Penerapan Model Koopeatif Tipe Jigsaw dalam meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowar


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kontes pembaharuan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu, pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan guru sebagai pengajar, proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan paedagogik yang mencakup strategi maupun metode mengajar.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, sehingga siswa menjadi pasif.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoritis, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan.
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlpas dari berbagai fakor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru keratif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh ksempatan ntuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, maka perlu dirumuskan suatu metode pembelajaran yang baik guna meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Salah satu metode pembelajaran yang diasumsikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, khususnya dalam meningkatkan keterampilan membaca. Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif  yang mengelompokan siswa ke dalam tim-tim belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akan disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi-materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan temannya yang lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan.
Dalam hubungannya dengan kemampuan membaca merupakan keterampilan yang sangat vital dalam masyarakat modern dan lebih khususnya lagi di kalangan akademisi. Sungguh pun demikian keterampilan ini tidak mendapat perhatian sebagaimana mestinya dalam pendidikan sehingga tidak sedikit anggota masyarakat kita yang telah berpendidikan tidak menguasai keterampilan dengan baik. Padahal dikatakan tahu bahwa seorang anak yang tidak dapat membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam perkembangan pendidikannya dan akhirnya berakibat kesulitan dalam memperoleh pekerjaan nanti.
Olehnya itu, dengan mengacu pada model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan keterampilan yang dulunya minat dan kekurangmampuan membacanya rendah akhirnya menjadi tinggi.
Berangkat dari itu semua, penulis mencoba melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat sebuah judul yaitu “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa”. Oleh karena penelitian yang pernah dilakukan disuatu sekolah yang ada di Jember pada mata pelajaran Sains, ternyata model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa yang sebelumnya memperoleh nilai dari atas 70 hanya sebanyak 7 siswa (27%) mengalami peningkatan 23-25 siswa (88%-97%) yang mendapat nilai lebih dari 70.
Oleh karena itu, model pembelajaran ini (jigsaw) bisa juga diterapkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pada kegiatan keterampilan membaca.
          
B.     Rumusan Masalah
Penelitian ini menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan harapan untuk meningkatkan proses belajar siswa dalam hal keterampilan membaca siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, secara khusus rumusan masalah yang diangkat adalah:
1.      Bagaimana kemampuan guru mengajarkan keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
2.      Bagaimana aktivitas siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten gowa dalam proses penerapan model kooperatif tipe jigsaw, sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan ini berdasarkan rumusan masalah di atas, yaitu untuk:
1.      Mengetahui proses penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.
2.      Mengetahui penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.

D.    Manfaat Penelitian
Peningkatan keterampilan membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model jigsaw yang dikembangkan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapakan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1.      dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat merangsang kemampuan berpikir siswa, menambah rasa percaya diri, dan sangat bermanfaat bagi siswa yang kurang memahami keterampilan membaca.
2.      pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menambah wawasan bagi guru sebagai bahan alternative pembelajaran untuk meningkatkan nilai dan potensi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan membaca.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.    Tinjauan Pustaka
  1. Pengertian Membaca
Pengertian membaca yang ada sampai dengan sekarang sangat banyak jumlahnya. Bentuk, isi, dan sifatnya pun beraneka ragam. Ada pengertian yang menggambarkan membaca sebagai proses melisankan paparan bahasa tulis, ada pula pengertian yang menyatakan bahwa membaca itu sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tertulis. Selain itu, adapula yang memegang pengertian bahwa membaca dalah penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuutran tertulis yang dibaca. Dikatakan pula bahwa membaca itu adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh yang disampaikan oleh penulis melalui media tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001) menyatakan bahwa membaca adalah (1)melihat serta memahami isi  dari apa yang tertulis; (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; (3) meramalkan, mengetahui; (4) mengucapkan; (5) menduga, memahami, memperhitungkan.
Menurut Soedarso (1990: 28) membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi yang bermakna baginya.
Slamet (2001: 64) menyatakan bahwa membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut terjadi secara tidak langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam memahami maksud dari penulisnya. Pembaca berkomunikasi dengan penullis melalui karya tulis yang digunakan penulis sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya.
Tarigan dan Henry Tarigan (1990: 28) mengemukakan bahwa adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa dari segi linguistik, membaca dapat diartikan sebagai suatu penyediaan kembali dan pembaca sandi (recording and decoding process).
Selanjutnya, Hidayat (1997: 27) mendefinisikan bahwa membaca adalah melihat dan memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya dalam hati. Definisi mencakup tiga unsur dalam membaca, yaitu: melihat, memahami, dan melisankan dalam hati, bacaan atau teks.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan suatu media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri atau mungkin dengan orang lain. Selain itu dapat pula dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersurat dan yang tersirat, melihat dan menerima pesan dari pikiran penulis yang berkembang dalam suatu media tulis.

  1. Tujuan dan Jenis-jenis Membaca
a.       Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau (meaning) erat sekali berhubungan dengan tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Seorang melakukan aktivitas membaca agar dapat memberi respons yang akurat terhadap berbagai sumber informasi yang disampaikan penulis melalui bacaan. Adapun informasi tersebut dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) informasi grafofonik, yakni informasi yang menyangkut hubungan antara lambang-lambang grafis dan bunyi bahasa; (2) informasi sintaksis, yakni informasi yang berkenaan dalam hal-hal implisit di dalam struktur gramatikal bahasa; (3) informasi semantik, yakni informasi yang mengarah pada terpenting yang merupakan esensi membaca, yakni pemahaman makna.
Selain yang dikemukakan di atas, ada juga pendapat yang mengatakan tujuan membaca meliputi sebagai berikut:
1.      Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.
2.      Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih (self image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya, seseorang akan merasa lebih bergengsi bila bacaanya majalah-majalah yang terbit dari luar negeri.
3.      Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya membaca untuk mendapat kekuatan keyakinan pada partai politik yang kita anut, memperkuat keyakinan agama, mendapat nilai-nilai baru dari sebuah buku filsafat, dan sebagainya.
4.      Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membca untuk tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan bacaan (buku cerita, novel, roman, cerita pendek, cerita kriminal, biografi tokoh terkenal, dan sebagainya).
5.      membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu.
b.      Jenis-jenis Membaca
1.      Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.
2.      Membaca dalam hati, yaitu kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata badan ingatan untuk memperoleh informasi. Secara garis besar membaca dalam hati terbagi atas:
a)      Membaca ekstensif, yaitu membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ektensif terdiri dari: (i) Membaca survey (survey reading), yaitu meneliti terlebih dahulu apa-apa yang kita telaah, (ii)  Membaca sekilas (skimming), yaitu sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi atau penerangan, (iii) Membaca dangkal (supercifical reading), pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca supercifical ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang; misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya.
b)      Membaca intensif (intensif reading), adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari
Yang termasuk  ke dalam kelompok membaca intensif ialah; (1) membaca telaah isi (content study reading). Membaca telah isi bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Jenis membaca ini terdiri dari; membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. (2) membaca telaah bahasa (language study reding). Pada hakikatnya segala sesuatu itu terdiri atas bentuk dan isi, atau form and meaning, atau jasmani dan rohani. Begitu pula dengan bacaan, yang terdiri dari isi (content) dan bahasa (language). Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah, sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Kedua-duanya merupakan dwi tunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Membaca telah bahasa mencakup dua hal yaitu; membaca bahasa asing atau (foreign) language reading, dan membaca sastra (literaty reading).
Selain yang disebutkan jenis membaca di atas, ada juga istilah yang dikenal;
a.       Membaca cepat, yaitu membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya.
b.      Membaca pelan-pelan, dan
c.       Membaca Garis besarnya saja.
  1. Proses Membaca
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia. Secara teoritis membaca adalah suatu proses rumit yang melibatkan aktifitas auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan), untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.
Aural
Input

