PENGARUH PENERAPAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GANGKING BULUKUMBA


BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah
Secara esensial kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai proses peningkatan sumber daya manusia (SDM) mendorong pemerintah untuk melakukan upaya perbaikan kualitas pendidikan. Secara kualitatif, posisi Indonesia dalam dunia pendidikan jauh tertinggal dari negara lain khususnya negara tetangga yaitu Singapura dan Malasiya. Menurut Anonim, (2007: 30) rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh empat faktor yaitu: jumlah guru yang belum memadai serta penyebarannya yang belum merata, kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai, anggaran pendidikan yang jumlahnya sangat terbatas, dan proses pembelajaran yang belum efektif.
Berbeda dengan Anonim, Umedi (dalam Susilo, 2007: 5) menjelaskan sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yaitu:
1.      Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan education production fungction atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
2.      Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokrat.
3.      Minimnya peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan                             
Uraian di atas medeskripsikan bahwa dalam proses peningkatan kualitas pendidikan, maka secara esensial seluruh komponen masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab. Oleh karena itu, pemerintah idealnya melahirkan kebijakan secara komperensif melalui proses pengkajian yang matang atas berbagai macam problematika dalam dunia pendidikan, begitupun dengan guru dan orang tua siswa selaku mesin penggerak yang memiliki tanggung jawab penuh untuk menciptakan generasi berkualitas dan bermoral.
Menurut Yusanto, (2004: 11) secara faktual, pendidikan melibatkan tiga unsur pelaksana yaitu: sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah guru mempunyai peranan ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Dalam proses pembelajar, tugas utama guru tenaga pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotorik melalui transpormasi pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan, dan dan keterampilan. Sebagai pendidik guru membantu mendewasakan anak-anak secara psikologis, sosial, dan moral. Secara subtansial, guru selain sebagai pengajar dan pendidik juga mempunyai tanggungjawab dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode atau strategi pembelajaran. Dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran, guru di tuntut untuk kreatif dan inovatif karena gurulah yang tahu secara pasti situasi dan kondisi kelas, serta keadaan peserta didik dengan berbagai latar belakang sosialnya, menurut muslich (2007: 73) bahwa kemampuan siswa dalam satu kelas tentu beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang kurang. Sehubungan dengan keragaman kemampuan tersebut, guru perlu mengatur secara cermat, kapan siswa harus bekerja secara perorangan, secara berpasangan, secara kelompok, dan secara kelasik. Oleh karena itu, maksimalisasi fungsi dan peran guru akan berimplikasi pada perbaikan dan peningkatan dari aspek proses pembelajaran, yang salah satu tolak ukurnya berupa peningkatan prestasi belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan inti kegiatan dalam proses pendidikan. Segala sesuatu yang belum di programkan akan di laksanakan dalam proses belajar mengajar yang melibatkan semua komponen pembelajaran dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah di tetapkan dapat tercapai. Salah satu komponen pembelajaran selain guru adalah pengunaan metode pembelajaran. Salah satu tujuan penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah siswa diharapkan dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru selain itu, metode pembelajaran memiliki korelasi yang  sangat esensial terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya  menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang dapat memacu keiginan tahuan siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang sudah umum digunakan adalah metode pembelajaran ceramah. Berbeda dengan metode dengan pembelajaran lainnya, misalnya metode proyek, metode ekperimen, metode diskusi, metode demonstrasi, dan lain-lain. Metode pembelajaran ceramah, merupakan metode pembelajaran yang paling tradisional atau klasik yang telah lama di gunakan dalam dunia pendidikan. Hal ini senada dengan asumsi Roestiyah (2001: 136) bahwa sejak dulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Walaupun metode pembelajaran ceramah dalam sejarah pendidikan merupakan metode klasik, namun medote tersebut masih relevan untuk digunakan bahkan sebagian besar tenaga pendidik dalam dunia pendidikan kontenporer masih menggunakan metode pembelajaran ceramah yang dikolaborasi dengan metode pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan  yang dapat dicapai siswa dalam menguasai mata pelajaran bahasa Indonesia, maka metode pembelajaran ceramah digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba.




B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah pada halaman sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh metode ceramah dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia kelas VIII SMPN 2 Gangking Bulukumba?

C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah.

