujung Pandang : IKIP Ujng Pandang.
Lampiran 1. Instrumen penelitian
A.
Petunjuk Soal:
1.
Tulislah nama, NIS, dan kelas Anda pada lembaran
jawaban yang telah disediakan!
2.
Tes uraian yang tersedia hanya merupakan soal
untuk mengukur kemampuan Anda dalam menulis karangan deskripsi bahasa
Indonesia.
3.
Tes tersebut tidak mengurangi nilai yang terdapat
pada nilai harian siswa khususnya nilai mata pelajaran bahasa Indonesia.
B.
Pertanyaan
Amatilah lingkungan sekolah Anda, lalu susunlah sebuah karangan
deskripsi minimal 250 kata dengan topik yang berkaitan dengan lingkungan
sekolah Anda!
Lampiran 2. Daftar Skor Mentah
Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar
No.
|
Kode Sampel
|
Skor
|
|
1.
|
01
|
80
|
|
2.
|
02
|
70
|
|
3.
|
03
|
76
|
|
4.
|
04
|
71
|
|
5.
|
05
|
71
|
|
6.
|
06
|
74
|
|
7.
|
07
|
75
|
|
8.
|
08
|
67
|
|
9.
|
00
|
68
|
|
10.
|
010
|
70
|
|
11.
|
011
|
64
|
|
12.
|
012
|
69
|
|
13.
|
013
|
47
|
|
14.
|
014
|
50
|
|
15.
|
015
|
69
|
|
16.
|
016
|
88
|
|
17.
|
017
|
68
|
|
18.
|
018
|
65
|
|
19.
|
019
|
64
|
|
20.
|
020
|
65
|
|
21.
|
021
|
83
|
|
22.
|
022
|
58
|
|
23.
|
023
|
97
|
|
24.
|
024
|
55
|
|
25.
|
025
|
58
|
|
26.
|
026
|
71
|
|
27.
|
027
|
87
|
|
28.
|
028
|
28
|
|
29.
|
029
|
50
|
|
30.
|
030
|
47
|
|
31.
|
031
|
58
|
|
32.
|
032
|
71
|
|
33.
|
033
|
54
|
|
34.
|
034
|
64
|
Lampiran 3. Konversi Skor ke
dalam Nilai Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar
No.
|
Kode Sampel
|
Skor
|
Nilai = ()
|
1.
|
01
|
80
|
8.0
|
2.
|
02
|
70
|
7.0
|
3.
|
03
|
76
|
7.6
|
4.
|
04
|
71
|
7.1
|
5.
|
05
|
71
|
7.1
|
6.
|
06
|
74
|
7.4
|
7.
|
07
|
75
|
7.5
|
8.
|
08
|
67
|
6.7
|
9.
|
00
|
68
|
6.8
|
10.
|
010
|
70
|
7.0
|
11.
|
011
|
64
|
6.4
|
12.
|
012
|
69
|
6.9
|
13.
|
013
|
47
|
4.7
|
14.
|
014
|
50
|
5.0
|
15.
|
015
|
69
|
6.9
|
16.
|
016
|
88
|
8.8
|
17.
|
017
|
68
|
6.8
|
18.
|
018
|
65
|
6.5
|
19.
|
019
|
64
|
6.4
|
20.
|
020
|
65
|
6.5
|
21.
|
021
|
83
|
8.3
|
22.
|
022
|
58
|
5.8
|
23.
|
023
|
97
|
9.7
|
24.
|
024
|
55
|
5.5
|
25.
|
025
|
58
|
5.8
|
26.
|
026
|
71
|
7.1
|
27.
|
027
|
87
|
8.7
|
28.
|
028
|
28
|
2.8
|
29.
|
029
|
50
|
5.0
|
30.
|
030
|
47
|
4.7
|
31.
|
031
|
58
|
5.8
|
32.
|
032
|
71
|
7.1
|
33.
|
033
|
54
|
5.4
|
34.
|
034
|
64
|
6.4
|
RIWAYAT HIDUP
Nurhikmawati, dilahirkan
di Galesong Kabupaten Takalar pada tanggal 27 April 1987. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari buah kasih dari pasangan
Ayahanda Burhan, A. Ma., Pd. dan Ibunda Hj. Marhumi, A. Ma.,
Pd.
Penulis mengawali pendidikan formal pada
tahun 1994 di SD Negeri 221 Inpres La’bumesang Kecamatan Galesong Utara dan
tamat pada tahun 1999. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Galesong Selatan
dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan
ke SMA Negeri 1 Galesong Utara dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun 2005,
penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, Universitas Muhammadiyah
Makassar, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (S-1) dan selesai pada tahun 2009.
Berkat Rahmat Allah swt. dan iringan doa
dari kedua orang tua dan saudara tercinta, rekan seperjuangan di bangku kuliah,
perjuangan panjang penulis dalam mengikuti Perguruan Tinggi dapat berhasil
dengan tersusunnya skripsi yang berjudul: “Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar.”
Tak ada kebahagiaan yang kita raih
KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURHIKMAWATI
10533308305
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2009
2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul
Proposal : Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar
Nama : Nurhikmawati
Stambuk : 10533308305
Jurusan : Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Setelah
diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini memenuhi syarat untuk diujikan.