 
Graphic
Input

 
Meaning

 
Oral Reading

 
Yap (1987: 110) menggambarkan proses membaca untuk tingkat dasar sebagai berikut:
                                                     recording                               deconding

Pada tingkat lanjut, prosesnya terlihat seperti berikut:
Graphic
Input


 
Meaning

 
 

                       deconding    

Membaca pada dasarnya mengomonikasikan formulasi pesan yang ditentukan oleh sistem bahasa dan sistem lambing yang terdapat di dalam  suatu lambang. Seperti yang telah dikatakan di atas (1) membaca adalah  proses mengidentifikasi dan mengkomprehensikan. Jika kita membaca, kita melihat simbol huruf yang tertulis dengan segala penanda. Simbol itu kita identifikasikan dan kita komprehensikan dengan makna. Kita melihat simbol yang tertulis itu berwujud kode-kode lalu kita menafsirkan kode-kode itu yang menghasilkan makna simbol tersebut.
Pada waktu membaca, terjadi proses mental meskipun hanya kita yang berperan. Proses mental dimaksudkan berupa penafsiran kode-kode sehingga mampu memahami apa yang dibaca. Proses membaca dapat pula dilihat sebagai proses komunikasi. Di dalam proses komunikasi tertulis, terdapat komponen-komponen berupa (i) sumber pesan berupa tulisan, (ii) kode atau simbol, (iii) pembaca, dan (iv) proses pemahaman. Yap (1978: 110) menggambarkan proses membaca sebagai proses komunikasi sebagai berikut:
Programmed knowledge, skills, actions, decisions, etc
 
Input                                                                                          output
Proses channel
(=the reader)
 
Teks
 
 

                                                                               
                                                       neural noise
Adapun aktifitas membaca meliputi dua proses, yaitu proses membaca teknis dan proses memahami bacaan.
Proses membaca teknis adalah suatu proses pemahaman hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut sebagai pengenalan kata. Misalnya anak mengucapkan - baik dalam hati maupun bersuara- kata “adik minum” yang tercetak merupakan proses membaca teknis.
Proses memahami bacaan merupakan kemampuan anak untuk menangkap makna kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan “ adik minum”, anak tahu bahwa yang minum bukan ayah, atau adik dalam tulisan itu tidak sedang  makan. Penguasaan kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata dalam bacaan.

  1. Teknik-teknik Membaca
Informasi fokus dapat kita temukan di bagian atau di berbagai bagian tertentu dari bacaan. Untuk menemukan informasi fokus dimaksud dengan efisien, pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

a.       Baca-Pilih
Yang dimaksud dengan baca-pilih (selecting) adalah bahwa pembaca memilih bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang dikemukakannya.
b.      Baca-Lompat
Baca-lompat (skipping) adalah bahwa pembaca, dalam menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lainnya.
c.       Baca-Layap
Pembaca dapat mempergunakan teknik baca-layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar menduga apakah bacaan itu berisi informasi yang fokus dilakukan.
d.      Bacaan Tatap
Pembaca dapat juga mempergunakan teknik baca tatap (scanning), yaitu membaca dengan cepat dan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi itu ditemukan dengan tepat dan dipahami dengan benar.
Keempat teknik membaca di atas pada waktu tertentu dapat dipergunakan sekaligus dalam artian secara berurutan. Dalam membaca buku misalnya, mula-mula teknik baca-pilih dapat dipakai atau menentukan bagian yang perlu dibaca, dan bersamaan dengan teknik ini, teknik baca-lompat juga dipergunakan karena beberapa bagian teks dilompati. Selanjutnya untuk mengetahui isi umum satu bagian yang perlu dibaca teknik baca-layap perlu dipakai, dan untuk menemukan informasi tertentu dari buku itu, teknik baca-tatap juga dipergunakan . Akan tetapi, untuk menetukan informasi fokus tertentu misalnya suatu penjelasan tentang suatu istilah, yang perlu dipergunakan pada dasarnya baca-tatap. Dengan kata lain, penggunaan teknik-teknik tersebut, apakah perlu semua atau tidak, umumnya bergantung pada sifat informasi fokus bergantung.

  1. Peningkatan Keterampilan Membaca
Dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan membaca para pelajar maka sang guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit enam hal utama, yaitu:
a.       Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan memahami  keadaan dan seluk-beluk kebudayaan.
b.      Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna kata-kata baru.
c.       Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol.
d.      Membantu para pelajar memahami struktur-struktur(termasuk struktur  
    kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi para pelajar bahasa).
e. Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman (comprehension skills)  kepada para pelajar.
f.   Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.
B.     Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Salvin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins dalam (Arends: 2001). Teknik mengajar jigsaw dapat digunakan dalam pengajaran membaca, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan siswa lain dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelanjarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka  pelajari sebelumnya pada petemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

Flowchart: Alternate Process: +       =
X       *Flowchart: Alternate Process: +       =
X       *Flowchart: Alternate Process: +       =
X       *Flowchart: Alternate Process: +       =
X       *        
                                                                                               Kelompok asal

Flowchart: Alternate Process: *        *
*        *Flowchart: Alternate Process: x       x
x       xFlowchart: Alternate Process: =       =
=       =Flowchart: Alternate Process: +       +
+       +                                      Kelompok ahli 
                                                                                                                 
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Langakah-langkah dalam penerapan model jigsaw sebagai berikut:
a.       Guru membagi suatu kelas dengan beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda, kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama, belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Misalnya suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya yang terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa, dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli, bagi guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 1 Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 2 Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 3 Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 4 Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 5 Flowchart: Alternate Process: Kelompok
Ahli 6
Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 2 Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 3 Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 5
Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 1 Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 4 Flowchart: Alternate Process: Belajar
Materi 6
 








Gambar II. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

b.      Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan persentase masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompk yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c.       Guru memberikan tugas kuis untuk siswa secara individual.
d.      Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e.       Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
f.       Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru, maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut dan cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C.    Kerangka Pikir
Membaca adalah salah satu aspek keterampilan membaca. Kegiatan membaca tidak boleh dilepaskan dari aktivitas keseharian manusia sebab dengan banyak membaca maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Membaca adalah proses berpikir sebab tindakan dalam membaca memerlukan interpretasi untuk mengenal kata dan simbol yang tertulis. Dengan demikian, keterampilan membaca mencakup tiga komponen: (1) pengenalan terhadap aksara; (2) korelasi aksara beserta tanda baca dengan unsur linguistik yang formal; dan(3) hubungan lebih lanjut aksara dan makna.
Keterampilan membaca sifatnya sangat mendasar sehingga sejak dini diharapkan kepada siswa agar memahami jenis dan jurus-jurus membaca. Untuk merealisasikan hasil tersebut, maka pengembangan bahan ajar perlu dirancang secara professional sehingga pada akhirnya nanti membaca bukanlah suatu kegiatan yang monoton. Adapun teknik pengembangan yang dimaksud adalah siswa membaca aktif, siswa menangkap pokok-pokok pikiran dan teks, siswa menguasai berbagai jenis jurus membaca dan sebagainya.
Pada dasar-dasar pemerolehan makna dari bahan baca,mencakup empat aspek pokok pemahaman, yaitu: (1) pemahaman literal yang mengacu pada kemampuan untuk menggugat dan mengenali kembali; (2) pemahan interpreatif yang mencakup kemampuan untuk menarik kesimpulan, memahami informasi secara tidak langsung, analisis dan sintesis; (3) pemahaman yang kritis mencakup kemampuan untuk mengevaluasi, bahan bacaan yang telah dibaca dan kemampuan untuk mendukung kesimpulan yang dibuat orang lain; dan (4) pemahaman kreatif yaitu pemahaman yang menuntut respon yang bersifat emosional dari pembaca yakni kemampuan membaca untuk mengapresiasikan bahan bacaan yang telah dibaca dan kemampuan untuk menghubungkan isi bacaan dengan kehidupan seseorang.
Uraian di atas menjadi landasan penelitian di dalam penelitian ini. Landasan pemikiran tersebut digambarkan seperti bagan di bawah ini:












 




                                       


 









Bagan Kerangka Pikir




D. Hipotesis
Jika penerapan model pembelajaran jigsaw digunakan sesuai kriteria, maka dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.


