D.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1.      Menjadi dasar bagi guru-guru di SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba, untuk mengetahui apakah ada pengaruh metode ceramah yang diajarkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia.
2.      Menjadi bahan masukan bagi guru untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan siswa pada pelajaran bahasa Indonesia.
3.       Menjadi pertimbangan bagi guru-guru untuk meningkatkan pembinaan pengajaran bahasa Indonesia yang diajarkan melalui metode ceramah.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.    Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini diuraikan kerangka teori yang dapat dijadikan acuan penelitian, maka dianggap perlu dibahas landasan teoretis yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
  1. Esensi Belajar Mengajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut Skinner, (dalam Dimyati, 2006: 9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Lebih lanjut Skinner mengemukakan bahwa dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1.  Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pelajar,
2.      Respon si pelajar, dan
3.      Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Menurut Pieget, (dalam Dimyati) bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slamento, 2003: 2).
Uraian di atas menjelaskan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas atau perilaku untuk memproleh pengetahuan yang secara mendasar dapat mengantarkan individu pada proses perubahan tingkah laku. Selain itu, belajar merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menanggapi mekanisme pendidikan di sekolah tahun 1960-an Rogers, (dalam Dimyati, 2006: 16) mengemukakan bahwa praktek pendidikan meniti beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Peraktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Sedangkan menurut Sanjaya (2007: 21) bahwa ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) bagi siswa.
Seiring  dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, maka perang guru sebagai learning resources telah mengalami pergeseran karana siswa tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber utama tetapi dengan mediasi media siswa dapat menggali berbagai macam informasi. Walaupun kehadiran berbagai macam media, namun efektifitas transpormasi pengetahuan tidak  dapat berjalan dengan maksimal tampa katalisator guru. Oleh karena itu, sampaikapanpun guru tetap menjadi sentrum utama dalam proses belajar mengajar.  
2.   Pengertian Metode Ceramah
Secara harfiah metode ceramah adalah konsep pembelajaran yang disampaikan oleh pembicara (guru) didepan kelasa atau siswa. metode ceramah digunakan sebagai energi untuk memberikan kemungkinan kepada siswa agar dapat mengetahui hasil pembelajaran  melalui  metode ceramah.
Menurut Rimang (2006: 48) ceramah adalah suatu penyampaian atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah. Jadi metode ceramah  hakikatnya merupakan metode pembelajaran transpormatif pengetahuan atau pelajaran bahasa indonesia yang menitih beratkan pada maksimalisasi perang.
Selain Rimang, menurut Djamarah (2002: 110) bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Cara mengajar dengan pendekatan metode ceramah adalah dapat dikatakan sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. (Rostiyah, 2001: 137)    
Secara subtasial, dari uraian di atas kita bisa menarik benang merah bahwa metode ceramah merupakan teknik pembelajaran yang menjadikan guru sebagai media utama untuk menyampaikan informasi atau uraian secara lisan tentang satu pokok permasalahan langsung kepada siswa.
Menurut Sanjaya (2007: 147) bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekolompok siswa.
Walaupun metode ceramah merupakan metode klasik atau metode tradisional dalam proses pembelajaran. Namun, kita masih mengakui bahwa metode ceramah juga mempunyai keunggulan. Salah satu keunggulannya adalah guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan aktivitas yang sama yaitu mendengarkan dan menyimak penjelasan guru. Jadi ketika ada siswa tidak memperhatikan atau mempunyai kesibukan lain akan mudah diketahui. Selain itu, metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini  disebabkan oleh faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa.
Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.
Secara esensial setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupula metode ceramah juga sisi kelebihan dan kelemahan. Menurut Djamarah, (2002: 110) keunggulan dan kelemahan yang dapat diperoleh dalam metode ceramah adalah sebagai berikut:
a.           Keunggulan metode ceramah
1.      Guru mudah menguasai   kelas.
2.      Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3.      Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4.      Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5.      Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b.       Kekurangan metode ceramah
1.      Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2.      Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.
3.      Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4.      Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
5.      Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Dengan adanya gambaran akan keunggulan dan kelemahan metode tersebut, menyebabkan guru menjadi lebih paham sehingga dalam penerapannya guru dapat meminimalisir sisi kelemahan dan mampu mempertahankan eksistensi dari sisi keunggulan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
3.   Peranan Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Ceramah
Setiap guru bidang studi termasuk guru bahasa Indonesia dipersiapkan dengan baik agar mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran ceramah. Untuk keperluan itu diharapkan setidaknya guru bahasa Indonesia dapat menjadi guru atau pendidik yang mampu menggunakan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar mengikuti banyak hal, antara lain: guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan partisipasi, ekspeditor, perancang, supervisor, motivator, penanya  evaluator, dan konselor.
Secara terperinci peranan guru berpusat pada:
a.       Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Menurut Sanjaya, (2007: 23) agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemamfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran. Diantaranya, (a) guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut, (b) guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media, (c) guru dituntut untuk mampuh mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memamfaatkan berbagai sumber belajar, dan (d) sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
b.      Guru sebagai demonstrator
Menurut Sanjaya (2007: 26) yang dimaksud dengan peranan guru sebagai demonstrasi adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstarator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru  merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
c.       Guru sebagai pengelola kelas
Peranan sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan satu aspek yang dapat mendorong proses belajar mengajar dan lingkungan sekolah yang perlu diorganisir.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan penggunaan fasilitas berbagai macam kegiatan pembelajaran agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusus pengelolaan kelas yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja dengan situasi dan kondisi    yang    nyaman    sehingga    membantu    siswa    untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