Makassar, November
2009
Mengetahui:
Pembimbing I, Pembimbing
II,
Dra. Hj. Rahmijah, K., M. Pd. Muhammad
Akhir, S. Pd., M. Pd.
Diketahui oleh:
Ketua
Jurusan
Dekan FKIP Unismuh Makassar
Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia,
Dr. A. Sukri
Syamsuri, M. Hum. Dra.Munirah, M.Pd.
NBM: 858 625 NBM
951 576
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRAK
Nurhikmawati. 2009. “Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Keterampilan
Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Galesong Utara Kabupaten Takalar.” Skripsi. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini bertujuan bertujuan mendeskripsikan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X SMA Negeri Galesong Utara Kabupaten Takalar yang berjumlah 170 orang yang terbagi ke dalam
lima kelas. Sampel penelitian sebanyak 34 orang atau sekitar 20% dari populasi.
Teknik
pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara
acak. Instrumen yang
digunakan, yaitu observasi dan tes. Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik
statistik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar
dikategorikan belum memadai. Hal ini dinyatakan berdasarkan data hasil tes
kemampuan siswa, yaitu hanya 7 siswa (20,59%) yang mampu mendapat nilai
7,0 ke atas. Sebaliknya, sebanyak 27
siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0 (79,41%). Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa kemampuan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Galesong Utara
Kabupaten Takalar dikategorikan belum memadai karena siswa memperoleh
nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.
MOTO
Tak ada kebahagiaan yang kita raih
tanpa jerih
payah yang diiringi dengan doa.
Keberhasilan adalah
tetesan-tetesan dari kerja keras,
penderitaan, luka, pengorbanan,
dan kecemasan,
sedangkan kegagalan adalah
tetesan-tetesan dari kemalasan,
tidak punya agreget, perasaan
minder, dan tidak bergairah.
Kupersembahkan buah
pikiranku ini dengan ungkapan yang lebih bermakna, bermanfaat, indah serta nada
yang lebih syahdu sebagai wujud rasa terima kaishku yang tak bertepi yang telah
meniti benang kasih lewat doa dan tetesan keringat demi kesuksesan Ananda.
Tak lupa kupersembahkan buak
pikiranku ini kepada seseorang yang telah mengisi hari-hariku melalui cinta
kasihnya dengan segenap harapan terbaik dan doa untukku, sekaligus penghargaan
kepada saudara-saudaraku serta orang yang telah mendoakanku semuanya,
selamanya.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Penulis
mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “ Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Galesong Utara Kabupaten Takalar” dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dalam bentuk
bimbingan, saran, maupun dorongan dari benbagai pihak. Oleh kanena itu,
selayaknya apabila dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis.
Terima kasih penulis
ucapkan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada Dra. Hj. Rahmijah
K., M. Pd. selaku Pembimbing I dan Muhammad Akhir, S. Pd., M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan,
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih
dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Ketua dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memotivasi,
mengarahkan, dan memberikan saran selama penulis menempuh pendidikan; seluruh dosen
pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh yang telah membekali
penulis berbagai pengetahuan selama berkuliah sampai pada penyusunan skripsi ini;
Dekan FKIP beserta stafnya yang telah memudahkan penulis dalam mengurus segala
hal yang terkait dengan persoalan administrasi.
Terima kaish kepada
Kepala Sekolah SMA Negeri Galut, Pak Syahiruddin dan guru bahasa Indonesia
Musdalifah atas bantuannya kepada penulis selama penelitian.
Kepada yang
teristimewa Ayahanda Burhan, A. Ma., Pd. dan Ibunda Hj. Marhumi, A. Ma., Pd. yang
telah banyak berkorban demi masa depan penulis, terima kasih atas kasih sayang,
pengorbanan, keikhlasan dan doa restunya yang telah memperlancar penyelesaian
studi penulis. Terima kasih kepada kedua adikku tersayang Nurinsyani dan Nurwalasriani, omku Muh. Nasir
Dg. Sibali, sepupuku Jamaluddin, Syainuddin, kakanda Edhi, Kahar, Azwar, Hatmawati,, S. Pd. Hasliah, S. Pd. serta
yayangku tersayang Syamsuddin, terima kasih atas dukungan dan motivasinya, buat
sahabtku Marhuma dan Muslina Syam serta teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia FKIP Unismuh yang tidak dapat disebut namanya satu per satu.
Akhirnya, penulis
menyadari bahwa uraian yang disajikan dalam penelitian ini jauh dari kesempumaan.
Semoga segala bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak
senantiasa mendapatkan berkah dan rahmat dan Ilahi rabbi.
Makassar, November
2009
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................... ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................................................ iii
ABSTRAK.................................................................................................................. iv
MOTO.......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR.................................. 9
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 9
B. Kerangka Pikir........................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... 30
A. Variabel dan Desain Penelitian.................................................................. 30
B. Definisi Operasional Variabel.................................................................... 30
C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 31
D. Instrumen Pengumpulan Data................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 35
A. Penyajian Hasil
Analisis Data.................................................................... 35
B. Pembahasan Temuan Penelitian ................................................................ 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 44
A. Kesimpulan ............................................................................................... 44
B. Saran ......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 46
LAMPIRAN............................................................................................................... 48
RIWAYAT HIDUP