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dan siklus II merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari siklus I apabila masih terdapat kekurangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

B.     Desain Penelitian
Pada dasarnya penelitian harus mempunyai desain tertentu. Desain dalam penelitian dapat membantu peneliti untuk membantu hasil penelitiannya secara otomatis. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penekanannya kepada kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide dalam praktik atau situasi nyata dalam skala makro yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di dalam kelas. Desain ini dipilih karena masalah utama muncul dari praktik pembelajaran di kelas sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui model Jigsaw. Adapun prosedur penelitian ini tampak pada alur pelaksanaan tindakan berikut:

Studi Pendahuluan Mencermati Pelaksanaan Pembelajaran dan Wawancara dengan siswa dan Guru Bahasa Indonesia
 
Rencana Tindakan Siklus I
 
Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
 
Rencana Tindakan Siklus II
 
Refleksi
 
Pelaksanan Tindakan dan Pengamatan
 
Rencana Tindakan Siklus III
 
 









Refleksi
 
hh

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
 
Simpulan
 
Refleksi

 
 




                                                        






C.    Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 selama dua bulan, dimulai pada bulan Oktober sampai bulan desember 2009. Subjek penelitian adalah siswa kelas IPA III dengan jumlah siswa 44 orang, yang terdiri dari 15 laki-laki dan 29 perempuan

D.    Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dirancang atas dua siklus yaitu: a) siklus pertama (4 kali pertemuan) dan b)siklus dua (4 kali pertemuan). Hal-hal penting yang dilakukan pada siklus tersebut antara lain:
1.      Mengidentifikasi keadaan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas untuk hal-hal sebagai berikut:
a.       Sikap siswa terhadap model Jigsaw dalam proses pembelajaran.
b.      Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
c.       Pertanyaan, jawaban, atau tanggapan yang diajukan siswa.
d.      Keterampilan siswa dalam memahami bacaan yang ditugaskan baik scara individu maupun secara kelompok.
2.   Melakukan analisis refleksi
      Pelaksanaan tindakan sikap siklus mengikuti langkah-langkah skenario sebagai berikut:
Siklus I
-          Merancang tindakan siklus I
-          Melaksanakan tindakan
-          Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
-          Mengevaluasi hasil observasi
-          Mengadakan refleksi
Siklus II
-          Merancang tindakan berdasarkan pengalaman siklus I
-          Melaksanakan tindakan perbaikan
-          Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
-          Mengevaluasi hasil observasi
-          Mengadakan refleksi II
Selanjutnya diuraikan gambaran kegiatan yang dilakukan masing-masing siklus sebagai berikut:
Gambaran Umum Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama empat kali pertemuan termasuk satu kali tes pada siklus I. Hal-hal pokok yang dilakukan sebagai berikut:
  1. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a.       Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.

b.      Membuat skenario pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
c.       Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.
d.      Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman konsep telah dimengerti dengan baik oleh siswa.
  1. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun langkah-langkah pada tindakan ini adalah sebagai berikut:
a.       Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan.
b.      membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen.
c.       Memantau dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi.
d.      Mengevaluasi
  1. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan tentang situasi yang terjadi di dalam kelas selama tindakan berlangsung.
  1. Tahap Refleksi
Dari hasil observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan pada tahap siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan.
Gambaran Umum Siklus II
Siklus II dilaksanakn selama empat kali pertemuan. Hal-hal pokok yang dilakukan adalah:
1.      Tahap Perencanaan
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a.       Melanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus I
b.      Memperbaiki dan membenahi kelemahan siklus I.
c.       Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk dari hasil refleksi I.
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. langkah-langkah yang dilkukan relativ sama dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang diterapkan.



3.      Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan observasi yang dilakukan pada siklus I.

4.      Tahap Refleksi
Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpull dan dianalisis. Dari hasil yang didapatkan, penulis dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran tipe jigsaw yang dilakukan selama II siklus.

E.     Instrumen Penelitian
Insrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran serta penguasaan siswa terhadap mata pelajaran setelah proses pembelajaran.
Selain instrumen tes hasil belajar peneliti juga mengembangkan LKS dan kuis yang diberikan untuk menunjang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.  




F.     Teknik Pengumpulan Data
Data hasil penelitian ini dikumpulkan melalui:
1.      Lembar observasi yaitu untuk merekam proses belajar mengajar berlangsung berupa keberhasilan dan kelemahan tindakan yang diberikan.
2.      Data tentang hasil siswa yang diperoleh dari tes pada saat proses ataupun setelah pembelajaran.
Data di atas dapat diperoleh melalui instrumen sebagai berikut:
a.       Data hasil belajar pra siklus
Data diapatkan sebelum masuk dalam siklus penelitian, dilakukan di awal petemuan dengan menggunakan tes awal.
b.      Data hasil observasi
Data ini dipeolah dari hasil pengamatan secara langsung proses pembelajaran yang dilakukuan oleh peneliti dengan menggunakan blangko pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Observasi dilakukan sepanjang siklus I dan silkus II berlangsung.
c.       Data hasil belajar siswa
Yaitu data hasil belajar siswa berupa tes yang diambil pada saat proses dan setelah proses pembelajran berlangsung. Data ini dapat berupa hasil tes tertulis sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
d.      Data hasil belajar pasca siklus
Data ini didapatkan setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hasil data ini untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca siswa secara individu, maka dilakukan kembali evaluasi tes akhir. Tetapi apabila tes hasil siklus II sudah mencapai batas ketuntasan, dalam artian 85 % siswa yang sudah mencapai nilai 65 ke atas, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan).

G.    Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul berupa data kuantitatif dianalisis dengan perhitungan persentase. Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum mengenai perilaku siswa dalam proses pembelajaran, efektivitas tindakan, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas serta hasil belajar yang dicapai siswa di setiap akhir siklus.
Dalam metode jigsaw dalam judul peningkatan keterampilan siswa melalui metode jigsaw, dikaitkan dengan ketuntasan  belajar siswa. Adapun kriteria ketuntasan individu yang digunakan dalam penelitian in adalah siswa dianggap tuntas apabila memperoleh skor minimal 65 dari skor ideal tes hasil belajar. Sedangkan ketuntasan klasikal jika mencapai minimal 85 % siswa dinyatakan tuntas belajar. Skor ideal tes hasil belajar adalah 100,00 berarti siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh skor sama atau lebih dari 65.
Prosedur dala analisis kuantitatif ini menggunakan rumus sebagai berikut:
(Depdikbud, 1985: 5)


(Depdikbud, 1990: 47)


















BAB IV
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian pada proses pembelajaran peningkatan keterampilan membaca siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa. Adapun yang dianalisis adalah pelaksanaan tindaka pada siklus I dan siklus II.