d.      Guru sebagai mediator
Guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk media pendidikan sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pembelajaran, dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan untuk melengkapi demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai mediator, guru juga menjadi perantara hubungan antara manusia, untuk keperluan tersebut guru harus tampil menggunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi begitupun sebagai fasilitator guru hendaknya mampu.
e.       Guru sebagai evaluator
Kalau kita perhatikan dalam dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan bisa berubah-ubah pada waktu tertentu selama satu periode. Dalam pendidikan evaluasi selalu saja ada sebagai suatu upaya untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang ada sehingga seorang guru memberikan atau mencari langkah alternatifnya agar dapat mencapai hasil optimal.
4.   Langkah-Langkah  menggunakan metode ceramah
Agar dalam proses penerapan metode pembelajaran ceramah tidak terjadi tumpang tindih dan tersusun secara sistematis, maka diperlukan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran. Menurut Roestiyah (2001: 139) bahwa setiap penggunaan metode-metode penyajian itu harus mencapai sasaran berdaya guna dan berhasil guna, maka bila menggunakan metode berceramah itu perlu memperhatikan prosedur pelaksanaannya yang urutannya sebagai berikut: pertama, guru harus secara terampil dan berdasarkan pemikiran yang mendalam perlu merumuskan tujuan intruksional; yang sangat khusus dan konkrit, sehingga betul-betul dapat tercapai bila pelajaran telah berlangsung. Kedua, guru perlu banyak mempertimbangkan dari banyak segi, apakah pilihan anda dengan menggunakan metode berceramah itu telah tepat, sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang telah dirumuskan. Ketiga, guru perlu memahami bahan pelajaran itu dari segi sequence dan scope (urutan dan luasnya isi) sehingga guru dapat menyusun bahan pelajaran yang memungkinkan siswa dapat tertarik pada pelajaran itu.
Menurut Sanjaya (2007: 149-152) agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
1.  Tahap persiapan
a.   Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
b.  Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
c.   Mempersiapkan alat bantu.
2.  Tahap pelaksanaan.
a. Langkah pembukaan
langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan lankah yang  menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah  ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.
1.          Yakin bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai.
2.          Lakukan langkah apresiasi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
b. Langkah penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1.      Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa.
2.      Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
3.      Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah ditangkap oleh siswa.
4.      Tanggapilah respon siswa dengan  segerah.
5.      Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk  belajar.
c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah.
1.          Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
2.          Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
3.          Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.
5.   Strategi Penyelesaian Masalah dalam Metode Ceramah
Paterson (2007: 99) mengemukakan bahwa strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah pengajaran ceramah yaitu:
a.       Guru perlu menguasai komunikasi untuk menarik lebih banyak perhatian siswa dan berkomunikasi dengan baik.
b.      Guru perlu memberikan arahan yang jelas.
c.       Guru menjadi pembicara yang baik, bersemangat dan memberikan wawasan yang luas.
d.      Guru menggunakan alat bantu seperti gambar, tulisan, peta, dan papan tulis atau OHP untuk menerangkan secara ringkas inti ceramah.
Uraian di atas menegaskan bahwa proses belajar mengajar perlu dilakukan secara terencana. Pengajaran bahasa terutama pengajaran di SMP perlu diatur dengan teliti bila mengharapkan hasil yang lebih baik. Pelaksanaan pelajaran bahasa Indonesia membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang matang serta memerlukan persyaratan khusus yang tidak mungkin yang dilakukan asal jadi.
6.   Evaluasi Pembelajaran
Kemampuan kognitif dalam metode ceramah dapat disajikan dalam bentuk soal tanya jawab. Kriteria tanya jawab dalam yaitu:
a.       Pertanyaan Hafalan
Bentuk pertanyaan yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengingat kembali informasi yang pernah diterima.
b.      Pertanyaan Pemahaman   
Bentuk pertanyaan yang berfungsi mengetahui pemahaman siswa terhadap informasi yang telah diterima dengan menggunakan kalimat sendiri.
c.       Pertanyaan terapan (aplikasi)
Bentuk pertanyaan yang berfungsi mengetahui pemahaman siswa   dalam   menerapkan   informasi   yang   diperoleh   dan dipahami   kedalam   pemecahan   masalah    dari    suatu    aturan generalisasi, aksioma, atau suatu proses tertentu.
Bicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang melibatkan beberapa faktor, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan mempraktekkan, motivasi, dan bimbingan. Apabila salah satu faktor tidak dapat dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan dan mutu bicara akan menurun (Hastuti, dkk, 1985). Semakin tinggi kemampuan seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan dan penguasaan berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang untuk menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula penguasaan berbicaranya. Akan tetapi, sangat sulit bagi kita untuk menilai faktor-faktor itu karena sulit diukur.
Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung dapat diamati dalam konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan berbicara dapat dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya  pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu (Johnson and Johnson, 2004: 30).
Penilaian kinerja mempunyai dua karakter dasar yaitu: (l) siswa diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya berpidato, (2) produk dari penilaian kinerja lebih penting daripada kinerja performancenya.
Penilaian mengenai apakah yang akan dinilai produk atau kinerjanya akan sangat bergantung pada karakteristik domain yang diukur. Dalam bidang sastra, misalnya acting dan menari, kinerja dan produknya sama penting.
Penilaian mengenai kemampuan kinerja dapat juga dilakukan dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Walaupun cara ini serupa dengan checklist, tapi skala penilaian memungkinkan penilai menilai kemampuan peserta didik secara kontinun tidak lagi dengan model dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan keterampilan atau kemampuan kerja yang hendak diukur, checklist hanya memberikan dua kategori penilaian, sedangkan skala penilaian memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada tiga jenis skala penilaian, yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic rating scale, dan (3) descriptive rating scale. Selain itu, alat penilaian dalam berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen tekanan, tata bahasa, kosa kata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini adalah deskripsi masing-masing komponen (Nurgiyantoro, 2005: 156).


a)      Tekanan
1)      Ucapan sering tak dapat dipahami
2)      Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman sehingga menghendaki untuk selalu diulang.
3)      Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman
4)      Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak menyebabkan kesalahpahaman.
5)      Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan standar.
6)      Ucapan sudah standar.
b)      Tata Bahasa
1)      Penggunaan tata bahasa hampir selalu tidak tepat.
2)      Ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola pokok secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi.
3)      Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat sehingga mengganggu komunikasi.
4)      4} Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi.



5)      Sedikit terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
6)      Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan wawancara.
c)      Kosakata
1)      Penggunaan kosakata tidak dapat dalam percakapan yang paling sederhana sekalipun.
2)      Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal (waktu, makanan, transportasi, keluar).
3)      Pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam masalah sosial dan profesional.
4)      Penggunaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah tertentu, tetapi penggunaan kosakata umum terasa berlebihan.
5)      Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai dengan situasi.
6)      Penggunaan kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat sekali.
d)     Kelancaran
1)      Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus
2)      Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek dan rutin.
3)      Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.
4)      Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata kadang-kadang tidak tepat.
5)      Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang ajeg artinya tetap atau tidak berubah-ubah.
6)      Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
e)      Pemahaman
1)      Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
2)      Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan pengulangan.
3)      Memahami percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu masih perlu penjelasan dan pengulangan.
4)      Memahami percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang masih perlu pengulangan dan penjelasan.
5)      Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang bersifat koloqial.
6)      Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqial.
7.   Hasil Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia kata hasil adalah suatu yang didapat sebagai akibat adanya usaha. Adapun yang dikemukakan oleh Mulyono (2003: 37) hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar, sedangkan menurut Sudjana (1999: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia mengalami pengalaman belajarnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan optimal yang dicapai dalam melakukan suatu aktivitas suatu kegiatan. Pencapaian kemampuan optimal ini tentu saja melalui perjuangan keras dalam menghadapi tantangan, seperti di ungkapkan oleh (Djamarah, 1994: 21) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan diciptakan yang, menyenangkan hati yang di peroleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok di dalam bidang kegiatan tertentu.
Berdasrkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa hasil belajar atau sesuatu yang telah dilakukan, yang dipelajari, sesuatu yang dikaji, dianalisis dan diciptakan oleh seseorang dalam bidang-bidang tertentu.
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui seberapa besar tolak ukur kemampuan siswa terhadap kegiatan belajarnya. Tentu yang dimaksud disini atau kemampuan maksimum yang dicapai oleh siswa sebagai akibat dari suatu kegiatan.
Secara konseptual proses pembelajaran seseorang dikatakan telah belajar jika dalam dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan melalui suatu proses tertentu. Perubahan yang dimaksud disini atau perubahan positif yaitu adanya peningkatan yang dicapai akibat pengetahuan yang diperolehnya. Namun, perubahan yang terjadi karena pertumbuhan dan kematangan bukanlah karena hasil pengukuran tes yang dilakukan. Tinggi rendahnya hasil belajar menunjukkan kualitas dan sejauh mana bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa. Perkembangan dan pematangan akan terjadi dengan sendirinya, akibat dorongan dari dalam diri siswa secara naluriah. Menggunakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar baik yang merupakan narasumber, buku teks, majalah atau surat kabar.

B.     Kerangka Pikir
Penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar sangat menentukan cepat tidaknya siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Materi mengajar arbitrer atau berbelit-belit menyebabkan siswa sulit memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu metode yang digunakan harus sesuai dengan kemauan siswa dalam menerima materi pelajaran. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar. Namun pengaruh metode ini terhadap peningkatan hasil belajar siswa masih perlu diteliti agar diperoleh ketegasan tentang kontribusi terhadap peningkatan belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui tentang pengaruh penerapan metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba. Kerangka pikir ini dijelaskan sebagai berikut:
Bagan Kerangka Pikir



 








































C.    Hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis dalam suatu penelitian yaitu dugaan sementara terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian pustaka, maupun kerangka pikir. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan antara metode ceramah terhadap hasil belajar siswa bidang studi bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba.






















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Variabel dan Desain Penelitian
1.      Variabel Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu pengaruh metode ceramah dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMPN 2 Gangking Bulukumba.
Variabel yang diselidiki dalam penelitian ini adalah variabel (x), dalam penelitian ini adalah penerapan metode ceramah. Yang dimaksud dengan variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar bahasa Indonesia.
2.      Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan kuantitatif, yaitu mendeskripsikan pengaruh metode ceramah terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMPN 2 Gangking Bulukumba yang terbagi atas 2 kelas yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 24 orang dan kelompok kontrol yang berjumlah 23 orang.
B.     Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu pengaruh metode ceramah terhadap hasil belajar SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah daya yang ada dari seseorang yang ikut membentuk kepercayaan watak atau perbuatan seseorang.
2.   Ceramah adalah suatu penyampaian keterangan materi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah yang disampaikan secara lisan.
3.     Hasil belajar adalah sesuatu yang telah dilakukan atau kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia mengalami pengalaman belajarnya.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005: 90). Nana Sudjana mengemukakan bahwa populasi maknanya berkaitan dengan elemen yaitu unit tempat diperolehnya informasi bahwa elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, organisasi, dan lain-lain. Seiring dengan itu Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 47 orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:




Tabel I Keadaan Populasi

No.
Kelas
L
P
Jumlah
1.
VIII.
13
11
24 siswa
2.
VIII.2
14
9
23 siswa
Jumlah
47 siswa

Sumber: Tata usaha SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba, Tahun Ajaran 2009/2010.