A. Deskripsi Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, peneliti berkunjung ke SMA Negeri I Pallangga berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode jigsaw pada pembelajaran membaca. Dari hasil wawancara dengan guru kelas XI IPA III, maka ditetapkanlah pelaksanaan observasi pratindakan proses pembelajaran membaca dengan mengikuti jadwal yang ada di sekolah tersebut.
1.      Orientasi terhadap proses belajar mengajar
Gambaran awal pelaksanaan proses belajar mengajar peningkatan keterampilan membaca yaitu peneliti memberikan materi wacana secara individu sebagai tes awal pemahaman membaca dengan menjawab soal-soal sesuai materi bacaan
2.      Analisi dan refleksi awal
Hasil pengamatan (orientasi awal) pelaksanaan interaksi proses belajar mengajar yang dilaksanakan membuktikan bahwa kondisi pembelajaran peningkatan keterampilan membaca siswa masih rendah. Adapun data hasil pemberian tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Awal (pra tindakan) Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga.
Nilai
Jumlah siswa
Persentase
Kategori
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 - 100
28
 9
 2
 1
 4
68,08
17,03
  4,25
  2,12
  8,52
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
44
100,00



Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 44 siswa kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga 28 siswa atau sekitar 68,08 % siswa yang tingkat hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan membaca pada kategori masih sangat rendah, pada kategori rendah terdapat 9 siswa atau sekitar 17,03 %,  kemudian pada kategori sedang terdapat 2 siswa atau sekitar 4,25 %, pada kategori tinggi terdapat 1 siswa atau sekitar 2,12 %, dan pada kategori sangat tinggi terdapat 4 siswa atau sekitar 8,52 %.

B.     Pelaksanaan Siklus
Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus.

a.      Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1.      Perencanaan (Planning)
a.       Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
b.      Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
c.       Membuat lembar kerja siswa
d.      Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
e.       Menggunakan alat evaluasi pembelajaran
2.      Pelaksanaan (Acting)
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali untuk pelaksanaan tes siklus I dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pada awal pertemuan peneliti membentuk kelompok asal. Kelompok asal dibentuk berdasarkan kemampuan siswa yang heterogen, asal, dan latar belakang keluarga yang berbeda. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran sekaligus menyajikan informasi (materi) melalui bahan bacaan.
Setelah informasi (materi) dibagikan pada kelompok asal, anggota kelompok asal dengan yang sama tergabung dalam kelompok ahli untuk diskusi.
Pada proses berlangsungnya diskusi kelompok ahli, peneliti (guru) memantau setiap kelompok, membimbing, serta mengarahkan dan menjelaskan materi atau persoalan yang belum dimengerti atau dipahami. Setelah kembali dari kelompok ahli setiap anggota kelompok mempersiapkan untuk menyampaikan hasil tugasnya pada anggota kelompok asalnya masing-masing dan secara bergiliran siswa menyampaikan apa yang telah dibahas pada kelompok ahli. Dalam hal ini guru menekankan pentingnya kerjasama dan kekompakan dalam kelompoknya.
3.      Observasi dan Evaluasi
Di awal pertemuan siklus pertama, selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum bisa mengikuti pembelajaran ini dengan baik. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini.
Data hasil observasi selama proses pelaksanaan siklus I tercermin pada lembar observasi di bawah ini:




     Tabel 2: Hasil Observasi  Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus 1

No
Aspek yang diamati

       Pertemuan Ke-
Rata-Rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran

39

41

43

44


41,23

87,76
2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran

20

23

24

30

24,25

51,59
3
Siswa yang aktif dalam
 Pembelajaran

10

12

11

10

10,75

22,87
4
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca

30


10


11


10


15,25


32,44

5
Siswa yang kurang terampil dalam
membaca dengan baik dan benar

15

13

4

4

9

19,68
6
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar

4

4

6

3

4,25

9,24
7
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, keluar masuk  kelas, menganggu, dan lain-lain)



9


6


6


2



5,75


12,23

           

Pada tabel 2 di atas diperoleh bahwa pada siklus I dari 44 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 87,76 %; siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 51,59 %; siswa yang aktif dalam pembelajaran 22,87%; siswa yang masih perlu bimbingan  sebanyak 32, 44 %; siswa yang kurang terampil dalam membaca sebanyak 9,24 %; siswa yang mampu membaca dengan baik dam benar sebanyak 9,24%; siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, mengangu, dan lain-lain) mencapai 12,23 %.
Sedangkan data hasil tes siklus I terdapat pada table di bawah ini:
Tabel 3. Data Hasil Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga pada Siklus 1
Nilai
Jumlah siswa
Persentase (%)
Kategori
  0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
-
  5
20
15
  4
-
11,36
45,45
34,09
  9,09
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
44
100


Dari tes siklus I di atas tergambar bahwa dari 44 siswa kelas XI IPA III SMA Negeri I Palangga, 5 siswa atau11,36% pada kategori rendah; pada kategori sedang mencapai 20 siswa atau 45,45%; kemudian pada kategori tinggi sebanyak 15 siswa atau 34,09%; sedangkan pada kategori sangat tinggi hanya 4 atau 11,36%.
Jadi, dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa yang mencapai batas ketuntasan sekitar 19 siswa atau 43,18%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yaitu 25 siswa atau 56,81%.


4.      Refleksi
Di awal pertemuan pertama dan kedua sebagian siswa belum dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini dan masih perlu beradaptasi. Dari hasil pengamatan sering terjadi keributan terutama dalam pembagian kelompok, perpindahan untuk diskusi baik dari kelompok asal ke kelompok ahli maupun sebaliknya, selain menimbulkan keributan juga membutuhkan waktu yang banyak untuk mengarahkan siswa untuk berdiskusi pada tempatnya, penyebab yang lain adalah banyaknya waktu yang terbuang karena siswa masih bingung dengan pembelajaran ini.
Secara umum selama penelitian berlangsung hingga akhir siklus I semangat belajar siswa semakin nampak, mereka semakin bias bekerjasama dengan anggota kelompoknya meskipun masih ada beberapa kelompok yang masih belum bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik. Pada akhir siklus I siswa diberi tes untuk menentukan sejauh mana kemampuan mereka atas materi yang telah diberikan dan dibahas selama siklus I. Pelaksanaan berjalan dengan lancar meskipun masih ada siswa yang bekerjasama bahkan mengantuk dengan temannya. Demikian pula pada proses belajar mengajarmasih terlihat siswa yang masih pasif, siswa yang demikian umumnya kurang memahami materi yang diberikan.
Maka dari itu, perlu dilanjutkan pada siklus II, dengan perencanaan sebagai berikut:
a)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
b)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c)      Memberikan pengakuan dan penghargaan (reward).

2.      Siklus II (Kedua)
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
1.      Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada siklus kedua didasarkan pada perencanaan siklus pertama, yaitu:
a)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
b)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c)      Memberikan pengakuan dan penghargaan.
d)     Membuat perangkat pembelajaran metode jigsaw yang lebih mudah dipahami siswa.
2.      Pelaksanaan (Acting)
Aktivitas yag dilakukan pada siklus II merupakan tindak lanjut dai siklus I. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan tindakan-tindaka yang diasari oleh hasil observasi dan evaluasi serta refleksi. Pelaksanaan siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk 1 kali pertemuan tes siklus II.
3.      Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II, model jigsaw yang diterapkan mengalami peningkatan, siswa mulai beradaptasi dengan kelompoknya, kerjasama sudah mulai terorganisir dengan baik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Hal tersebut bisa dilihat pada data hasil observasi di bawah ini:
Tabel 4. Data Hasil Obsevasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II.
No
Aspek yang diamati

       Pertemuan Ke-
Rata- Rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran

40

42

43

44


42,5

94,44
2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran

24

27

27

33

27,75

59,04
3
Siswa yang aktif dalam
 Pembelajaran
10
17
14
15
14
29,79
4
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca

25

15

9

8

12,25

30,31
5
Siswa yang kurang terampil dalam membaca

11

9

3

8

7,75

16,48
6
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar

4

8


8


5


6,25


13,29
7.
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, sering keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain)

8
4
4
2

4,5
9,57

Pada tabel 4 di atas diperoleh bahwa pada siklus II dari 44 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 94,44 %; siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 59,04 %; siswa yang aktif dalam pembelajaran 29,79 %; siswa yang masih perlu bimbingan  sebanyak 30,31 %; siswa yang kurang terampil dalam membaca sebanyak 16,48 %; siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar mencapai 13,29 %; siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain) mencapai 12,23 %.
Sedangkan data hasil tes siklus II tergambar pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Data Hasil Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri I Pallangga pada Siklus II
No
Nilai
Jumlah siswa
Persentase (%)
Kategori           
1.
2.
3.
4.
5.
  0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
-
-
  3
17
24
-
-
  6,81
38,64
54,55
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Jumlah
44
100


Dari tes siklus II di atas tergambar bahwa dari 44 siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Palangga, 3 siswa atau 6,81% siswa yang tingkat hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan membaca pada kategori sedang; pada kategori tinggi mencapai 17 siswa atau 38,64%; kemudian pada kategori sangat tinggi sebanyak 24 siswa atau 54,55%; sedangkan
Jadi, dari tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa yang mencapai batas ketuntasan sekitar 41 siswa atau 93,19%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan hanya 3 siswa atau 6,81%.
4.      Refleksi
Siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk tes siklus II. Pada siklus kedua ini, siswa sudah bisa melaksanakan proses pembelajaran tipe jigsaw. Kerjasama mulai terorganisir dengan baik sehingga kegiatan diskusi kelompok terlihat kompak dan berlangsung dengan tertib, suasana yang biasanya ribut dan menyita banyak waktu mulai berkurang.
Pada siklus kedua ini, kendala-kendala yang dihadapi siklus I sudah bisa teratasi, siswa yang biasanya melakukan kegiatan di luar materi pembelajaran mulai  berkurang, bahkan siswa yang tadinya pasif sudah mulai aktif.
Dari hasil pengamatan ini, memberikan indikasi bahwa perinsip pembelajaran kooperatif khusunya pada tipe jigsaw yang mengarah pada kerjasama, saling ketergantungan yang positif dapat terpenuhi.
C.    Deskripsi Kegiatan Akhir
Seperti yang telah disebutkan pada tes pengumpulan pada poin kedua bagian keempat, bahwa apabila tes hasil siklus II sudah mencapai batas ketuntasan, dalam artian 85% siswa yang sudah mencapai nilai 65 ke atas, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan).

















BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa, materi kelompok disajikan dalam bentuk tes dan setiap siswa bertanggung-jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkannya kepada anggota tim lain.
2.      Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan dalam mengikutui langkah-langkah jigsaw akan meningkatkan motivasi siswa dalam hal keterampilan membaca serta menumbuhkan sikap yang positif, sehingga prestasi belajar siswa akan lebih baik.
3.      Kualitas pemahaman keterampialn membaca siswa kelas XI IPA III SMA 1 Pallangga menjadi meningkat melalui penerapan kooperatif tipe jigsaw, hal ini ditunjukkan dengan hasil tes sebelum tindakan, yang mendapat nilai >65 hanya 5 siswa (10,64%), pada siklus I yang mendapat nilai >65 meningkat menjadi 19 siswa (43,18%), dan pada siklus II yang memperoleh nilai >65 sebanyak 41 siswa (93,19%).


B.     Saran
Dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada peningkatan keterampilan membaca disarankan :
1.      Guru hendaknya menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran.
2.      Untuk menghindari kegaduhan dan meminimalisir kehilangan waktu, pembentukan kelompok direncanakn sebelumkegiatan pembelajaran berlangsung.
3.      Guru harus lebih memotivasi siswa.














DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2001. Teknik Pengajaran Jigsaw.
Basra, Muhammad. 2007. Kemampuan Membaca Intensif. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Elimidadiany, Novi. 2008. Cooperatif Learning-Teknik Jigsaw. (Online), (http://mforum.cari.my/redirect.php?tid=11894&goto=lastpost. Html, diakses18 Juni 2009).

Fauzi, Imran. 2008. Pembebelajaran Koopertatif Tipe Jigsaw. (Online), (http://mforum2.cari.com.my/redirect.php?tid=118944&goto=lastpot. Html, Diakses 18 Maret 2009).

Hidayat, Rahayu S. 1997. Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunitas. Jakarta: Internusa.

Kosasih, E. 2007. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia untuk SMA/MA. Bandung: Yarama Widya.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru Algesindo.

Nugrah Oka, Gusti. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Malang: Usaha Nasional

Pateda, Mansoer. 1982. Analisis Kesalahan. Surabaya: Nusa Indah.

Said, M. Ide. 1987. Keterampilan Membaca. Diktat. Makassar: Unismuh Makasaar.

Slamet, H. Ahmad. 2001. Keterampilan Membaca. Jakarta: Depdiknas.

Soedarso. 1990. Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sahrah, Siti. 2006. Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia. Skripsi. Makassar: Unismuh Makassar.

Setiawan, Budi. 1987. Keterampilan Membaca. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Tarigan, Djago dan Hery Guntur Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Taufik, Muhammad. 2007. Strategi Pembelajaran Membaca. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh.

Yap. 1987. Proses Membaca.






















































      LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN























Tes Awal (pra tindakan)

Dinamika Sifat Malu dan Depresi
Sifat malu merupakan ekspresi rasa kurang aman dan kurang nyaman, merasa diri terancam, kurang yakin diri, dan kurang percaya diri. Sifat malu berlebihan akan membuat anak mengalami hambatan sosialisasi. Ia menjadi tidak mampu bergaul dan enggan berupaya dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan pergaulannya. Ia menjadi penyendiri, tidak mampu bergaul, dan bahkan akan lebih suka menghindari pergaulan dengan sesama.
Kesendirian sebagai akibat meningkatnya rasa kesepian yang dihayati anak. Sunyi, sepi sendiri akan meningkat dan membuka peluang bagi berkembangnya depresi pada seseorang yang ditandai rasa sedih, murung, kehilangan gairah dalam aktivitas secara berkelanjutan.
Peningkatan taraf ekstrim depresi tersebut akan diikuti perasaaan ditolak yang akan membuatnya bertambah enggan memulai sosialisasi. Kondisi emosi negatif ini akan bertambah parah dengan meningkatnya rasa bersalah karena terbiasa menyalahkan diri sendiri dan pikirannya didominasi pikiran dan perasaan dirinya adalah sosok yang “melempem”, tidak berguna, tidak layak hidup, dan sebagainya.
Depresi kronis macam ini, pada saat kondisi kekuatan ego semakin melemah, akan diikuti halusinasi auditif (mendengar suara tidak jelas di telinga). Umumnya, ia pun akan lebih suka duduk menyendiri, merenung kesalahan yang ia yakini, dan tidak mampu berharap apapun akan masa depnnya.
Untuk kasus seperti ini, dibutuhkan program psikoterapi dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi penderita depresi yang penanganannya dilakukan oleh psikoterapis professional. Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh semua orang tua adalah “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Artinya, dibutuhkan kepekaan orang tua akan perkembangan emosional anaknya sedini mungkin, mencari penyebabnya, dan mengupayakan perbaikan bila ditemukan gejala malu berlebihan pada anak-anak.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini berdasarkan wacana di atas!
1.      Apa tema dari wacana di atas?
2.      Tuliskan jenis paragrap yang terdapat pada paragrap pertama!
3.      Tuliskan ide pokok dari paragrap pertama dan kedua!
4.      Mengapa sifat malu yang berlebihan akan membuat anak mengalami hambatan sosialisasi?
5.      Apa yang akan membuka peluang bagi berkembangnya depresi pada seseorang?
6.      Apa tanda-tanda seseorang terkena depresi?
7.      Deprsesi kronis pada saat kondisi kekuatan ego melemah akan diikuti halusinasi auditif. Apa yang dimaksud dengan halusinasi audtif?
8.      Untuk kondisi di atas, apa yang diibutuhkan untuk mengobati pasien?
9.      “Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Apa arti ungkapan tersebut dalam kaitannya dengan kasus pada wacana di atas?
10.  Tuliskan kesimpulan dari wacana “Dinamika Sifat Malu dan Depresi”?















Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN

            Sekolah                       : SMA Negeri 1 Pallangga
            Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
            Kelas                           : XI IPA III
            Semester                      : I (Ganjil)
            Tahun Pelajaran           : 2009/2010

A. STANDAR KOMPETENSI
Membaca: Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring.
B. KOMPETENSI DASAR
Menentukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
  • Kalimat utama
  • Kalimat penjelas
  • Kalimat kesimpulan
  • Ciri paragraf deduktif/induktif
  • Perbedaan deduktif dengan induktif
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
D. INDIKATOR
Menggunakan model kooperatif tipe jigsaw jigsaw dengan benar terutam dalam:
  • Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  • Menemukan kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama
  • Menentukan paragraf deduktif dan induktif
  • Mengidentifikasi ciri paragraf deduktif dan induktif
  • Menjelaskan perbedaan antara paragraf deduktif dan induktif

E. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw maka siswa dapat:
  • Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
  • Menemukan kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama
  • Menentukan paragraf deduktif dan induktif
  • Mengidenifikasi ciri  paragraf deduktif dan induktif
  • Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan paragraf induktif
F. METODE PEMBELAJARAN
  • Ceramah
  • Penugasan
  • Diskusi
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal
  1. Membuka pembelajaran
  2. Mengaitkan pemahaman siswa tentang apa yang akan dipelajari
B. Kegiatan Inti
Pertemuan I
1.      Siswa menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf
2.      Siswa menemukan kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama
3.      Siswa menentukan paragraf deduktif dan induktif
4.      Siswa mengidentifikasi ciri paragraf deduktif dan induktif
5.      Siswa menjelaskan perbedaan antara paragraf deduktif dan paragraf induktif
Pertemuan II
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe Jigsaw)

C. Kegiatan Akhir
1.      Menyimpulkan materi
2.      Menutup pelajaran
H. ALOKASI WAKTU
4 x 45 menit
I. SUMBER/BAHAN/ALAT PEMBELAJARAN
·         Buku yang terkait dengan paragraf
·         Artikel/berita dari media cetak
J. PENILAIAN
Jenis tagihan             : Tugas individu, tugas kelompok
Bentuk instrumen     : Pilihan ganda



























Lembar Observasi  Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus 1

No
Aspek yang diamati

       Pertemuan Ke-
Rata-Rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran







2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran






3
Siswa yang aktif dalam
 Pembelajaran






4
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca






5
Siswa yang kurang terampil dalam
membaca dengan baik dan benar






6
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar






7
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, keluar masuk  kelas, menganggu, dan lain-lain)




















Soal Siklus I

1.      Dampak merebaknya penyebab virus sindrom pernapasan akut parah (Severe Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura, mulai mengancam bisnis perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dalam negeri maupun dari luar negeri merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang hingga sepuluh persen. Demikian kata Public Realition Manager Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo, dan pengusaha Novotel Hotel, Anas, ketika dihubungi kompas di Batam.
Ide pokok paragraf tersebut adalah…
A.    Dampak penyebaran virus SARS terhadap bisnis perhotelan.
B.     Penyebaran virus SARS dari negeri Jiran (Singapura).
C.     Virus SARS mengancam bisnis perhotelan di Singapura.
D.    Dampak virus SARS terhadap penghuni hotel di Batam.
E.     Dampak penyebaran virus SARS dirasakan oleh para pengusaha.

2.      (1) Istilah rangkuman, sinopsis, dan ringkasan sudah tidak asing dalam bidang tulis menulis.(2) Semua hal tersebut bisa ada dalam karya tulis. (3) salah satu bentuk yang akan kta bicarakan yaitu ringkasan. (4) Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tepat mempertahankan urutan isi. (5) Ringkasan adalah gambaran kecil isi teks yang panjang.
Kalimat utama paragraf tersebut terletak pada nomor…
A. (1)                     B.(2)    C. (3)               D. (4)               E. (5)

3.      Satelit sepanjang 5 meter itu menempuh jarak  300 km dari bumi untuk mengintai komet Wild-2. Stardust yang diluncurkan kurang lebih 5 tahun yang lalu itu memang ditugasi untuk mengintai komet yang berbentuk bulat seperti batu dan es berkawah berdiameter lebih dari lima kilometer…dan telah mencatat 72 gambar komet yang direkam oleh kamera Stardust.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah…
A.    Begitu debunya tertangkap, sebuah alat pengumpul yang berbentuk seperti kulit kerang bekerja.
B.     Stardust juga sudah mengirimkan beragan data ke bumi.
C.     Alat ini akan mengamankan sampel sampai pendaratan nanti.
D.    Debu itu dijaring dengan alat penangkap partikel yang berbentuk raket tenis.
E.     Satelit ini bekerja melintasi kumpulan debu yang menyelimuti inti komet.

4.      Telepon genggam sudah banyak dimiliki masyarakat bahkan dalam sebuah keluarga, hampir semua  anggota keluarga memilikinya. Di samping memang sudah merupakan alat komunikasi yang mudah dibawa-bawa, pengoperasian telepon pun tidak sulit dan terjangkau pula. Ada kemungkinan perkembangan alat ini pesat karena hal-hal tersebut. Ditambah pula karena muncul variasi bentuk, merek, dan model baru. Oleh sebab itu, sekarang barang-barang tersebut sudah dianggap bukan barang mewah lagi.
Pola pengembangan paragraf tersebut adalah…
A. Eksposisi          B. Narasi         C. Deskripsi      D.Argumentasi          E. Persuasi

5.      “Rayonisasi dulu dan sekarang itu berbeda”. Kalau dulu rayonisasi mengelompokkan anak untuk melanjutkan sekolah pada daerah tertentu, sekarang hanya membantu orang tua murid mendaftar sekolah. Jadi bersifat pelayanan.
“Sekarang, murid bebas memilih sekolah”, kata Abdul Rochim, Kepala Sub Dinas Pendidikan Sekolah Lanjutan Tngkat Pertama (SLTP) Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta, saat ditemui kompas sebelum acara Sosialisasi PSB 2002/2003 di Jakarta, jumat (10/5).
Gagasan utama paragraf di atas adalah…
A.    Perbedaan pengertian rayonisasi dulu dengan sekarang.
B.     Rayonisasi adalah pengelompokkan anak untuk melanjutkan.
C.     Rayonisasi adalah wujud yang bersifat pelayanan.
D.    Kebebasan murid untuk memilih sekolah
E.     Pernyataan Kepala Subdinas Pendidikan SLTP

6.      Suasana kawasan ini tertata rapi. Jalannya sudah bagus, dan tak mengusik kehidupan sekitarnya. Hadirnya fasilitas modern hotel spa dan sarana hiburan, sekian banyak resto, merupakan bentuk simbiose mutualistik dengan warga setempat, terbangunnya jalanan yang bagus memudahkan akses petani, terutama yang menanam ubi cilmus yang manis, ke pasar di kota, bahkan banyak dikirim ke pasar-pasar di Jakarta.
Paragraf tersebut mendeskripsikan…
  1. Suasana perkampungan
  2. Suasana alam pedesaaan
  3. Suasana disuatu desa wisata
  4. Kondisi pegunungan
  5. Kenyamanan alam pegunungan

7.      Kondisi yang paling penting dalam modernisasi pertanian adalah sikap hidup petani. Mengapa demikian? Karena pertanian sebagai pelaku utama dalm kegiatan pertanian dapat dianggap sebagai manajer usaha taninya. Dia harus mampu mengelola, mengambil keputusan, dan betanggung jawab terhadap langkah-langkah yang diambilnya.
Paragraf di atas tergolong ke dalam jenis paragraf…
A. Deskriptif         B. Naratif        C. Campuran   D. Induktif      E. Deduktif