2.      Sampel
Menurut Suharsimi (2002: 90) sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Lebih lanjut Suharsini Arikunto mengatakan bahwa "Apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka lebih balk di ambil semua dan jika subjeknya besar dapat di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung kemampuan peneliti dari segi dana, tenaga dan besar kecilnya resiko yang di tanggung peneliti.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil jumlah keseluruhan populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini adalah “Sampel total, sebanyak 47 siswa kelas VIII SMPN 2 Gangking Bulukumba”.




D.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemberian tes sebanyak 10 soal. Tes ini dimaksudkan untuk membandingkan kemampuan siswa baik yang diajarkan dengan metode ceramah maupun yang diajarkan tanpa menggunakan ceramah.
        1. Teknik Dokumentasi
                   Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis atau melalui hasil tulisan yang dikumpulkan kedalam dokumentasi atau arsip-arsip laporan. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa.
               
E.     Teknik Analisis Data
Pengolahan data hasil belajar dengan penelitian ini digunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1.      Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar yang diperoleh siswa, baik kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Untuk mendapatkan gambaran yang jeias tentang hasil belajar maka dilakukan pengelompokan. "Pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam lima kategori, yaitu: tinggi  sekali, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah sekali. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa yang dilakukan dalam penelitian ini seperti pada tabel I
Tabel 1.2 Pengkategorian Tingkat Pemahaman dengan Menggunakan Metode Ceramah
Tingkat Penguasaan
Kategori
90-100
Tinggi sekali
80 – 89
Tinggi
70-79
Cukup
60 -69
Rendah
0 – 59
Rendah Sekali

2.      Analisis Statistik Inferensial
Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah teknik t.test dianggap cocok, dengan alasan bahwa teknik tes stastiktik yang memungkinkan kita untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode ceramah terhadap hasil belajar atau hanya kebetulan saja.
             
                   
Keterangan:
t        = perbedaan dua maen
Mx1 = Nalai rata-rata X1
Mx11=Nilai rata-rata X11
SDbm  : Standar deviasi kesalahan maen
Langkah-langkah dalam penggunaan rumus tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1.      Mencari maen kelompok (X1) dan kelompok (X11) dengan rumus:
 
2.      Mencari standar deviasi kuadrat dari kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan rumus:
a.      
b.     
3.      Mencari standar deviasi mean kuadrat dari kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan remus:
a.      
b.     
4.      Mencari perbedaan kesalahan mean antara kelompok dengan rumus:
5.      Mencari derajat kebebasan dengan rumus:
d.f = (n I - I) + (nII - I)
Hasil analisis data yang di peroleh dengan menggunakan data ini, akan digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Apabila nilai t empiris lebih besar daripada nilai t tabel maka hipotesis alternatif yang diajukan diterima, tetapi apabila t tabel maka hipotesis alternatif nihilnya diterima (Sutrisno Hadi, 1996: 265).
Kelompok analisis digunakan uji pembedaan rata-rata dengan hipotesis sepihak yaitu pihak kanan dengan asumsi sebagai berikut:
H0 : µ = µ1 tidak ada perbedaan
H0 : µ ≠ µ1 ada perbedaan 
Dengan kriteria penguji t hitung ≠ t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada perbedaan hasil belajar pendidikan bahasa Indonesia antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan sebaiknya jika t hitung = t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
   














BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Penyajian Hasil Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang telah diajukan maka data yang diperolah berupa nilai hasil tes. Dari data tersebut akan disajikan dua macam analisis statistik yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial yang digunakan adalah analisis uji t tes.
1.      Analisis Statistik Deskriptif
Sesuai dengan jumlah sampel peneletian yaitu 47 orang siswa kelas VIII SMP 2 Gangking Bulukumba yang diteliti di sekolah tahun ajaran 2009/2010 diperoleh data hasil belajar siswa dalam tabel klasifikasi menggunakan metode ceramah dengan tidak menggunakan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP 2 Gangking Bulukumba dilihat pada tabel 3.
Tabel 1. Hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Kabupaten Bulukumba yang diajarkan dengan metode ceramah.
No Urut
NIS
Nama Siswa
L/P
Nilai
1
5502
Mutmainnah
P
8
2
5503
Nahyatul Hidayat
P
7
3
5504
Nining Mauiddatul Hasanah
P
9
4
5505
Nirma Wahyuni
P
9
5
5506
Nitwa Pratiwi
P
9
6
5507
Nuni Parwati
P
7
7
5508
Nur Aeni
P
7
8
5508
Nur Afiana
P
8
9
5509
Nur Islah
P
9
10
5510
Nurannissa Yusuf
P
8
11
5511
Muh. Ghiyats Fadh
L
9
12
5512
Muh. Ikbal
L
9
13
5513
Muh. Isrul
L
9
14
5514
Mukram Asri
L
8
15
5515
Mukriadi
L
8
16
5516
Muh. Syahri Awal
L
9
17
5517
Muqdam Husaim
L
8
18
5518
Mustafah Enal Ahyar
L
9
19
5519
Nurmansyah
L
7
20
5520
Nurhayatullah
L
9
21
5521
Ridwan
L
7
22
5522
Rahmat Syawal
L
9
23
5523
Reza Anggraha
L
8
24
5524
Susi Hardiyanti
P
8