8.      Cermatilah kalimat acak berikut!
(1)  Mencari bahan-bahan tulisan yang sesuai dengan tema yang anda pilih.
(2)  Mengmbangkan kerangka karangan menjadi karangan yang lengkap.
(3)  Jika anda menulis karya ilmiah harus memperhatikan langkah-langkah berikut.
(4)  Memilih tema karangan yang mudah dibahas dan dipahami.
(5)  menyusun kerangka karangan sesuai tema yang anda pilih.
Jika kalimat-kalimat tersebut disusun menjadi paragraf, susunan yang paling tepat adalah…
A.    (3), (4), (1), (5), dan (2)           D. (3), (1), (5), (4), dan (2)
B.     (3), (1), (4), (5), dan (2)           E. (3), (1), (4), (2), dan (5)
C.     (3), (4), (5), (1), dan (2)

9.      Setelah dibakar, kemudian dikilapkan dan dihias. Dalam pengkilapan, benda tersebut disalut dengan cairan yang disebut glastur, lalu dibakar lagi. Glastur meleleh menjadi lapisan kaca yang membuat benda itu tampak mengkilap dan kedap air. Tembikar dihiasi dengan gambar-gambar sebelum atau sesudah pengglasturan.
Paragraf di atas berbicara tentang…
A.    Cara memasak dalam tungku              D. Cara membuat tungku
B.     Cara membuat tebikar                         E. Cara menenun
C.     Cara membatik

10.  Bacalah paragraf berikut dengan saksama!
(1) Menabung di bank banyak positifnya. (2) Uang yang disimpan aman dari tangan yang tidak bertanggung jawab. (3) Semakin lama, uang yang ditabung bertambah dan berbunga. (4) Apabila ingin berbelanja, uang tabungan tidak perlu diambil ke bank, cukup dengan memakai ATM. (5) Yang palinh penting, pemilik uang tidak akan kehilangan uangnya.
 Kalimat yang merupakan pernyataan unum dalam paragraf tersebut terdapat pada kalimat nomor…
A. (1)         B. 2)                C. (3)               D. (4)               E. (5)










Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN

            Sekolah                       : SMA Negeri 1 Pallangga
            Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
            Kelas                           : XI IPA III
            Semester                      : I (Ganjil)
            Tahun Pelajaran           : 2009/2010

A. STANDAR KOMPETENSI
Membaca: Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring.
B. KOMPETENSI DASAR
Membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik
C. MATERI PEMBELAJARAN
Naskah berita
  • Ciri-ciri berita yang baik
  • Lafal
  • Tekanan
  • Intonasi
  • Jeda
  • Unsur atau pokok-pokok  berita (what, who, where, when, why, dan how       (5 W + 1 H))
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
D. INDIKATOR
Menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dengan benar terutama dalam:
  • Membacakan naskah berita dengan memperhatikan penggunaaan lafal, intonasi, kejelasan ucapan, tatapan mata, dan sikap membaca yang benar
  • Membahas pembacaan berita yang dilakukan teman
  • Menentukan pokok-pokok berita (Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, Bagaimana)
E. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw maka siswa dapat:
  • Membacakan naskah berita dengan memperhatikan penggunaaan lafal, intonasi, kejelasan ucapan, tatapan mata, dan sikap membaca yang benar
  • Membahas pembacaan berita yang dilakukan teman
  • Menentukan pokok-pokok berita (Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana)
F. METODE PEMBELAJARAN
  • Ceramah
  • Penugasan
  • Latihan
  • Diskusi
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal
  • Membuka pembelajaran
  • Mengaitkan pemahaman siswa tentang apa yang akan dipelajari
B. Kegiatan Inti
Pertemuan I
·         Siswa membacakan berita dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang tepat
·         Siswa mendiskuskan pembacaan berita yang dilakukan teman
·         Siswa megidentifikasi pokok-pokok berita
Pertemuan II
(Evaluasi keterampilan membaca melalui tipe jigsaw)
C. Kegiatan Akhir
·         MENYIMPULKAN materi
·         Menutup pelajaran
·         Penugasan
H. ALOKASI WAKTU
6 x 45 menit
I.  SUMBER/BAHAN/ALAT PEMBELAJARAN
Buku dari media cetak/elektronik, buku tata bahasa
J. PENILAIAN
Jenis tagihan             : Tugas individu, tugas kelompok
Bentuk instrumen     : Pilihan ganda



















Lembar Obsevasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II.

No
Aspek yang diamati

       Pertemuan Ke-
Rata- Rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran







2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran






3
Siswa yang aktif dalam
 Pembelajaran






4
Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam membaca






5
Siswa yang kurang terampil dalam membaca






6
Siswa yang mampu membaca dengan baik dan benar






7.
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut, sering keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain)
















Soal Siklus II
Teks berikut untuk menjawab soal nomor 1-3
Sekitar 300 dari 400-an kios dan jongko (los) di Pasar Inpres Sayati, Kota Bandung, Sabtu (26/8) dini hari, musnah terbakar. Dalam perisiwa itu seorang perempuan pedagang ayam potong, Fatimah Bin Yusuf (50-an), tewas terbakar karena terkurung api dalam kiosnya.
Keterangan yang dihimpun sabtu siang menyebutkan, api mulai berkobar sekitar pukul 02.30 ketika para pedagang masih tertidur lelap. Karena kencangnya tiupan angin kemarau dan terbakarnya tenda-tenda plastik, api dengan cepat menjalar ke hampir semua bagian pasar yang terletak di Jalan Kopo itu.
Api baru berhasil diatasi sekitar pukul 07.30, setelah sekitar sepuluh mobil pemadam kebakaran dari Kota dan Kabupaten Bandung dikerahkan e lokasi kejadian. Namun, akibat luapan massa, Jalan Poros Kopo Soreang sempat macet total selama beberapa jam.

1.      Pertanyaan yang sesuai dengan isi teks berita tersebut adalah…
A.    Berapa rupiah kerugian atas kebakaran pasar Inpres Sayati?
B.     Di manakah Fatimah, korban kebakaran tersebut dimakamkan?
C.     Siapa yang menjadi korban kebakaran Pasar Inpres Sayati?
D.    Dari mana datangnya tiupan angin kencang ke lokasi kebakaran?
E.     Mengapa para pedagang terlelap tidur ketika terjadi kebakaran?

2.      Jawaban yang tepat atas pertanyaan “Bagaimana cara mengatasi kobaran api dalam peristiwa kebakaran pasar Inpers Sayati tersbut?” adalah…
A.    Mengoperasikan mobil pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran
B.     Mengaahkan para penduduk di sekitar lokasi kebakaran
C.     Membangunkan para pedagang yang masih terlelap tidur
D.    Mengarahkan aparat keamanan Kota yang dan Kabupaten Bandung
E.     Membangunkan masyarakat yang sedang tertidur lelap

3.      Pokok-pokok penting dalam teks berita tersebut adalah…
A.    Pasar Inpres Sayati terbakar tanggal 28 Agustus, pukul 02.30 dini hari.
B.     Pasar Inpres Sayati terbakar, satu orang tewas, dan Jalan Kopo Soreang macet.
C.     Api mlai berkobar pukul 02.30 dan baru dapat diatasi pukul 07.30.
D.    Jalan Kopo Soreang macet total karena Pasar Inpres Sayati kebakaran.
E.     Angin kencang kemarau mengakibatkan cepatnya api menjalar ke kios-kios.