Tabel 2. Hasil belajar dalam menggunakan metode non- ceramah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Kabupaten Bulukumba.
No Urut
NIS
Nama Siswa
L/P
Nilai
1
5525
Ibrahim
L
8
2
5526
Ihwanul Farui
L
8
3
5527
Ihwanul Mursyidin
L
8
4
5528
Fitreski Agsal
P
8
5
5529
Israfiani
P
7
6
5530
Irdan
P
7
7
5531
Inggriani
P
7
8
5532
Irma Suardi
P
7
9
5533
Khaena Ulfarani
P
9
10
5534
Masnaini
P
8
11
5535
Mulyani Ruadi
L
8
12
5536
Almuhajir
L
8
13
5537
Irham
L
7
14
5538
Irfan Awal
L
8
15
5539
M. Khaerul. S
L
8
16
5540
Maulana Ashari
L
9
17
5541
Mahendratul Ihwan
L
8
18
5542
Muh. Akbar
L
7
19
5543
Muhammad Diral
L
7
20
5544
Muhlisa
P
7
21
5545
Usmawan Syam
L
7
22
5546
Muthmainnah
P
7
23
5547
Asmal
L
8

Tabel 3. Distribusi frekuensi nilai hasil metode ceramah (XI) terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba.

Rentang Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
90 – 100
Sangat tinggi
11
45,83
80 – 89
Tinggi
8
33,33
70 – 79
Sedang
5
20,84
60 – 69
Rendah
-
-
0 – 59
Sangat rendah
-
-
Jumlah
24
100

Berdasarkan tabel 4. hasil belajar siswa yang yang menggunakan tes dalam metode ceramah dapat diperoleh gambaran bahwa yang tergolong dalam kategori sangat tinggi terdapat 11 orang siswa atau 45,83% berada pda interval 90 – 100, kategori tinggi terdapat 8 orang siswa atau 33,33% berada pada interval 80 – 89, dan kategori sedang terdapat 5 orang siswa 20,84% berada pada interval 65 – 79.



Tabel 4. Distribusi frekuensi nilai hasil tes tanpa metode ceramah (XII) terhadap hasil belajar bahasa Indonesiai siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba.

Rentang Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
90 – 100
Sangat tinggi
2
8,70
80 – 89
Tinggi
11
47,82
70 – 79
Sedang
10
43,47
60 – 69
Rendah
-
-
0 – 59
Sangat rendah
-
-
Jumlah
23
100

Berdasarkan tabel 5. hasil belajar yang menggunakan tes tanpa metode ceramah dapat diperoleh gambaran bahwa yang tergolong dalam kategori sangat tinggi terdapat 2 orang siswa atau 8,70% berada pada interval 90 – 100, kategori tinggi terdapat 11 orang siswa atau 47,83% berada pada interval 80 – 90, dan kategori sedang terdapat 10 orang siswa atau 43,47% berada pada interval 65 – 79.
Dari kedua tabel tersebut di atas terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan metode ceramah dengan nilai tertinggi 40% pada kategori sangat tinggi yaitu interval 90 – 100 sedangkan hasil belajar siswa tanpa metode ceramah dengan nilai persentase tertinggi 8,70% pada interval 80 – 89.
Untuk menganalisis tentang data nilai hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Kelompok Ekspermen (XI)

Interval
Kelompok Control (XII)
XI
F
FXI
F. XI2
XI
F
FXI
FXII2
9
11
99
891
90 – 100
9
2
18
162
8
8
64
512
80 – 89
8
11
88
704
7
5
35
245
70 -79
7
10
70
490
6
-
-
-
60 – 69
6
-
-
-
5
-
-
-
00 – 59
5
-
-
-

24
198
1648
Jumlah

23
176
1356

Hasil penelitian statistik yang menggunakan rumus t tes. Rumus ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis bertemaan dengan pembahasan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar yang menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba.
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui:
Frekuensi XI = 24 kelompok siswa yang menggunakan metode ceramah.
Frekuensi XII = 23 kelompok siswa tanpa menggunakan metode ceramah.
Jadi:     NXI       = 24                             NXII      = 23
FXI       = 198                           FXII       = 176
FXI2      = 1648                         FXII2       = 1356

a.       Mencari mean kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan rumus:
1.     
2.     
b.      Mencari standar deviasi kuadrat dari kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan rumus:
1.     
         
2.     
                    

c.       Mencari standar deviasi mean kuadrat dari kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan remus:
1.       
         