4.      (1) Di IRRI (Internasional Rice Research of Institute) Los Banos di Filipina terdapat puluhan ribu jenis padi yang berasal dari seluruh dunia. (2) Plasma nutfah padi yang berasal dari Indonesia pun ada di sana. (3) Dengan mengawinsilangkan berbagai padi jenis unggul itu diperoleh jenis padi unggul baru. (4) PB4 misalnya, merupakan hasil kawin silang antara berbagai jenis padi unggul Indonesia dengan padi unggul Taiwan. (5) Kalau hasilnya ternyata kurang, dicari lagi jenis lain yang ada.
Pertanyaan yang sesuai dengan isi paragraf di atas adalah…
A.    Mengapa plasma nutfah berada di IRRI?
B.     Ada berapa jenis padi yang ada di IRRI?
C.     Siapakah yang mendirikan IRRI?
D.    Negara manakah yang paling banyak mengambil bibit unggul dari IRRI?
E.     Bagaimanakah cara memperoleh bibit padi unggul yang baru?

5.      Seni dapat memperkaya kehidupan seseorang karena dapat memberikan pengalaman emosi aatau pengalaman keindahan.Sebuah karya seni disebut bermutu jika pengalaman emosi atau pengalaman keindahan yang khas dan bermakna,di berikan karya seni itu.Namun,sayangnya tidak semua karya seni memiliki kualitas yang bermakna.
Pendapat di atas mengemukakan masalah…
A.    Pengerian seni             C.  Fungsi seni            E. Makna seni
B.     Kualitas seni                D.  Kendala seni

6.      Telah terjadi pemusnahan masssal terhadap makhluk-makhluk asing oleh sekelompok ilmuan di negeri adidaya itu.
Informasi tersebut tidak jelas. Sebabnya adalah…
A.    Tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar
B.     Subyek masalah yang diinformasikannya masih kabur
C.     Menginformasikan sesuatu yang di luar kebiasaan
D.    Tidak menyertakan para pendapat para ahli
E.     Strukur kalimat itu tidak lengkap

7.      Deklarasi gerakan nasional anti-politisi hitam di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat (29/12) mendapat dukungan massa dari elemen demokrasi, mahasiswa, dan parpol. Parpol yang mendukung dan mengerahkan langsung massanya, yakni Partai Keadilan Sejahtera. Sementara itu, tokoh-tokoh yang hadir diantaranya Nurcholis Madjid, Ali Sadikin dan coordinator Teten Masduki.
Cuplikan di atas memberitakan peristiwa…
A.    Parahnya korupsi Indonesia
B.     Dukungan massa yang anti-politisi hitam
C.     Deklarasi gerakan nasional anti-politisi hitam
D.    Dukungan parpol terhadap deklarasi nasional
E.     Hadirnya tokoh-tokoh nasional dalam sebuah deklarasi

8.      Ternyata sulit bagi PSSI untuk menemukan jawaban penyebab kematian pemain Persebaya, almarhum Eri Eriyanto. Selembar laporan penanganan tim dokter RSUD dr Sutomo Surabaya yang dikirim pihak keluarga almarhum Eri kepada PSSI, hanya menyebutkan Eri meninggal karna cedera otak. Hal itu tidak dapat menjelaskan penyebab kematian Eri.
Masalah yang terungkap dalam cuplikan berita di atas adalah….
A.    Eri Eriyanto sebagai pemain persebaya.
B.     Eri Eriyanto yang meninggal karena cedera otak.
C.     Sulitnya PSSI dalam menemukan jawaban penyebab kematian Eri Eriyanto.
D.    Penangan tim dokter RSUD dari Sutomo Surabaya untuk penyakit Eri Eriyanto.
E.     Laporan penanganan tim dokter RSUD dr Sutomo Surabaya yang dikirim pihak keluarga almarhum Eri  kepada PSSI.

Teks berikut digunakan untuk menjawab nomor 9-10

Dengan surat itu, PSSI melalui komisi kesehatan tidak berani memberi permyataan  resmi karena data tidak lengkap. “Kami belum dapat berkomentar apa-apa. Sebab, dari surat itu kami tidak tahu apa yang menyebabkan cedera otak, dan peryataan-peryataan lain dapat menjadikan persoalan Eri almarhum manjadi terang ,” ujarnya.

9.      Cuplikan di atas dapat dinyatakan kembali menjadi….
     A. PSSI belum dapat berkomentar apa-apa.
     B. PSSI lepas tangan atas meninggalnya Eri Eriyanto.
     C. Data kematian Eri Eriyanto tidak lengkap.
     D. Kematian Eri Eriyanto disebabkan oleh cedera otak.
     E. Persoalan Eri Eriyanto  menjadi persoalan di PSSI.

10. Dilihat dari istilah-istilah yang digunakan, cuplikan berita tersebut berhubungan
      dengan bidang….
      A. Atletik
      B. Bola basket
      C. Tenis meja
      D. Senam
      E. Sepak bola







Dokumentasi evaluasi tes awal









                                                                                                              









                                                      














Dokumentasi evaluasi siklus I






















                                             Dokumentasi evaluasi  siklus II













Dokumentasi evaluasi siklus II






                                                         


























Daftar Hadir Siswa
SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa
Nama Sekolah             : SMA Negeri 1 Pallangga
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Tahun pelajaran           : 2009/2010                            
Kelas/Semester            : XI IPA III/ I (Ganjil)
No
Nama Siwa
L/P
Siklus I
Siklus II
Ket
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1
Giffari Imam Bachtiar
L

2
Hendriadi
L
-
Alpa
3
Nurmachfud Aswal Ashar
L

4
Syamsinar
P

5
Sri Astuti Ayu Nengsih
P
-
Alpa
6
Ario Adrianto
L

7
Hasni
P

8
Hijrianti
P

9
Indah Ayu Risnah
P
-
Izin
10
Muh. Azhari
L
-
-
Sakit
11
Muh Nurman
L

12
Muh Sahir R
L

13
Rahmat Febriandi
L

14
Rezky
P
-
-
Alpa
15
Asrianti
P

16
Ayu Andriana
P

17
Fitrianti
P

18
Hendri
L
-
Izin
19
Lili Nur Indah Sari
P

20
Nurul Hikmah
P

21
Asni Puspita Sari
P
-
Alpa
22
Devi Dina Mardiana
P
-
Alpa
23
Fatimatuz Zahra
P

24
Mukhlis B
L

25
Risky Handayani
P

26
Hasmia Baharuddin
P

27
Kartini
P

28
Mei Risky
P

29
Mustakim
P

30
Riskawati
P

31
Risnawati
P
-
Alpa
32
Satriani
P

33
Alwi Jaya
L

34
Haidir Buyung
L

35
Harianto
L

36
Nur Rahman
L

37
Riska Cahyani
P
-
-
Sakit
38
Sri Wahyuni H
P

39
Syamsiah
P
-
Sakit
40
Yulianti
P

41
Zadriana
P

42
Riskayani H
P

43
Andi Saifullah
L

44
Nihaya Hardrianti
P
-
-
Alpa




















RIWAYAT HIDUP
 

MULIADI, lahir pada tanggal 10 Juli 1986, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Pangkep, Kecamatan Pangkajene. Anak pertama dari enam bersaudara hasil dari pernikahan Mustapa dan Munira.
Penulis memulai Pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 6 Lokkasaile pada tahun 1993 dan tamat pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan di SLTP Negeri I pangkajene kemudian tamat tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan Pendidikan ke SMU Negeri I Pangkajene dan tamat tahun 2005.
Selanjutnya tahun 2005 melanjutkan ke perguruan tinggi di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Akhirnya, penulis mengajukan judul Skripsi dan diasesekan atau diterima oleh ketua jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Penulis pun melanjutkan penelitian dengan judul skripsi “ Penerapan Model Koopeatif Tipe Jigsaw dalam meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowar” yang diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.