2.     
       
d.      Mencari perbedaan kesalahan mean antara kelompok (XI) dan kelompok (XII) dengan rumus:
                               
                                          
e.       Mencari perbedaan kesalahan mean dengan rumus:
 
f.       Mencari derajat kebebasan dengan rumus:
d.f = (nI – 1) + (nII - 1)
= (24 – 1) + (23 – 1)
= 23 + 22
= 45

2.      Hasil Analisis Statistik Interval
Berdasarkan hasil analisis data maka t hasil yang diperoleh adalah 2,6 ternyata lebih besar dibanding nilai t-tabel pada taraf signifikan 5% atau 2,021, ini berarti bahwa, hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa: tidak ada pengaruh antara metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking kabupaten Bulukumba “ditolak”.
Konsekuensinya, hipotesis alternative (H1) yang menyatakan bahwa: ada pengaruh antara metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking kabupaten Bulukumba “diterima”.
Dari hasil analisis kelompok siswa di SMP Negeri 2 Gangking Kabupaten Bulukumba yang di evaluasi dengan menggunakan metode ceramah memperoleh rata-rata lebih tinggi (8,25) dari kelompok siswa yang tidak menggunakan metode ceramah (7,65) dalam mata pelajaran bahasa Indonesia (8,25>7,65). Hasil tersebut berarti bahwa penggunaan metode ceramah hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Kabupaten Bulukumba berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun kriterianya sebagai berikut:
-          H0 diterima dan H1 ditolak jika t-hitung < t-tabel
-          H0 ditolak dan H1 diterima jika t-hitung > t-tabel
Dengan melihat dalam tabel df=45 ternyata angka 45 tidak ditemukan dalam tabel, tetapi terdapat di antara angka 40 dengan angka 60.  Dengan demikian, maka angka yang dijadikan patokan dalam pengujian hipotesis adalah 40, karena angka 45 lebih dekat dengan angka tersebut. Untuk itu, maka nilai tabel adalah 2,021 atau taraf signifikan 5%.
Berdasrkan hasil analisis data maka t-hitung yang diperoleh adalah 2,6 ternyata lebih besar dibanding nilai t-tabel pada taraf signifikan antara hasil siswa yang menggunakan metode ceramah dan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Kabupaten Bulukumba dinyatakan hipotesisnya “diterima”.
Sesuai dengan pengelolahan data kelompok siswa kelas VIII1 SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba yang menggunakan metode ceramah memperoleh rata-rata lebih tinggi (8,25) dari kelompok siswa kelas VIII2 SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba yang tidak menggunakan metode ceramah (7,65). Hal tersebut berarti bahwa penggunaan metode ceramah lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan metode ceramah pada siswa SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

B.     Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif menunjukkan bahwa persentase hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba yang diajarkan dengan metode ceramah pada mata pelajaran bahasa Indonesia berada pada kategori tinggi, hal ini didukung dengan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh 8,25.
Sedangkan persentase hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba yang diajarkan dengan metode non-ceramah pada mata pelajaran bahasa Indonesia berada pada kategori cukup, hal ini didukung dengan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh 7,65.
Dalam penelitian ini dengan menggunakan statistik inferensial menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara dua kelompok pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan hasil belajar.
Hasil yang diperoleh dari analisis statistik deskriptif bahwa yang menggunakan metode ceramah diperoleh rata-rata 8,25, dimana berdasarkan tabel 4 hasil belajar siswa yang mnggunakan metode ceramah dapat diperoleh gambaran bahwa yang tergolong dalam kategori sangat tinggi 11 orang siswa atau 45,83% berada pada interval 90-100, kategori tinggi terdapat 8 orang siswa atau 33,33%, barada pada interval 80-89, dan kategori sedang terdapat 5 orang siswa atau 20,84% berada pada interval 65-79.
Berdasarkan tabel 5 hasil belajar siswa yang tidak menggunakan metode ceramah dapat diperoleh gambaran bahwa rata-rata 7,65, yang tergolong dalam kategori sangat tinggi terdapa 2 orang siswa atau 8,69 berada pada interval 90-100, kategori tinggi terdapat 11 orang siswa atau 47,83%, berada pada interval 80-89 dan kategori sedang terdapat 10 orang siswa atau 43,47% berada pada interval 65-79.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan metode ceramah dengan siswa yang tidak menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Gangking dengan signifikan 5% t-hitung 2,6, t-tabel 2,021. Oleh karena itu, t-hitung 2,6 > t-tabel 2,021. Berdasarkan hal tersebut maka t-hitung yang diperoleh adalah 2,6 ternyata lebih besar dibanding nilai t-tabel, ini berarti bahwa hipotesis alternative (H1) yang menyatakan bahwa terdapat pangaruh penggunaan metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba “diterima”.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar ada pengaruh signifikan antara metode ceramah terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba, ini menandakan bahwa penggunaan metode ceramah dalam proses belajar mangajar sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi dan pengembangan pengetahuan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
Penggunaan metode ceramah pada setiap pembahasan dalam belajar maka siswa dapat terdorong dan termotivasi memperhatikan setiap pokok pembahasan sehingga prosese belajar mangajar akan berjalan secara efektif. Tentu saja, dengan adanya dukungan dan eran serta orangtua, guru, dan lingkungan dalam sekolah maupun luar sekolah.
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas diperoleh informasi bahwa pwmbelajaran yang menggunakan metode ceramah lebih baik dari hasil pembelajaran dengan metode non-ceramah.














BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan pengelohan dan analisis data yang telah penulis uraaikan pada bab terdahulu, maka bagian ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Metode ceramah merupakan teknik pembelajaran yang menjadikan guru sebagai media utama untuk menyampaikan informasi atau uraian secara lisan tentang suatu pokok permasalahan langsung kepada siswa. Hasil yang diperoleh dari kelompok yang menggunakan metode ceramah 8,25. dan hasil yang diperoleh kelompok tanpa menggunakan metode ceramah 7,65.
2.      Hasil belajar yang ideal meliputi dari segenap ranah psikologiyang berubah sebagai akibat pengalamandan proses belajar siswa. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan siswa yang dapat dicapai dalam menguasai pelajaran biasa digunakan alat ukur yang berupa tes setelah melalui proses belajar mengajardalam kurun waktu tertentu.
3.      Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metode cerama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, yaitu penggunaan metode ceramah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan mendorong siswa lebih aktif dalam belajar.


B.     Saran
Setelah memberikan simpulan dari hasil analisa pembahasan sebelumnya, maka berikut ini penulis akan memberikan saran-saran sebagai jalan keluar dari masalah yang telah diketahui pada uraian-uraian terdahulu sebagaimana yang tercantum di bawah ini:
1.      Untuk efektifitasnya penggunaan metode ceramah hasil belajar sehingga perlu adanya pembelajaran terhadap siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan pendekatan metode pembelajaran.
2.      Hasil belajar adalah ukuran keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran sebagai hasil belajar merupakan rangkaian kejadian pada diri subjek balajar. Namun demikian, kejadian yang terjadi dalam dilingkungan subjek belajar besar pula peranannya, dalam arti dapat mengganggu atau menghambat proses pembelajaran.
Untuk lebih sempurna skripsi ini, penulis sangat mengharapkan belajar kritikan-kritikan dari pihak pembaca demi kesempurnaan skripsi ini, namun kritikan yang diharapkan penulis adalah kritikan yang sifatnya membangun. Atas kritikan-kritikan saudara penulis ucapkan terima kasih.










Soal-soal instrumen


1.              Jelaskan pengertian surat dinas?
2.              Apakah tujuan penulisan surat dinas?
3.              Tuliskan contoh-contoh surat yang dikategorikan surat resmih?
4.              Sebutkan hal-hal yang termasuk dalam penulisan surat dinas?
5.              Jelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah drama?
6.              Tuliskan sistematika penulisan dalam sebuah susunan acara?
7.              Buatlah sebuah puisi dengan tema bebas!
8.              Buatlah sebuah contoh surat dinas?
9.              Buatlah susunan acara dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar!
10.          Tuliskan hasil wawancara yang telah kalian lakukan dengan memerhatikan 5W  + 1H!



















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bulan Bintang.

Badudu. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamid Mattone, Abdul.  2007. Diktat Dasar-dasar Kependidikan.  Makassar:  Universitas Muhammadiyah Makassar.

Maidar, Arsjad Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Muliono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Cet. II. Jakarta: Rineka Cipta.

Paterson, Kathy. 2007. 55 Dilema dalam Pengajaran. Jakarta: Strategi Pembelajaran: Berorentasi Standar Proses Pendidikan PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Rimang,   Siti   Suwadah.   2006.   Dasar   Keterampilan   Berbicara.   Makassar:   Universitas Muhammadiyah Makassar.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sanjaya, wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

Sudjana, Nana. 1989. Pendidikan dan Penilaian Pendidikan. Cet.III. Bandung: Sinar Baru

Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cet VI. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Edisi 12. Bandung: Alfabeta.

Susetio, Benny. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Cet. l. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.

Tumpu, Sahabuddin. 1999. Mengajar dan Belajar. Cet.1. Makassar: Universitas negeri Makassar.

Yusanto, Ismail. 2004. Mengagas Pendidikan Islami. Bogor: Al Azhar Press.


























Riwayat Hidup

Riswa Yunita. Penulis adalah Anak pertama dari lima (5) bersaudara yang lahir dari pasangan H. Wahyuddin dan Ibunda Hj. Ramlah pada tanggal 22 Oktober 1987. tepatnya di desa Banyorang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.
Terinspirasi dalam perjalanan hidup sebuah keluarga bahwa ingin menjadi permata hati menjadi profil bagi agama dan Negara. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu sekolah TK Pertiwi Banyorang pada tahun 1990 tamat tahun 1992. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN 53 Banyorang Kabupaten Bantaeng dan tamat tahun 1999, penulis pun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Tompobulu dan tamat pada tahun 2002, kemudian Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Akan tetapi karena sesuatu hal yang membuat penulis harus pindah sekolah pada tahun 2004. penulis pindah dari SMA Negeri 2 Bantaeng ke SMA Negeri 2 Bulukumba tepatnya di jalan Muchtar Lutfi, pada tahun 2005, kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH), dengan mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Diakhir studi penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Ceramah Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gangking Bulukumba”